Rahasia Burung Malam: Bagaimana Mereka Bertahan di Tengah Pertanian Modern

Selama beberapa dekade terakhir, pertanian intensif semakin meluas di seluruh dunia. Tekanan utama berasal dari meningkatnya kebutuhan pangan akibat populasi manusia yang terus bertambah. Untuk memenuhi permintaan ini, banyak petani menggunakan sistem pertanian intensif, yakni praktik yang bergantung pada pupuk kimia, pestisida, serta pengolahan lahan yang seragam dan masif.

Di satu sisi, sistem ini memang mampu meningkatkan hasil panen dengan cepat. Namun di sisi lain, praktik intensif punya konsekuensi serius terhadap keanekaragaman hayati. Burung, khususnya burung pemakan serangga, menjadi salah satu kelompok yang paling terdampak. Mengapa? Karena pestisida tidak hanya membunuh hama, tetapi juga serangga lain yang sebenarnya menjadi sumber makanan burung.

Selain itu, kegiatan seperti memangkas, membabat, atau membersihkan semak-semak (pruning, brush chipping, dll.) bisa menghancurkan sarang burung, terutama yang bersarang di tanah. Akibatnya, populasi burung pemakan serangga di lahan pertanian terus mengalami penurunan global.

Baca juga artikel tentang: Mengurangi Gas Rumah Kaca dari Sapi: Solusi Mengejutkan dari Ampas Kopi

Studi Kasus: Red-necked Nightjar di Spanyol

Untuk memahami lebih jauh dampak sistem pertanian terhadap burung, sekelompok ilmuwan di Spanyol melakukan penelitian terhadap Red-necked Nightjar (Caprimulgus ruficollis), sejenis burung malam pemakan serangga yang bersarang di tanah.

Peta wilayah studi yang menggambarkan lokasi 191 sarang burung Nightjar Leher Merah ( Caprimulgus ruficollis ) yang dipantau di peternakan intensif (latar belakang merah) dan organik (latar belakang biru) selama periode studi (2017–2020) di Provinsi Murcia (Spanyol Tenggara). Warna titik menunjukkan tahun ditemukannya setiap sarang. Gambar representatif dari setiap rezim pengelolaan peternakan (intensif dan organik) tersedia di panel kiri.

Burung ini dipilih karena perilakunya sangat terkait dengan kondisi lahan pertanian. Jika lahan terganggu, misalnya karena penggunaan pestisida atau minimnya area semak untuk bersarang, keberlangsungan reproduksi burung ini juga ikut terancam.

Para peneliti memantau 191 sarang nightjar selama empat tahun, di dua jenis pertanian berbeda:

  1. Pertanian organik, yang relatif lebih ramah lingkungan dengan minim penggunaan bahan kimia.
  2. Pertanian intensif, yang sangat mengandalkan pupuk dan pestisida.

Tujuannya adalah untuk melihat apakah ada perbedaan signifikan dalam keberhasilan reproduksi burung antara kedua sistem pertanian tersebut.

Apa yang Diukur Peneliti?

Tim ilmuwan menilai empat parameter penting dalam proses berkembang biak nightjar:

  • Jumlah telur dalam sarang (clutch size)
  • Tingkat keberhasilan telur menetas (hatching success)
  • Jumlah anak burung yang berhasil terbang keluar sarang (fledging success)
  • Keseluruhan keberhasilan berkembang biak (overall breeding success)

Selain itu, mereka juga meneliti atribut populasi nightjar, seperti:

  • Pola waktu berkembang biak (breeding phenology)
  • Kepadatan individu yang berkembang biak
  • Struktur umur populasi burung
  • Luas wilayah burung mencari makan

Semua faktor ini penting untuk memahami bagaimana sistem pertanian memengaruhi kelangsungan hidup burung malam tersebut.

Hasil Mengejutkan: Burung Bisa Menyesuaikan Diri

Hasil penelitian menunjukkan sesuatu yang cukup mengejutkan. Ternyata, tidak ada perbedaan signifikan antara tingkat keberhasilan reproduksi nightjar di pertanian organik maupun intensif.

Tabel Hasil analisis tetangga terdekat yang dilakukan untuk mengkaji kepadatan perkembangbiakan dan agregasi sarang Burung Nightjar Leher Merah ( Caprimulgus ruficollis ) di seluruh lahan pertanian organik dan intensif yang terletak di Provinsi Murcia (Spanyol Tenggara).

Bagaimana mungkin? Bukankah pestisida dan aktivitas pertanian intensif seharusnya sangat merugikan burung?

Jawabannya ada pada plastisitas ekologi burung ini, atau kemampuan mereka beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang berubah. Nightjar yang bersarang di lahan intensif ternyata lebih sering mencari makan di luar area pertanian tersebut, menggunakan wilayah foraging alternatif. Dengan kata lain, meski “rumah” mereka berada di lahan intensif, mereka rela terbang lebih jauh untuk mencari makanan di tempat lain yang lebih kaya serangga.

Rentang mencari makan kolektif (tingkat populasi) dan lokasi mencari makan utama dari 28 burung Nightjar Leher-merah dewasa ( Caprimulgus ruficollis ) yang berkembang biak di peternakan yang berdekatan tetapi dikelola secara kontras di Provinsi Murcia (Spanyol Tenggara). Panel kiri (a) mewakili rentang mencari makan kolektif (KDE95) burung nightjar yang bersarang di peternakan intensif (poligon merah), sedangkan panel kanan (b) mewakili rentang mencari makan (poligon hijau) dari peternakan organik. Poligon garis hitam putus-putus menunjukkan batas-batas peternakan. Untuk visualisasi yang lebih jelas, rentang mencari makan ditampilkan dalam panel terpisah untuk menghindari tumpang tindih. Peta panas juga digambarkan untuk menunjukkan titik panas aktivitas mencari makan (KDE50), dengan bayangan merah mewakili lokasi dengan agregasi perbaikan GPS yang lebih besar. Panel sisipan (c) menunjukkan tingkat tumpang tindih antara rentang mencari makan keseluruhan (K95) untuk setiap peternakan.

Perilaku ini membantu mengurangi dampak negatif minimnya serangga di lahan intensif, sehingga keberhasilan berkembang biak mereka tidak jauh berbeda dengan burung di lahan organik.

Adaptasi Bukan Tanpa Batas

Meskipun nightjar menunjukkan kemampuan adaptasi yang luar biasa, ini bukan berarti masalah selesai. Ada beberapa hal yang perlu digarisbawahi:

  1. Energi lebih besar: Burung yang harus terbang lebih jauh untuk mencari makan tentu mengeluarkan energi ekstra, yang bisa berdampak pada kesehatan jangka panjang.
  2. Ketergantungan pada lanskap sekitar: Adaptasi ini hanya mungkin jika masih ada area alami atau semi-alami di sekitar pertanian intensif. Jika semua wilayah sudah homogen dan penuh pestisida, kemampuan adaptasi burung akan terbatas.
  3. Ancaman populasi global: Tidak semua spesies burung memiliki kemampuan adaptasi seperti nightjar. Spesies lain yang lebih sensitif bisa mengalami penurunan drastis atau bahkan punah jika hanya bergantung pada lahan intensif.

Pelajaran untuk Pertanian Masa Depan

Penelitian ini memberi pesan penting bagi dunia pertanian. Burung pemakan serangga seperti nightjar punya peran ekologis besar: mereka membantu mengendalikan populasi serangga, termasuk hama pertanian. Dengan kata lain, menjaga keberadaan burung ini juga menguntungkan petani.

Maka dari itu, meskipun burung bisa beradaptasi, tetap penting untuk menciptakan lanskap pertanian yang ramah burung, misalnya dengan:

  • Mengurangi penggunaan pestisida berlebihan.
  • Menyisakan area vegetasi alami atau semak-semak di sekitar lahan.
  • Mengelola lahan dengan prinsip agroekologi yang memperhatikan keberagaman hayati.

Jika langkah ini diambil, burung bukan hanya bisa bertahan, tetapi juga memberikan jasa ekosistem yang bermanfaat untuk produktivitas pertanian jangka panjang.

Studi tentang nightjar di Spanyol menunjukkan bahwa burung mampu menunjukkan strategi adaptasi luar biasa untuk bertahan hidup di tengah tekanan pertanian modern. Namun, kemampuan ini tidak boleh dijadikan alasan untuk mengabaikan dampak negatif pertanian intensif.

Alih-alih, penelitian ini seharusnya menjadi peringatan sekaligus inspirasi: kita bisa mengembangkan sistem pertanian yang tidak hanya produktif, tetapi juga selaras dengan alam. Dengan begitu, baik manusia maupun burung bisa hidup berdampingan dalam ekosistem yang sehat.

Baca juga artikel tentang: Mengapa Warna Cangkang Telur Bisa Berbeda? Ini Jawaban dari Ilmu Genetika

REFERENSI:

Zamora‐Marín, José M dkk. 2025. Breeding performance of an aerial insectivorous bird under contrasting farming systems. Ecological Applications 35 (4), e70059.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top