Bagi seorang peternak ikan, air bukan hanya sekadar tempat ikan berenang. Air bisa diibaratkan sebagai “rumah” sekaligus “udara” bagi ikan, karena seluruh kesehatan, pertumbuhan, hingga kelangsungan hidup mereka sepenuhnya bergantung pada kualitas air yang ada di kolam atau tambak.
Jika kualitas air buruk, misalnya terlalu asam, terlalu keruh, tercemar limbah, atau kekurangan oksigen, ikan akan mengalami stres. Stres pada ikan bukan sekadar perubahan perilaku, tetapi bisa berdampak serius: ikan menjadi rentan terserang penyakit, pertumbuhannya terhambat, dan dalam kasus ekstrem bisa berakhir dengan kematian massal.
Itulah sebabnya, pemantauan kualitas air menjadi salah satu kunci keberhasilan dalam usaha budidaya ikan. Pemantauan ini biasanya mencakup pengukuran pH (tingkat keasaman air), kadar oksigen terlarut, suhu, hingga tingkat kekeruhan. Dengan memantau dan menjaga parameter tersebut tetap stabil, peternak dapat menciptakan lingkungan yang sehat, sehingga ikan bisa tumbuh optimal dan hasil panen lebih terjamin.
Namun, mengawasi kondisi air secara manual tentu tidak mudah. Bayangkan seorang peternak harus setiap hari mengecek pH, suhu, hingga tingkat kekeruhan air dengan alat sederhana, lalu melakukan tindakan cepat jika ada masalah. Cara tradisional ini memakan banyak waktu, tenaga, dan tidak selalu akurat.
Untuk menjawab tantangan tersebut, sekelompok peneliti mengembangkan SHIFA (Smart Fish Farming), sebuah sistem berbasis Internet of Things (IoT) yang mampu memantau dan mengendalikan kualitas air secara otomatis. Teknologi ini dirancang agar peternak tidak lagi harus melakukan pengecekan manual, melainkan bisa mengandalkan sensor cerdas yang bekerja 24 jam penuh.
Sistem ini dilengkapi dengan sensor yang dipasang di kolam atau tambak ikan untuk mengukur beberapa parameter penting:
- pH air: menunjukkan tingkat keasaman atau kebasaan.
- Suhu air: berpengaruh pada metabolisme ikan.
- Kekeruhan (turbidity): mengukur seberapa jernih atau keruh air, yang berkaitan dengan kesehatan ikan.
Data dari sensor ini dikirim ke sebuah mikrokontroler kecil bernama ESP32, lalu diteruskan ke platform berbasis internet yang bisa diakses peternak lewat komputer atau smartphone.
Baca juga artikel tentang: Airborne Transmission: Puzzle Baru Penyebaran Flu Burung di Peternakan
Didukung Energi Hibrida
Salah satu keunggulan SHIFA adalah sistem energinya. Perangkat ini tidak hanya bergantung pada listrik dari PLN, tetapi juga menggabungkannya dengan energi surya (solar panel). Dengan begitu, meski terjadi pemadaman listrik, sistem tetap berjalan. Ini sangat penting bagi peternak yang tinggal di daerah dengan pasokan listrik tidak stabil.
Energi hibrida ini menjadikan SHIFA lebih ramah lingkungan sekaligus efisien. Penggunaan tenaga surya juga membantu mengurangi biaya operasional jangka panjang.
Fitur Otomatisasi untuk Peternakan Modern
SHIFA tidak hanya memantau, tetapi juga mampu mengendalikan kondisi air secara otomatis. Misalnya, jika sensor mendeteksi oksigen terlarut rendah, sistem bisa mengaktifkan aerator untuk menambah suplai oksigen. Jika suhu air naik terlalu tinggi, sistem memberi peringatan sehingga peternak bisa segera mengambil tindakan.
Selain itu, semua informasi dapat dipantau dari jarak jauh melalui aplikasi berbasis web. Jadi, peternak tidak harus selalu berada di dekat kolam untuk memastikan ikan-ikannya dalam keadaan baik.

Dalam uji coba, sistem SHIFA menunjukkan tingkat akurasi yang tinggi:
- 98% untuk pengukuran pH,
- 97% untuk suhu,
- 95% untuk tingkat kekeruhan air.
Dengan akurasi setinggi ini, peternak bisa lebih percaya diri mengambil keputusan berbasis data. Misalnya, menentukan kapan harus mengganti air, kapan harus menambahkan pakan, atau kapan perlu menyalakan sistem sirkulasi.
Dampak untuk Efisiensi dan Keberlanjutan
Penerapan sistem seperti SHIFA memberikan banyak manfaat nyata:
- Mengurangi pekerjaan manual: Peternak tidak lagi harus bolak-balik ke kolam untuk mengecek kondisi air.
- Efisiensi sumber daya: Air, energi, dan pakan dapat digunakan secara lebih optimal.
- Meningkatkan kesehatan ikan: Dengan kondisi air yang stabil, ikan tumbuh lebih cepat, lebih sehat, dan lebih tahan penyakit.
- Keberlanjutan usaha: Menggunakan energi surya dan teknologi otomatis membantu menciptakan peternakan ikan yang ramah lingkungan.
Masa Depan Peternakan Ikan Pintar
Teknologi SHIFA hanyalah salah satu contoh bagaimana Internet of Things (IoT) dapat diterapkan di bidang peternakan. Dengan semakin berkembangnya teknologi sensor, jaringan internet, dan energi terbarukan, peternakan ikan di masa depan akan semakin cerdas, efisien, dan berkelanjutan.
Bayangkan jika sistem seperti ini digunakan secara luas:
- Peternak kecil bisa meningkatkan hasil panen tanpa harus mengeluarkan biaya besar untuk tenaga kerja tambahan.
- Masalah lingkungan akibat kualitas air buruk bisa ditekan.
- Produksi ikan nasional bisa meningkat untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia yang terus bertambah.
Peternakan ikan bukan lagi sekadar pekerjaan tradisional yang mengandalkan pengalaman dan insting. Dengan bantuan teknologi seperti SHIFA, peternakan bisa berubah menjadi industri modern yang cerdas, efisien, dan berkelanjutan.
Kombinasi antara sensor IoT, energi hibrida, dan sistem otomatisasi menjadikan SHIFA sebagai langkah nyata menuju masa depan “Smart Fish Farming”. Teknologi ini bukan hanya membantu peternak menghasilkan ikan yang lebih sehat, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan dan ketahanan pangan global.
Dengan kata lain, ikan yang sehat, peternak sejahtera, dan lingkungan lestari bisa tercapai melalui inovasi teknologi.
Baca juga artikel tentang: Probiotik dan Herbal, Duo Ajaib Penjaga Kesehatan Ikan Mas
REFERENSI:
Wibowo, Fitri dkk. 2025. Development of a Hybrid Energy-Powered IoT-Based Monitoring and Control System for Smart Fish Farming. IOP Conference Series: Earth and Environmental Science 1446 (1), 012049.


