Pernahkah Anda mendengar istilah PFAS?
PFAS (per- dan polifluoroalkil substances) adalah kelompok bahan kimia sintetis yang sangat sulit terurai di alam. Karena sifatnya itu, PFAS sering dijuluki forever chemicals alias “bahan kimia abadi.” Zat ini banyak dipakai di berbagai produk, mulai dari panci anti lengket, kemasan makanan, hingga busa pemadam kebakaran. Masalahnya, PFAS juga bisa mencemari lingkungan, termasuk perairan tempat ikan hidup.
Konsumsi ikan merupakan salah satu jalur utama manusia terpapar PFAS. Padahal, ikan dikenal sebagai sumber protein sehat yang banyak dianjurkan dokter dan ahli gizi. Penelitian terbaru yang terbit di jurnal Science of The Total Environment (2025) mengungkapkan kabar baik: ikan hasil budidaya (farmed fish) ternyata mengandung PFAS lebih rendah dibandingkan ikan liar (wild fish).
Temuan ini penting, karena bisa membantu masyarakat membuat pilihan pangan yang lebih aman sekaligus mendukung keberlanjutan sektor perikanan budidaya.
Baca juga artikel tentang: Silase: Solusi Pakan Ternak Masa Depan untuk Menyongsong Kemandirian Pangan
Apa itu PFAS dan Mengapa Berbahaya?
PFAS adalah senyawa buatan manusia yang tahan panas, tahan air, dan tahan minyak. Karena keunggulan itu, PFAS banyak digunakan di industri modern. Namun, sisi gelapnya adalah PFAS hampir tidak bisa diuraikan oleh alam. Akibatnya, zat ini menumpuk di tanah, air, hewan, bahkan di tubuh manusia.
Paparan PFAS jangka panjang dikaitkan dengan berbagai risiko kesehatan, seperti:
- Gangguan hormon,
- Masalah pada sistem kekebalan tubuh,
- Penurunan kesuburan,
- Risiko kanker tertentu.
Itulah sebabnya, banyak ilmuwan kini meneliti bagaimana PFAS masuk ke rantai makanan kita, termasuk lewat ikan yang kita konsumsi sehari-hari.
Penelitian: Ikan Budidaya vs Ikan Liar
Tim peneliti dari Amerika Serikat mengumpulkan data kandungan PFAS (termasuk PFOS, PFOA, dan jenis lain) pada fillet ikan dari berbagai sumber:
- Ikan laut,
- Ikan air tawar,
- Ikan liar,
- Ikan budidaya.
Mereka juga membandingkan dua jenis potongan daging:
- Skin-on fillet → fillet dengan kulit,
- Skin-off fillet → fillet tanpa kulit.
Hasilnya menarik:
- Ikan budidaya punya kandungan PFAS lebih rendah dibandingkan ikan liar, baik dari laut maupun air tawar.
- Fillet tanpa kulit (skin-off) lebih aman, karena kulit ikan cenderung menyimpan lebih banyak PFAS.
- Kandungan lemak ikan juga berpengaruh. Beberapa PFAS menumpuk pada jaringan berlemak, sehingga ikan dengan kadar lemak lebih tinggi bisa menyerap lebih banyak PFAS.
Mengapa Ikan Budidaya Lebih Bersih?
Ada beberapa alasan mengapa ikan budidaya relatif lebih aman dari PFAS:
- Kontrol lingkungan lebih ketat
Ikan budidaya dipelihara dalam kolam, keramba, atau sistem resirkulasi dengan air yang bisa dipantau. Ini membuat peluang terpapar PFAS dari lingkungan liar lebih kecil. - Pakan terkontrol
Peternak memberikan pakan buatan yang diformulasikan khusus, sehingga sumber kontaminasi bisa diminimalisasi. - Manajemen modern
Dalam sistem budidaya intensif, kualitas air, kesehatan ikan, dan biosekuriti lebih diperhatikan.

Sebaliknya, ikan liar hidup bebas di sungai, danau, atau laut, sehingga lebih mungkin terpapar PFAS dari limbah industri, rumah tangga, maupun aktivitas manusia lainnya.
Implikasi untuk Konsumen
Bagi masyarakat, temuan ini bisa menjadi panduan praktis:
- Jika ingin mengurangi risiko terpapar PFAS, pilihlah ikan budidaya ketimbang ikan tangkapan liar, terutama dari daerah yang tercemar.
- Hindari makan kulit ikan jika tidak perlu, karena di bagian ini kandungan PFAS bisa lebih tinggi.
- Diversifikasi konsumsi protein (tidak hanya dari ikan) juga membantu menyeimbangkan asupan gizi sekaligus meminimalkan akumulasi zat berbahaya.
Peluang untuk Peternak dan Industri Perikanan
Dari sisi peternakan/perikanan, temuan ini justru memberi nilai jual tambahan bagi ikan budidaya. Di tengah kekhawatiran publik tentang keamanan pangan, industri akuakultur bisa menegaskan bahwa produk mereka:
- Lebih aman dari kontaminasi lingkungan,
- Lebih bisa dipantau kualitasnya,
- Mendukung keberlanjutan, karena mengurangi penangkapan ikan liar berlebih.
Dengan komunikasi yang baik, konsumen dapat lebih percaya pada produk ikan budidaya.
Tantangan yang Masih Ada
Meski hasil penelitian ini positif, bukan berarti ikan budidaya sepenuhnya bebas risiko. Beberapa tantangan yang tetap harus diperhatikan adalah:
- Sumber pakan: jika pakan terkontaminasi PFAS, ikan budidaya juga bisa terpapar.
- Air budidaya: budidaya yang memakai air dari sungai tercemar tetap berisiko.
- Variasi spesies dan lokasi: kadar PFAS bisa berbeda tergantung jenis ikan dan tempat pemeliharaan.
Artinya, pengawasan mutu tetap harus menjadi prioritas.
Menuju Konsumsi Ikan yang Lebih Aman
Penelitian tentang PFAS ini menunjukkan bagaimana sains bisa membantu kita membuat pilihan lebih bijak. Ikan budidaya terbukti punya potensi sebagai sumber protein yang lebih aman, berkelanjutan, dan berkualitas. Namun, konsumen juga perlu diedukasi untuk mengolah dan memilih bagian ikan dengan benar. Misalnya mengurangi konsumsi kulit, agar manfaat kesehatan ikan benar-benar optimal.
PFAS adalah ancaman nyata bagi kesehatan manusia, karena zat ini sangat sulit terurai dan bisa menumpuk dalam tubuh lewat makanan, termasuk ikan. Namun, kabar baik datang dari penelitian terbaru: ikan budidaya umumnya mengandung lebih sedikit PFAS dibandingkan ikan liar, apalagi jika dikonsumsi dalam bentuk fillet tanpa kulit.
Bagi peternak dan industri akuakultur, temuan ini bisa menjadi peluang emas untuk meningkatkan kepercayaan konsumen. Dengan manajemen budidaya yang baik, ikan bisa menjadi sumber pangan sehat yang aman dari cemaran bahan kimia berbahaya.
Pada akhirnya, pilihan kita sebagai konsumen, apa yang kita beli, masak, dan makan, akan ikut menentukan masa depan pangan yang sehat dan berkelanjutan.
Baca juga artikel tentang: Mengukur Tingkat Keparahan Penyakit pada Kambing dengan Kecerdasan Buatan: Inovasi dari Penelitian Terkini
REFERENSI:
Figueroa-Muñoz, Guillermo dkk. 2025. Cleaner cuts: Farmed fish and skin-off fillets are lower in per-and polyfluoroalkyl substances (PFAS). Science of The Total Environment 959, 178266.