Silase: Solusi Pakan Ternak Masa Depan untuk Menyongsong Kemandirian Pangan

Silase, atau pakan ternak fermentasi, telah menjadi jawaban atas kebutuhan pakan berkualitas tinggi sepanjang tahun, terutama di musim kemarau ketika ketersediaan pakan rerumputan (hijauan) terbatas. Silase tidak hanya memberikan solusi praktis bagi peternak, tetapi juga berkontribusi pada keberlanjutan sistem peternakan. Dalam artikel ini, kita akan mengupas tuntas seluk-beluk silase, dari definisi hingga cara membuat dan manfaatnya. Silase juga menjadi semakin penting karena Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen Indonesia untuk mencapai swasembada pangan sebagai prioritas utama pemerintahannya. Dalam pidato perdananya setelah dilantik sebagai Presiden ke-8 Republik Indonesia, Prabowo menekankan bahwa ketahanan dan swasembada pangan adalah prioritas utama pemerintah. Beliau menargetkan bahwa dalam 4-5 tahun, Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyatnya dan siap menjadi lumbung pangan dunia.

A. Apa Itu Silase?

Silase adalah hasil fermentasi hijauan atau bahan pakan lainnya yang disimpan dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Proses tersebut melibatkan aktivitas bakteri asam laktat yang mengubah gula dalam tanaman menjadi asam laktat, sehingga menciptakan lingkungan asam yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme perusak. Silase yang umum digunakan meliputi jagung, rumput gajah, sorgum, dan kacang-kacangan.

Silase memiliki sejarah panjang yang berakar pada kebutuhan manusia untuk mengawetkan pakan ternak selama musim dingin atau musim paceklik. Konsep awal penyimpanan hijauan dapat ditelusuri hingga masa Kekaisaran Romawi, di mana petani menggunakan lubang-lubang tanah sebagai silo sederhana untuk menyimpan rumput dan jerami. Namun, metode tersebut masih sangat primitif, dan hasilnya sering kali kurang memadai karena minimnya kontrol terhadap oksigen. Baru pada abad ke-18 di Eropa, metode penyimpanan pakan ternak mulai mengalami perkembangan signifikan. Para peternak di Prancis mulai menggunakan tong kedap udara untuk memperbaiki proses fermentasi, mengurangi pembusukan, dan meningkatkan kualitas pakan.

Pada abad ke-19, metode silase semakin populer di Amerika Serikat, terutama setelah pengenalan jagung sebagai bahan utama. Jagung menjadi pilihan ideal karena kandungan gulanya yang tinggi, yang membantu proses fermentasi. Seiring dengan revolusi industri, penggunaan silo modern berbentuk menara mulai diperkenalkan, memungkinkan penyimpanan dalam skala besar dengan efisiensi lebih tinggi. Pada abad ke-20, teknologi silase berkembang pesat, termasuk penggunaan inokulan mikroba untuk meningkatkan fermentasi. Hingga saat ini, silase terus menjadi solusi utama dalam manajemen pakan ternak, baik dalam skala kecil maupun besar, dengan pendekatan yang semakin ramah lingkungan dan berbasis teknologi.

Silase menjadi solusi praktis dan efisien dalam pengelolaan pakan ternak, terutama bagi peternak yang menghadapi keterbatasan waktu dan tenaga untuk mencari hijauan segar setiap hari. Dengan membuat silase, peternak dapat mengumpulkan hijauan dalam jumlah besar sekaligus, seperti jagung, rumput gajah, atau tanaman leguminosa, dan mengawetkannya melalui proses fermentasi. Proses tersebut memungkinkan penyimpanan pakan hingga beberapa bulan tanpa mengurangi nilai nutrisinya. Hasilnya, peternak tidak perlu lagi melakukan proses ngarit atau mencari rumput setiap hari, tetapi cukup melakukannya sekali dalam satu atau dua bulan untuk membuat persediaan silase. Hal ini tentu saja sangat menghemat waktu dan tenaga, sekaligus memastikan ketersediaan pakan sepanjang musim, bahkan saat hijauan segar sulit diperoleh.

Efisiensi pengumpulan pakan melalui silase juga berdampak pada keberlanjutan sistem peternakan. Dengan jadwal pengumpulan hijauan yang lebih jarang, peternak dapat memanfaatkan waktu mereka untuk kegiatan lain, seperti meningkatkan manajemen ternak atau memperbaiki infrastruktur kandang. Selain itu, penggunaan silase juga mengurangi risiko pemborosan hijauan yang biasanya cepat layu jika tidak langsung diberikan kepada ternak. Dalam jangka panjang, silase membantu meningkatkan produktivitas ternak karena asupan nutrisi tetap terjaga secara konsisten, tanpa tergantung pada ketersediaan hijauan segar harian. Dengan kata lain, silase bukan hanya solusi pengawetan pakan, tetapi juga alat untuk menciptakan efisiensi dan keberlanjutan dalam usaha peternakan.

B. Bahan untuk Membuat Silase

Untuk menghasilkan silase berkualitas tinggi, pemilihan bahan dasar dengan kadar gula dan air yang optimal sangat penting. Berikut adalah rincian bahan-bahan yang sering digunakan dalam pembuatan silase:

  1. Jagung (Zea mays):
    • Kandungan Nutrisi: Jagung memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi, terutama pati, yang mencapai sekitar 60-70% dari bahan keringnya. Kandungan protein kasar berkisar antara 7-9%.
    • Kadar Air: Saat panen untuk silase, jagung biasanya memiliki kadar air sekitar 60-70%, ideal untuk fermentasi.
    • Kelebihan: Kandungan energi yang tinggi dari jagung menghasilkan silase dengan nilai energi yang baik, mendukung pertumbuhan dan produksi ternak.
  2. Rumput Gajah (Pennisetum purpureum):
    • Kandungan Nutrisi: Rumput gajah memiliki protein kasar sekitar 8-12% dan serat kasar yang cukup tinggi, sekitar 30-35%.
    • Kadar Air: Saat dipanen, rumput gajah memiliki kadar air sekitar 75-80%. Untuk silase, diperlukan proses pelayuan untuk menurunkan kadar air menjadi sekitar 60-70%.
    • Kelebihan: Mudah diperoleh, pertumbuhan cepat, dan produksi biomassa tinggi, menjadikannya pilihan ekonomis untuk silase.
  3. Kedelai (Glycine max) atau Kacang Tanah (Arachis hypogaea):
    • Kandungan Nutrisi: Kedelai memiliki protein kasar tinggi, sekitar 35-40%, sedangkan kacang tanah sekitar 25-30%.
    • Kadar Air: Kedua tanaman ini memiliki kadar air sekitar 60-70% saat panen, cocok untuk fermentasi silase.
    • Kelebihan: Menambah kandungan protein pada silase, meningkatkan nilai nutrisi pakan ternak.
  4. Aditif:
    • Molase: Merupakan produk sampingan dari industri gula dengan kandungan gula tinggi, sekitar 50-60%. Penambahan molase sekitar 3-5% dari berat bahan hijauan dapat meningkatkan kadar gula, mempercepat fermentasi, dan meningkatkan palatabilitas silase.
    • Inokulan: Berupa bakteri asam laktat seperti Lactobacillus plantarum yang ditambahkan sekitar 105-106 CFU per gram bahan untuk mempercepat proses fermentasi dan meningkatkan kualitas silase.

Pemilihan dan penanganan bahan yang tepat akan menghasilkan silase dengan kualitas nutrisi yang optimal, mendukung kesehatan dan produktivitas ternak.

C. Cara Membuat Silase

  1. Panen Bahan Hijauan:
    • Waktu Panen: Lakukan pemanenan hijauan seperti jagung, rumput gajah, atau tanaman leguminosa pada fase pertumbuhan optimal, biasanya sebelum fase berbunga penuh, untuk memastikan kandungan nutrisi maksimal.
  2. Pencacahan:
    • Ukuran Potongan: Cacah hijauan menjadi potongan kecil dengan panjang sekitar 2-5 cm. Ukuran ini memudahkan proses pemadatan dan memastikan fermentasi berlangsung merata.
  3. Penambahan Aditif:
    • Molase: Tambahkan molase sebanyak 3-5% dari berat hijauan. Misalnya, untuk setiap 100 kg hijauan, tambahkan 3-5 kg molase. Molase berfungsi sebagai sumber gula tambahan untuk mendukung fermentasi.
    • Inokulan: Gunakan inokulan bakteri asam laktat sesuai dengan dosis yang direkomendasikan oleh produsen. Biasanya, dosis berkisar antara 0,1-0,2% dari berat hijauan. Misalnya, untuk 100 kg hijauan, tambahkan 100-200 gram inokulan. Inokulan membantu mempercepat dan menstabilkan proses fermentasi.
  4. Penyimpanan:
    • Wadah: Masukkan hijauan yang telah dicacah dan dicampur aditif ke dalam silo atau wadah kedap udara seperti tong plastik, lubang tanah yang dilapisi plastik, atau kantong plastik besar.
  5. Pemadatan dan Penutupan:
    • Pemadatan: Padatkan hijauan secara bertahap untuk mengeluarkan udara sebanyak mungkin. Proses ini penting untuk menciptakan kondisi anaerob yang optimal bagi fermentasi.
    • Penutupan: Setelah pemadatan, tutup rapat wadah dengan plastik kedap udara dan pastikan tidak ada kebocoran.
  6. Proses Fermentasi:
    • Durasi: Biarkan hijauan mengalami fermentasi selama 21-30 hari. Selama periode ini, bakteri asam laktat akan mengubah gula menjadi asam laktat, yang berfungsi mengawetkan pakan dan meningkatkan palatabilitasnya.

Dengan mengikuti langkah-langkah di atas dan memperhatikan proporsi bahan serta penambahan aditif yang tepat, silase yang dihasilkan akan memiliki kualitas nutrisi yang baik dan aman untuk dikonsumsi ternak.

D. Tantangan dalam Pembuatan Silase

Pembuatan silase merupakan metode efektif untuk mengawetkan pakan hijauan bagi ternak. Namun, terdapat beberapa kendala yang perlu diperhatikan selama proses ini:

  1. Pembentukan Gas Selama Fermentasi:
    • Deskripsi: Selama fermentasi, mikroorganisme menghasilkan gas seperti karbon dioksida (CO₂) dan nitrogen oksida (NO₂). Jika silase disimpan dalam kantong plastik kedap udara, akumulasi gas ini dapat menyebabkan tekanan berlebih, berpotensi merusak kemasan atau bahkan menyebabkan ledakan kantong. Gas yang berlebih juga dapat menghasilkan silase dengan kadar asam laktat rendah dan tingkat pH yang tidak optimal, sehingga tidak cukup mengawetkan hijauan. Silase seperti ini cenderung berbau tengik, memiliki tekstur lembek, atau bahkan membahayakan ternak jika terkontaminasi mikroba patogen.
    • Solusi: Untuk mengatasi hal ini, penting untuk memantau dan, jika perlu, melepaskan gas secara berkala dengan membuka dan menutup kembali kantong plastik secara hati-hati. Penggunaan kantong plastik yang dilengkapi dengan katup pelepas gas juga dapat membantu mengendalikan tekanan internal.
  2. Kebocoran Udara:
    • Deskripsi: Masuknya udara ke dalam silo atau kantong plastik dapat mengganggu kondisi anaerob yang diperlukan untuk fermentasi, mengakibatkan pertumbuhan jamur dan bakteri pembusuk.
    • Solusi: Pastikan penutupan silo atau kantong plastik dilakukan dengan rapat dan kedap udara. Penggunaan lapisan plastik ganda atau penutup tambahan dapat meningkatkan ketahanan terhadap kebocoran.
  3. Kadar Air yang Tidak Optimal:
    • Deskripsi: Kadar air yang terlalu tinggi (>70%) dapat menyebabkan pembusukan, sementara kadar air yang terlalu rendah (<60%) dapat menghambat fermentasi dan meningkatkan risiko pemanasan berlebih.
    • Solusi: Sebelum proses pembentuk silase, lakukan pelayuan hijauan hingga mencapai kadar air optimal sekitar 60-70%. Penggunaan alat pengukur kelembaban dapat membantu memastikan kadar air yang tepat.
  4. Kualitas Bahan Hijauan:
    • Deskripsi: Penggunaan hijauan yang terlalu tua atau terkontaminasi dapat menghasilkan silase berkualitas rendah dengan nilai nutrisi yang menurun.
    • Solusi: Panen hijauan pada fase pertumbuhan optimal, biasanya sebelum berbunga penuh, untuk memastikan kandungan nutrisi maksimal. Hindari penggunaan bahan yang terkontaminasi atau rusak.
  5. Penggunaan Aditif yang Tidak Tepat:
    • Deskripsi: Penambahan aditif seperti molase atau inokulan yang tidak sesuai dosis dapat mengganggu proses fermentasi.
    • Solusi: Ikuti petunjuk penggunaan aditif sesuai rekomendasi. Misalnya, penambahan molase sekitar 3-5% dari berat hijauan dan inokulan sesuai dosis yang dianjurkan oleh produsen.
  6. Pengendalian Suhu Selama Fermentasi:
    • Deskripsi: Suhu yang terlalu tinggi selama fermentasi dapat menyebabkan kerusakan nutrisi dan pertumbuhan mikroorganisme yang tidak diinginkan.
    • Solusi: Simpan silo atau kantong plastik di tempat yang teduh dan sejuk. Hindari paparan sinar matahari langsung atau sumber panas lainnya.

Dengan memahami dan mengatasi kendala-kendala tersebut, proses pembuatan silase diharapkan dapat berjalan lebih efektif, menghasilkan pakan berkualitas tinggi bagi ternak.

Pencacahan hijauan untuk menjadi silase

E. Manfaat Silase

  1. Ketersediaan Pakan Sepanjang Tahun
    Silase membantu peternak menyediakan pakan berkualitas bahkan saat musim paceklik atau musim kemarau.
  2. Meningkatkan Produktivitas Ternak
    Kandungan nutrisi yang terjaga membuat ternak lebih sehat dan produktif.
  3. Mengurangi Limbah Hijauan
    Hijauan yang berlebih saat panen dapat diawetkan menjadi silase, mengurangi pemborosan.
  4. Efisiensi Biaya
    Peternak tidak perlu membeli pakan tambahan yang mahal di musim kemarau.

F. Respon Hewan Ternak Terhadap Silase

Hewan ternak umumnya memberikan respons positif terhadap pakan silase, terutama karena tekstur dan rasa yang disukai serta kandungan nutrisi yang tinggi. Asam laktat yang dihasilkan selama proses fermentasi menciptakan rasa asam yang umumnya disukai oleh sapi, kambing, dan domba. Silase jagung, misalnya, kaya akan energi karena kandungan karbohidratnya yang tinggi, sehingga menjadi pilihan ideal untuk meningkatkan bobot badan dan produksi susu. Selain itu, silase dari bahan hijauan lain seperti rumput atau sorgum memberikan serat yang cukup untuk mendukung fungsi pencernaan ternak ruminansia.

Namun, respons ternak terhadap silase juga sangat bergantung pada kualitas silase yang diberikan. Silase yang difermentasi dengan baik akan mudah dicerna dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan, seperti penurunan nafsu makan atau masalah pencernaan. Sebaliknya, silase berkualitas rendah, misalnya yang tercemar jamur atau tidak cukup asam, dapat menyebabkan keracunan dan menurunkan produktivitas ternak. Oleh karena itu, peternak perlu memastikan bahwa proses fermentasi berjalan optimal dan silase yang diberikan bebas dari kontaminasi untuk mendapatkan hasil terbaik.

Hewan ternak memakan silase

G. Tantangan dalam Produksi Silase

  1. Kehadiran Oksigen
    Jika tidak dipadatkan dengan baik, oksigen yang masuk dapat menyebabkan pembusukan.
  2. Kualitas Bahan Baku
    Hijauan berkadar gula rendah atau terlalu basah bisa menghasilkan silase berkualitas buruk.
  3. Infrastruktur Terbatas
    Beberapa peternak kecil mungkin kesulitan menyediakan silo kedap udara.

H. Masa Depan Silase

Teknologi silase terus berkembang, mulai dari penggunaan inokulan mikroba untuk mempercepat fermentasi hingga pengembangan silo portabel berbasis IoT. Selain itu, penelitian menunjukkan potensi silase dari limbah pertanian seperti tongkol jagung atau ampas tebu, membuka peluang untuk pakan murah berbasis limbah.

I. Penutup

Silase adalah inovasi sederhana namun revolusioner yang dapat mengubah cara peternak mengelola pakan ternak mereka. Dengan memanfaatkan metode konservasi pakan ini, peternak tidak hanya dapat meningkatkan produktivitas tetapi juga menjaga keberlanjutan sumber daya pakan. Dari jagung hingga kacang-kacangan, proses fermentasi hingga pemanfaatannya, silase adalah solusi komprehensif untuk peternakan modern.

Mari kita bersama-sama mendukung adopsi teknologi silase agar pakan ternak yang berkualitas dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat, menjadikan sektor peternakan lebih tangguh dan ramah lingkungan.

J. Pertanyaan dan Jawaban

  1. Apakah silase yang lebih dari 1 bulan masih bisa digunakan?
    Silase yang disimpan lebih dari 1 bulan masih dapat digunakan selama kondisi penyimpanan tetap kedap udara dan tidak ada tanda-tanda kerusakan seperti bau busuk atau jamur.
  2. Berapa lama masa penyimpanan silase?
    Silase dapat disimpan hingga 1-2 tahun jika disimpan dalam silo yang kedap udara dan tidak terjadi kerusakan pada penutupnya.
  3. Bagaimana ciri silase yang sudah tidak dapat digunakan?
    Silase yang sudah rusak biasanya memiliki bau busuk atau tengik, muncul jamur, tekstur yang terlalu lembek, atau warnanya berubah menjadi hitam atau abu-abu.
  4. Apa saja bahan yang paling cocok untuk dijadikan silase?
    Bahan yang cocok meliputi jagung, rumput gajah, sorgum, jerami padi, atau bahan hijauan lain dengan kadar gula tinggi.
  5. Apakah silase bisa dibuat tanpa molase atau inokulan?
    Ya, tetapi penggunaan molase atau inokulan membantu mempercepat fermentasi dan meningkatkan kualitas silase.
  6. Apakah silase aman untuk semua jenis ternak?
    Umumnya silase aman untuk ternak ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba, tetapi perlu diperhatikan kualitasnya untuk mencegah gangguan kesehatan.
  7. Apakah silase dapat dibuat dari limbah pertanian?
    Ya, limbah seperti tongkol jagung, jerami padi, atau ampas tebu dapat dijadikan silase, tetapi hasilnya tergantung pada kadar gula dan teknik fermentasi yang digunakan.
  8. Apa yang harus dilakukan jika silo bocor saat penyimpanan silase?
    Segera perbaiki kebocoran dan periksa silase yang terpapar udara. Buang bagian yang rusak untuk mencegah kontaminasi lebih lanjut.
  9. Bagaimana cara memastikan silase memiliki kualitas yang baik?
    Gunakan bahan dengan kadar air ideal (60-70%), padatkan dengan baik untuk mengeluarkan udara, dan pastikan penutup silo kedap udara.
  10. Apakah silase dapat dibuat dalam skala kecil?
    Bisa, misalnya dengan menggunakan tong plastik atau kantong kedap udara, cocok untuk peternak kecil.
  11. Apa dampak negatif dari silase berkualitas buruk?
    Silase berkualitas buruk dapat menyebabkan gangguan pencernaan, menurunkan nafsu makan ternak, bahkan keracunan akibat toksin dari jamur atau bakteri patogen.
  12. Bagaimana cara mengukur kadar air bahan untuk silase?
    Kadar air dapat diukur dengan metode oven atau menggunakan alat pengukur kadar air (moisture meter) yang tersedia di pasaran.
  13. Apakah silase membutuhkan tempat penyimpanan khusus?
    Ya, silase membutuhkan silo atau wadah kedap udara untuk mencegah kontak dengan oksigen yang dapat merusak proses fermentasi.
  14. Apakah penggunaan silase dapat mengurangi biaya pakan?
    Ya, karena silase memungkinkan peternak memanfaatkan hijauan yang melimpah saat panen dan mengurangi pembelian pakan tambahan di musim kemarau.
  15. Apa yang menyebabkan silase berbau busuk?
    Bau busuk biasanya disebabkan oleh fermentasi yang tidak sempurna akibat kadar air yang terlalu tinggi, kebocoran udara, atau kontaminasi mikroba patogen.
  1. Bisakah silase digunakan untuk ternak non-ruminansia seperti ayam?
    Tidak disarankan, karena ayam memiliki sistem pencernaan yang berbeda dan kurang mampu mencerna serat kasar dalam silase.
  2. Apakah ada risiko silase menjadi beracun?
    Ya, silase yang terkontaminasi jamur atau mikroba patogen dapat menghasilkan mikotoksin yang berbahaya bagi ternak.
  3. Bagaimana cara mengetahui silase sudah siap digunakan?
    Silase yang sudah siap biasanya memiliki bau asam segar seperti acar, warna yang cerah (hijau kekuningan untuk jagung), dan tidak ada jamur.
  4. Apa pengaruh suhu terhadap proses fermentasi silase?
    Suhu ideal untuk fermentasi silase adalah 20-30°C. Suhu terlalu tinggi dapat menyebabkan pembusukan, sedangkan suhu terlalu rendah memperlambat fermentasi.
  5. Apakah silase perlu diberi aditif tambahan untuk meningkatkan kualitasnya?
    Tidak selalu, tetapi aditif seperti molase, inokulan bakteri, atau urea dapat meningkatkan kualitas fermentasi dan kandungan nutrisinya.
  6. Bisakah silase diberikan kepada ternak langsung setelah dibuat?
    Tidak, silase perlu melalui fermentasi minimal 21-30 hari agar aman dan bernutrisi tinggi untuk ternak.
  7. Apa saja faktor yang memengaruhi kualitas silase?
    Kualitas silase dipengaruhi oleh jenis bahan, kadar air, kadar gula, teknik pemadatan, dan kondisi penyimpanan.
  8. Apa perbedaan antara silase jagung dan silase rumput?
    Silase jagung lebih kaya energi karena kandungan karbohidratnya yang tinggi, sedangkan silase rumput lebih tinggi serat namun lebih rendah energi.
  9. Bagaimana cara mengurangi kerugian nutrisi pada silase?
    Pastikan kadar air optimal, padatkan dengan baik untuk mencegah oksigen masuk, dan gunakan penutup yang benar-benar kedap udara.
  10. Bisakah silase dibuat dari campuran beberapa bahan?
    Ya, campuran hijauan, kacang-kacangan, dan bahan kaya energi seperti jagung dapat menghasilkan silase dengan kandungan nutrisi seimbang.
  11. Apakah silase dapat membantu meningkatkan produksi susu sapi?
    Ya, silase yang berkualitas dapat meningkatkan asupan energi sapi perah, sehingga mendukung produksi susu yang lebih tinggi.
  12. Apa risiko menyimpan silase terlalu lama?
    Silase yang disimpan terlalu lama berisiko mengalami penurunan kualitas nutrisi, seperti berkurangnya protein dan meningkatnya risiko kontaminasi jamur.
  13. Apakah silase bisa digunakan sebagai pakan utama?
    Bisa, terutama untuk ruminansia, tetapi tetap perlu dilengkapi dengan pakan tambahan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tertentu seperti mineral.
  14. Bagaimana cara membedakan silase berkualitas baik dengan yang buruk?
    Silase berkualitas baik memiliki bau asam segar, warna hijau kekuningan, tidak berjamur, dan tekstur yang masih padat. Silase buruk berbau busuk, berlendir, dan berwarna hitam atau abu-abu.
  15. Apakah pakan silase dapat mengurangi limbah peternakan?
    Ya, penggunaan silase membantu memanfaatkan hijauan yang melimpah dan mengurangi limbah pertanian yang terbuang.
  16. Apa yang harus dilakukan jika silase terkena air hujan?
    Segera periksa silase, buang bagian yang terkontaminasi air, dan pastikan silo atau wadah penyimpanan kembali kedap udara.
  17. Bagaimana cara meningkatkan daya cerna silase pada ternak?
    Gunakan inokulan bakteri yang dapat memecah serat kasar dan fermentasi silase hingga optimal sebelum diberikan pada ternak.
  18. Apa yang menyebabkan fermentasi silase gagal?
    Fermentasi silase dapat gagal jika kadar air terlalu tinggi, kadar gula rendah, atau ada kebocoran udara selama penyimpanan.
  19. Bagaimana cara menyimpan silase jika tidak memiliki silo besar?
    Gunakan kantong plastik besar yang kedap udara atau tong plastik untuk menyimpan silase dalam skala kecil. Pastikan dipadatkan dan tertutup rapat.
  20. Apakah silase ramah lingkungan?
    Ya, silase dapat membantu mengurangi limbah pertanian, memanfaatkan sumber daya lokal, dan mengurangi kebutuhan impor pakan, sehingga lebih berkelanjutan.

Referensi

Bahrun, B., Subagyo, Y., & Astuti, T. Y. (2020). Pembuatan Silase Dengan Memanfaatkan Bahan Pakan Lokal sebagai upaya Peningkatan Produksi Susu Sapi Perah. LOGISTA-Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat4(2), 595-603.

Patimah, T., Asroh, A., Intansari, K., Meisani, N. D., Irawan, R., & Atabany, A. (2021). Kualitas silase dengan penambahan molasses dan suplemen organik cair (Soc) di Desa Sukamju, Kecamatan Cikeusal. Jurnal Pusat Inovasi Masyarakat (PIM)2(Khusus 1), 88-92.

Fikran, M. C., Samadi, S., & Wajizah, S. (2023). Evaluasi Kualitas Nutrisi Silase Rumput Odot yang Diinokulasi dengan Lactobacillus plantarum dan Kluyveromyces lactis. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pertanian8(3), 295-305.

Ramdhan, B., & Astutiningsih, E. T. (2016). Ketahanan Pakan melalui Silase untuk Ternak Domba di Kecamatan Takokak, Kabupaten Cianjur. Agrokreatif: Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada Masyarakat2(1), 39-46.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top