Santri Beternak, Pesantren Berdaya: Inovasi Feed Booster di Baitul Qur’an

Di sebuah pesantren bernama Baitul Qur’an, tempat ratusan anak-anak belajar agama secara gratis, ada sebuah kisah menarik tentang kolam ikan. Pesantren ini tidak hanya mendidik santri agar fasih membaca Al-Qur’an, tetapi juga berusaha mendidik mereka tentang kemandirian ekonomi. Semua biaya hidup santri ditanggung oleh pesantren, yang sebagian besar bersumber dari donasi masyarakat. Namun, tentu saja donasi tidak selalu stabil. Dari sinilah muncul gagasan: bagaimana jika pesantren mengelola peternakan ikan untuk menopang kebutuhan sehari-hari?

Ikan dipilih karena beberapa alasan sederhana tapi kuat. Pertama, ikan adalah sumber protein yang selalu dibutuhkan masyarakat. Kedua, siklus hidup ikan relatif singkat, dalam beberapa bulan saja bisa dipanen. Ketiga, usaha ini bisa melibatkan para santri langsung, sehingga mereka mendapat pengalaman praktis tentang wirausaha dan pengelolaan pangan.

Namun, membesarkan ikan tidak semudah menebar benih lalu menunggu panen. Kualitas pakan memegang peranan besar. Pakan komersial tersedia di pasaran, tetapi harganya cukup mahal. Untuk pesantren yang hidup dari donasi, biaya pakan menjadi beban berat. Inilah yang membuat para peneliti dan praktisi mencoba mencari jalan keluar: menciptakan pakan buatan yang bergizi tapi murah.

Baca juga artikel tentang: Airborne Transmission: Puzzle Baru Penyebaran Flu Burung di Peternakan

Rahasia di Balik “Feed Booster”

Solusi yang ditawarkan adalah Feed Booster, sebuah formula tambahan untuk memperkaya pakan ikan. Bahan utamanya sederhana, bahkan sebagian bisa diperoleh dari lingkungan sekitar. Komposisinya meliputi:

  • Larva Black Soldier Fly (BSF): serangga yang dikenal kaya protein, biasanya dibudidayakan dari sampah organik.
  • Tepung ikan: sumber protein hewani yang sudah lama dipakai dalam akuakultur.
  • Clay flour dan tanaman lokal berprotein tinggi: sebagai sumber mineral dan vitamin tambahan.
  • Campuran vitamin: untuk mempercepat pertumbuhan ikan dan menjaga kesehatannya.

Feed Booster ini berfungsi seperti “suplemen makanan” bagi ikan. Dengan tambahan ini, pakan rumahan bisa lebih bergizi dan tidak kalah dengan pakan komersial mahal.

Hasil Uji Coba: Ikan Lebih Cepat Panen

Uji coba menunjukkan bahwa ikan yang diberi campuran Feed Booster tumbuh jauh lebih cepat. Dalam waktu 2,5 hingga 3 bulan, ikan sudah mencapai ukuran siap panen, yaitu 500 hingga 1.200 gram per ekor. Bayangkan, dari benih kecil hingga ikan seukuran itu dalam waktu singkat, sungguh efisiensi yang luar biasa.

Proses penimbangan bahan-bahan pakan booster sesuai dengan formulasi.

Selain cepat besar, kualitas daging ikan juga lebih baik. Rasanya segar, teksturnya padat, dan ukurannya memenuhi standar pasar. Dengan begitu, ikan hasil kolam pesantren bukan hanya bisa memenuhi kebutuhan santri, tapi juga layak dijual di pasar atau bahkan masuk ke supermarket.

Lebih dari Sekadar Kolam: Sebuah Strategi Ekonomi

Jika dijalankan secara konsisten, usaha perikanan ini bisa menjadi sumber pendapatan tetap bagi pesantren. Misalnya, dengan siklus panen 3 bulan sekali, setiap panen bisa menghasilkan ikan dalam jumlah signifikan. Hasil penjualan tidak hanya menutup biaya operasional kolam, tapi juga bisa membiayai kebutuhan pesantren—mulai dari listrik, air, hingga buku pelajaran.

Lebih jauh lagi, model ini mengajarkan para santri untuk berwirausaha berbasis ilmu pengetahuan. Mereka belajar bahwa kemandirian ekonomi bisa lahir dari kreativitas dan pemanfaatan teknologi sederhana, bukan semata bergantung pada bantuan.

Pemberian Pakan Ikan di Peternakan Ikan Pesantren Baitul Qur’an.

Ada nilai tambah lain yang tidak kalah penting: keberlanjutan lingkungan. Dengan memanfaatkan larva BSF yang bisa tumbuh dari sampah organik, pesantren sekaligus ikut mengurangi limbah. Limbah makanan dari dapur pesantren tidak lagi terbuang, tapi bisa menjadi bahan budidaya larva yang kemudian kembali menjadi pakan ikan. Ini adalah ekonomi sirkular dalam skala kecil, tetapi dampaknya nyata.

Selain itu, keterlibatan masyarakat sekitar juga bisa diperkuat. Misalnya, warga bisa membantu memasok bahan tambahan pakan, ikut dalam proses budidaya, atau bahkan membeli hasil panen ikan. Dengan begitu, pesantren bukan hanya mandiri secara ekonomi, tapi juga menjadi pusat pemberdayaan masyarakat.

Tantangan yang Masih Menghadang

Tentu saja, jalan menuju kemandirian ekonomi melalui kolam ikan bukan tanpa tantangan. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan:

  1. Kualitas Air – Ikan sangat sensitif terhadap kondisi air. Air yang tercemar bisa membuat ikan mudah sakit atau mati.
  2. Manajemen Kolam – Pemberian pakan harus terukur. Terlalu banyak memberi pakan justru membuat air keruh dan menurunkan kualitas lingkungan kolam.
  3. Pemasaran – Supaya usaha ini benar-benar menguntungkan, pesantren perlu jaringan pemasaran yang baik agar ikan bisa dijual dengan harga layak.
  4. Pendanaan Awal – Meskipun pakan bisa ditekan biayanya, pembangunan kolam dan sistem awal tetap membutuhkan modal.

Namun, dengan perencanaan yang baik dan dukungan masyarakat, tantangan-tantangan ini bisa diatasi.

Pesantren sebagai Model Ekonomi Kerakyatan

Kisah Pesantren Baitul Qur’an ini memberi pelajaran berharga. Bahwa lembaga pendidikan, khususnya pesantren, bisa bertransformasi menjadi pusat inovasi ekonomi. Dengan memanfaatkan sains dan teknologi sederhana, mereka bukan hanya mencetak generasi yang cerdas secara spiritual, tapi juga mandiri secara ekonomi.

Lebih dari itu, model ini bisa ditiru oleh pesantren lain atau lembaga pendidikan berbasis komunitas. Jika banyak lembaga serupa mengembangkan usaha perikanan dengan pendekatan berkelanjutan, maka dampaknya bisa lebih luas: mengurangi angka kemiskinan, meningkatkan gizi masyarakat, dan menciptakan kemandirian ekonomi di berbagai daerah.

Dari sebuah kolam sederhana, Pesantren Baitul Qur’an telah membuktikan bahwa kemandirian bisa diraih. Kuncinya adalah memadukan semangat gotong royong dengan inovasi ilmiah seperti Feed Booster. Ikan-ikan yang tumbuh sehat bukan hanya memberi makan para santri, tapi juga membawa pesan bahwa ilmu pengetahuan, ketika dipadukan dengan niat tulus untuk melayani, bisa menjadi jalan menuju kehidupan yang lebih baik.

Dengan demikian, peternakan ikan bukan sekadar aktivitas ekonomi. Ia adalah simbol harapan, kemandirian, dan keberlanjutan, sebuah inspirasi bahwa kolam kecil bisa membawa perubahan besar.

Baca juga artikel tentang: Probiotik dan Herbal, Duo Ajaib Penjaga Kesehatan Ikan Mas

REFERENSI:

Sari, Eka dkk. 2025. The Efforts to Enhance the Economic Independence of Pesantren Baitul Qur’an by Developing Qualified Fish Farms With the Addition of Feed Booster from B & B Laboratory of Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Global Summit on Sustainable Innovation, and Green Technologies (GS-SIGRET) Proceedings 1, 206-229.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top