Ragi Schizosaccharomyces: Kunci Mengubah Jerami Keras Jadi Pakan Bernutrisi

Setiap musim panen gandum, petani menghasilkan jutaan ton jerami sebagai limbah samping. Jerami ini biasanya hanya dibakar atau dibiarkan membusuk di lahan, padahal bisa menjadi sumber serat bagi ternak. Sayangnya, jerami memiliki satu kelemahan besar: kandungan ligninnya sangat tinggi.

Lignin adalah zat keras yang membuat jerami sulit dicerna oleh enzim pencernaan hewan. Akibatnya, meski jumlah jerami melimpah, nilai gizinya sangat rendah. Protein yang terkandung di dalamnya pun sedikit, sehingga jika diberikan langsung sebagai pakan, ternak tidak akan mendapatkan nutrisi optimal.

Inilah masalah klasik dalam dunia peternakan: bahan pakan ada, tapi mutunya rendah. Solusinya? Teknologi fermentasi.

Baca juga artikel tentang: Ikan Budidaya Lebih Bersih: Peluang Besar untuk Peternak Ikan Masa Depan

Fermentasi: Cara Pintar Mengubah Jerami

Fermentasi pakan adalah proses menggunakan mikroorganisme (bakteri, jamur, atau ragi) untuk memecah komponen yang sulit dicerna, sehingga pakan menjadi lebih bergizi. Dalam penelitian terbaru, para ilmuwan menggunakan ragi khusus bernama Schizosaccharomyces pombe sejenis ragi yang biasa dipakai dalam riset bioteknologi.

Ragi ini mampu menghasilkan enzim yang memecah lignoselulosa, yaitu campuran lignin, selulosa, dan hemiselulosa pada jerami. Dengan cara ini, dinding keras jerami bisa dilunakkan, nutrisi yang terperangkap di dalamnya dilepaskan, dan protein bisa bertambah.

Hasil Penelitian: Protein Naik 4 Kali Lipat

Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Preparative Biochemistry & Biotechnology tahun 2025 ini menghasilkan temuan mencengangkan.

Setelah melalui proses fermentasi dengan bantuan Schizosaccharomyces pombe, kandungan protein sejati (true protein) dalam jerami gandum meningkat hingga 9,35%. Angka ini berarti empat kali lebih tinggi dibandingkan jerami yang tidak difermentasi.

Selain itu, tingkat degradasi lignoselulosa jerami mencapai 45,42%. Artinya, hampir setengah dari komponen keras jerami berhasil dipecah, sehingga lebih mudah dicerna oleh ternak.

Dengan kombinasi ini, jerami yang tadinya hanya dianggap limbah murah bisa berubah menjadi pakan bernilai tinggi.

Nutrisi Lebih Baik, Ternak Lebih Sehat

Peningkatan kandungan protein sangat penting bagi ternak, terutama ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba. Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan otot, produksi susu, dan menjaga sistem kekebalan tubuh.

Proses optimasi degradasi lignin menggunakan faktor tambahan (GOD, Lac, malonic acid) dan enzim dari S. pombe rekombinan (LiP, MnP) melalui respon permukaan, sehingga menghasilkan pakan ternak yang lebih berkualitas.

Selain itu, fermentasi juga meningkatkan palatabilitas (keterterimaan pakan oleh hewan). Jerami yang keras dan kurang enak bisa berubah menjadi lebih lembut, harum, dan lebih mudah dikunyah. Ini berarti hewan lebih lahap makan, sehingga asupan gizi mereka meningkat.

Tidak hanya itu, pakan hasil fermentasi juga lebih ramah lingkungan. Dengan memanfaatkan jerami sebagai bahan pakan, praktik pembakaran jerami yang menyebabkan polusi udara bisa dikurangi.

Industri Peternakan Jadi Lebih Efisien

Salah satu biaya terbesar dalam peternakan adalah pakan, bisa mencapai 60–80% dari total biaya produksi. Selama ini, peternak masih sangat bergantung pada bahan pakan berkualitas tinggi seperti kedelai atau jagung. Namun, harga bahan ini cenderung mahal dan sering bersaing dengan kebutuhan manusia.

Dengan adanya teknologi fermentasi jerami, peternak memiliki alternatif baru: bahan murah, melimpah, tapi bernilai gizi tinggi. Jika teknologi ini bisa diterapkan secara luas, biaya pakan bisa ditekan, dan ketergantungan pada impor bahan pakan bisa dikurangi.

Tantangan yang Harus Diatasi

Meski hasil penelitian sangat menjanjikan, ada beberapa tantangan sebelum teknologi ini bisa dipakai secara massal:

  1. Skala produksi
    Fermentasi dalam laboratorium mudah dilakukan, tetapi untuk kebutuhan industri, dibutuhkan teknologi skala besar dengan biaya efisien.
  2. Kestabilan kualitas
    Setiap jerami memiliki kandungan nutrisi berbeda, tergantung lokasi, iklim, dan cara panen. Teknologi fermentasi harus bisa menghasilkan kualitas pakan yang konsisten.
  3. Penerimaan peternak
    Teknologi baru sering kali membutuhkan waktu untuk diadopsi. Peternak harus diyakinkan bahwa manfaat ekonominya nyata.
  4. Regulasi dan keamanan
    Karena melibatkan ragi rekayasa, aspek keamanan pangan harus benar-benar diuji agar aman bagi hewan dan manusia.

Jalan Menuju Masa Depan Pakan Berkelanjutan

Meski masih ada tantangan, arah penelitian ini sejalan dengan kebutuhan global: membuat peternakan lebih efisien, murah, dan ramah lingkungan. Dengan populasi manusia yang terus bertambah, kebutuhan daging dan susu akan semakin besar. Artinya, produksi pakan juga harus meningkat tanpa merusak lingkungan.

Fermentasi jerami gandum adalah salah satu langkah penting menuju solusi itu. Limbah yang dulu dianggap tidak berguna bisa menjadi “emas hijau” bagi peternakan. Jika dikembangkan lebih lanjut, bukan tidak mungkin teknologi ini bisa diterapkan pada limbah pertanian lain seperti batang jagung, sekam padi, atau ampas tebu.

Penelitian tentang fermentasi jerami gandum dengan Schizosaccharomyces pombe membuktikan bahwa sains bisa mengubah cara kita memandang limbah. Dari sesuatu yang awalnya dianggap masalah, bisa lahir solusi yang memberi nilai tambah besar bagi dunia peternakan.

Grafik 3D respon permukaan yang menggambarkan pengaruh kombinasi variabel (GOD, Lac, dan propanediic acid) terhadap tingkat degradasi lignin, di mana kondisi optimum menghasilkan degradasi tertinggi.

Bagi peternak, ini berarti peluang mendapatkan pakan murah tapi berkualitas tinggi. Bagi konsumen, ini berarti daging dan susu yang lebih sehat dan lebih ramah lingkungan. Dan bagi bumi, ini berarti langkah kecil menuju pertanian yang lebih berkelanjutan.

Dengan kata lain, masa depan peternakan tidak hanya bergantung pada berapa banyak hewan yang dipelihara, tetapi juga pada seberapa cerdas kita mengelola sumber daya yang ada, termasuk jerami sederhana yang ada di ladang.

Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global

REFERENSI:

Chen, Xihua dkk. 2025. New wheat straw fermentation feed: recombinant Schizosaccharomyces pombe efficient degradation of lignocellulose and increase feed protein. Preparative Biochemistry & Biotechnology 55 (1), 36-44.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top