Robekan Kecil, Dampak Besar: Risiko Ekologis dan Ekonomi di Peternakan Ikan Laut

Dalam beberapa dekade terakhir, peternakan ikan tidak lagi hanya dilakukan di kolam atau tambak dekat daratan. Kini, teknologi telah memungkinkan peternakan ikan dipindahkan ke laut terbuka atau offshore aquaculture. Metode ini menggunakan keramba besar yang setengah terapung (semi-submersible fish cages) untuk menampung ribuan ikan. Sistem ini dianggap sebagai masa depan akuakultur karena dapat menghasilkan ikan dalam jumlah besar tanpa terlalu membebani lingkungan pesisir.

Namun, membesarkan ikan di laut lepas bukan tanpa tantangan. Laut yang bergelombang, arus kuat, dan badai dapat merusak jaring atau keramba. Jika jaring robek, ikan bisa lolos dan menyebabkan kerugian besar bagi peternak. Selain itu, kebocoran ikan ke alam liar bisa mengganggu ekosistem laut. Karena itu, memastikan kekuatan jaring menjadi hal yang sangat penting.

Baca juga artikel tentang: Probiotik dan Herbal, Duo Ajaib Penjaga Kesehatan Ikan Mas

Apa Itu Semi-Submersible Fish Cages?

Semi-submersible fish cages adalah keramba modern yang dirancang khusus untuk laut terbuka. Disebut “semi-submersible” karena sebagian strukturnya tenggelam di bawah air, sementara bagian lainnya tetap mengapung. Bentuk ini membuatnya lebih stabil menghadapi gelombang besar dibanding keramba biasa.

Di dalam keramba ini, ikan seperti salmon, kakap, atau kerapu dibesarkan hingga siap panen. Jaring yang membungkus keramba berfungsi ganda: menahan ikan agar tidak kabur sekaligus melindungi mereka dari predator. Jaring tersebut diikat menggunakan tendon atau tali baja/serat kuat yang menopang seluruh struktur. Jika tendon ini rusak, jaring bisa sobek dalam hitungan detik.

Sebuah studi baru yang diterbitkan di jurnal Ocean Engineering (2025) menyoroti masalah kegagalan tendon pada jaring keramba ikan di laut terbuka. Tendon di sini ibarat “urat nadi” yang menjaga kekuatan jaring. Bila salah satu tendon putus, ketegangan di bagian lain akan berubah drastis.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat tendon patah, tegangan rata-rata pada jaring bisa berkurang hingga 38%. Lebih buruk lagi, robekan bisa merambat cepat. Dalam simulasi, kerusakan tendon dapat menyebabkan terbentuknya lubang sebesar 5 meter persegi hanya dalam 0,12 detik! Bayangkan ribuan ikan yang bisa keluar dari lubang sebesar itu dalam waktu singkat.

Bagaimana Para Ilmuwan Menelitinya?

Para peneliti tidak mungkin menguji coba kerusakan tendon langsung di laut dengan ikan sungguhan, risikonya terlalu besar. Sebagai gantinya, mereka menggunakan pemodelan numerik dan simulasi komputer.

Metode yang dipakai meliputi:

  • Rigid Body Dynamics (RBD): untuk mensimulasikan gerakan struktur keramba di laut.
  • Position-Based Dynamics (XPBD): untuk menghitung bagaimana jaring dan tendon berubah bentuk ketika terkena gaya.
  • Hydrodynamic Forces: perhitungan gaya-gaya air seperti arus dan gelombang terhadap keramba.

Dengan kombinasi metode ini, para ilmuwan bisa memprediksi bagaimana keramba akan bereaksi di bawah kondisi laut yang berbeda, misalnya saat gelombang 5 meter menghantam atau ketika arus bawah laut menjadi sangat kuat.

Desain keramba laut lepas berbentuk oktagonal dengan struktur kolom, rangka, dan jaring yang diperkuat untuk menganalisis dan mencegah kegagalan tendon pada sistem budidaya ikan berskala besar.

Hasil Temuan yang Penting

Dari simulasi, ada beberapa hal penting yang terungkap:

  1. Kekuatan jaring sangat bergantung pada tendon. Jika satu tendon gagal, seluruh sistem menjadi lemah.
  2. Titik patah tendon bisa diprediksi. Ada hubungan kuat antara besarnya tegangan dan tinggi titik putus. Hal ini membuka peluang untuk membuat sistem peringatan dini.
  3. Kerusakan menyebar sangat cepat. Begitu tendon utama putus, jaring bisa robek lebar dalam hitungan sepersekian detik.
  4. Sensor bisa jadi solusi. Dengan memasang sensor beban di tendon, peternak bisa memantau ketegangan secara real-time dan tahu kapan tendon mulai melemah.
Riwayat waktu luas lubang pada saat robeknya jaring.

Mengapa Ini Penting?

Masalah robeknya jaring bukan hanya soal kerugian ekonomi. Ada dampak lingkungan yang lebih luas. Jika ribuan ikan budidaya lolos ke laut:

  • Mereka bisa bersaing dengan ikan liar memperebutkan makanan.
  • Ikan hasil budidaya bisa membawa penyakit yang menginfeksi populasi ikan liar.
  • Genetik ikan budidaya bisa bercampur dengan ikan asli, mengganggu keanekaragaman hayati.

Dengan kata lain, kegagalan satu jaring bisa berdampak pada ekosistem laut seluruhnya.

Teknologi untuk Masa Depan Akuakultur

Studi ini menegaskan pentingnya monitoring berkelanjutan. Di masa depan, keramba ikan di laut lepas kemungkinan besar akan dilengkapi dengan:

  • Sensor pintar untuk memantau ketegangan pada tendon.
  • Kamera bawah laut yang bisa mendeteksi perubahan jaring.
  • AI dan machine learning untuk memprediksi titik rawan kerusakan.
  • Material baru seperti serat komposit super kuat yang lebih tahan lama dibanding jaring konvensional.

Jika teknologi ini diterapkan, keramba modern akan semakin aman, efisien, dan ramah lingkungan.

Menjaga Keseimbangan Antara Teknologi dan Alam

Meskipun teknologi bisa membantu, penting diingat bahwa laut adalah lingkungan yang dinamis dan penuh ketidakpastian. Peternakan ikan di laut terbuka harus tetap mempertimbangkan faktor lingkungan, seperti arus, ekosistem lokal, dan keberlanjutan.

Dengan kombinasi inovasi teknologi, pemantauan cerdas, dan praktik budidaya berkelanjutan, peternakan ikan di laut lepas berpotensi menjadi salah satu solusi utama untuk memenuhi kebutuhan protein dunia tanpa merusak alam.

Peternakan ikan di laut terbuka adalah salah satu inovasi paling menjanjikan di bidang akuakultur. Namun, tantangan teknis seperti putusnya tendon pada jaring harus ditangani dengan serius. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa teknologi pemodelan numerik dan sensor canggih bisa membantu peternak mendeteksi dan mencegah kerusakan sebelum terjadi.

Pada akhirnya, menjaga kekuatan jaring bukan hanya soal mencegah ikan kabur, tetapi juga menjaga keberlanjutan ekosistem laut dan masa depan pangan dunia.

Baca juga artikel tentang: Kebun di Kubah Bulan: Mimpi Peternakan dan Pertanian Antarplanet

REFERENSI:

Wen, Xueliang dkk. 2025. Numerical modelling and analysis of tendon failures in nets of semi-submersible fish cages. Ocean Engineering 325, 120768.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top