Peternakan Puyuh: Dari Kandang Baterai ke Pasar Nasional

Puyuh (Coturnix coturnix japonica) adalah jenis unggas berukuran kecil yang terkenal sebagai penghasil telur mungil, tetapi sarat manfaat. Meski bentuknya jauh lebih kecil dibandingkan telur ayam, telur puyuh menyimpan kandungan gizi yang padat. Di dalamnya terdapat protein, vitamin, dan mineral penting yang dibutuhkan tubuh, misalnya vitamin A untuk kesehatan mata, zat besi untuk pembentukan darah, dan selenium yang berperan sebagai antioksidan.

Selain kaya gizi, telur puyuh juga lebih terjangkau harganya, sehingga mudah dibeli oleh berbagai kalangan masyarakat. Itulah sebabnya, telur ini sudah lama menjadi bagian dari pasar tradisional maupun modern di Indonesia. Banyak orang menyukainya karena praktis, bisa diolah menjadi berbagai masakan, mulai dari sate telur puyuh hingga campuran dalam sup dan nasi kotak.

Dengan kata lain, meskipun kecil secara ukuran, telur puyuh memiliki “nilai besar” bagi kesehatan, kuliner, dan juga ekonomi masyarakat.

Di balik kepopulerannya, ternyata ada ilmu peternakan yang serius mengkaji bagaimana kualitas telur puyuh bisa ditingkatkan. Penelitian terbaru di Payakumbuh, Sumatera Barat, mencoba menjawab pertanyaan penting: sejauh mana tingkat kesuburan telur, daya tetas, berat tetas, hingga berapa banyak anakan puyuh sehat yang bisa dijual dari satu peternakan.

Baca juga artikel tentang: Mengukur Tingkat Keparahan Penyakit pada Kambing dengan Kecerdasan Buatan: Inovasi dari Penelitian Terkini

Penelitian di Payakumbuh

Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati 450 butir telur puyuh dari 5 kandang baterai, masing-masing kandang diisi 16 minggu umur puyuh. Metode yang dipakai adalah observasi dan analisis deskriptif, artinya peneliti menghitung, menimbang, dan menganalisis kualitas telur serta hasil penetasan untuk mendapat gambaran yang jelas.

Beberapa hal penting yang diteliti meliputi:

  • Berat telur
  • Tingkat fertilitas (kesuburan)
  • Daya tetas
  • Berat anak puyuh saat menetas
  • Persentase DOQ (Day Old Quail) atau jumlah anak puyuh umur sehari yang bisa dijual

Hasil Utama

Dari hasil penelitian, ditemukan beberapa angka menarik:

  1. Berat telur rata-rata
    • 11,25 ± 0,80 gram.
      Berat ini dianggap standar internasional, artinya kualitas telur dari farm ini bisa bersaing dengan peternakan lain.
  2. Tingkat fertilitas
    • 85,56 ± 10,13%.
      Artinya, lebih dari 8 dari 10 telur yang dihasilkan berpotensi berkembang menjadi embrio.
  3. Daya tetas (Hatchability)
    • 77,77 ± 12,00%.
      Angka ini menunjukkan bahwa sebagian besar telur subur bisa menetas dengan baik.
  4. Berat anak puyuh saat menetas
    • 7,53 ± 0,94 gram.
      Berat ini penting karena menentukan kekuatan hidup dan pertumbuhan anakan.
  5. Persentase DOQ yang bisa dijual
    • 87,58 ± 9,11%.
      Hampir 9 dari 10 anak puyuh sehat dan layak dijual sebagai bibit.
Tabel berat rata-rata, kesuburan, daya tetas, telur tetas puyuh.

Namun, ada catatan penting. Sebagian kecil anak puyuh memiliki cacat fisik, seperti kaki bengkok atau tubuh lemah, sehingga tidak bisa dipasarkan.

Apa Artinya untuk Peternak?

Bagi masyarakat awam, mungkin angka-angka di atas terlihat rumit. Tapi bagi peternak, data ini sangat berharga. Berikut penjelasannya:

  • Produktivitas tinggi
    Tingkat kesuburan dan daya tetas di atas 75% dianggap baik, sehingga peternakan ini tergolong produktif.
  • Kualitas bibit terjamin
    Dengan persentase DOQ mencapai 87%, peternak bisa yakin bahwa sebagian besar bibit yang dijual ke pasar adalah anakan sehat.
  • Efisiensi usaha meningkat
    Tingkat kegagalan yang rendah berarti peternak tidak banyak merugi. Ini membuat usaha lebih efisien.
  • Kepercayaan pasar
    Kualitas bibit yang konsisten akan meningkatkan kepercayaan pembeli, baik untuk konsumsi maupun untuk budidaya lanjutan.

Mengapa Telur Puyuh Penting?

Selain sebagai sumber bibit, telur puyuh juga menjadi komoditas pangan bergizi. Telur ini kaya akan protein, vitamin A, B12, zat besi, dan selenium. Dalam jumlah kecil saja, kandungan gizinya cukup untuk membantu kebutuhan harian.

Di pasar, telur puyuh dijual dengan harga yang relatif stabil dan memiliki banyak peminat, baik untuk rumah tangga maupun industri makanan (seperti sate puyuh, lauk nasi kotak, hingga hotel dan restoran).

Dengan populasi yang tinggi, peternakan puyuh juga berkontribusi pada ketahanan pangan nasional, terutama di sektor protein hewani murah meriah.

Tantangan yang Masih Ada

Meski hasil penelitian positif, masih ada beberapa tantangan dalam peternakan puyuh:

  1. Cacat fisik DOQ
    Walau jumlahnya kecil, anakan dengan cacat mengurangi efisiensi usaha. Perlu inovasi untuk menekan angka ini.
  2. Kebutuhan pakan
    Puyuh memerlukan pakan berkualitas dengan harga stabil. Jika harga pakan naik, keuntungan peternak bisa menurun.
  3. Manajemen kandang
    Puyuh sensitif terhadap suhu, kelembapan, dan kebersihan. Kesalahan kecil bisa menyebabkan produksi menurun.
  4. Persaingan pasar
    Meski permintaan tinggi, jumlah peternak puyuh juga banyak. Peternak perlu menjaga kualitas agar tetap unggul.

Harapan ke Depan

Dengan hasil penelitian ini, peternakan puyuh di Indonesia bisa lebih percaya diri. Tingkat fertilitas tinggi, daya tetas baik, serta bibit sehat yang banyak bisa menjadi modal besar.

Bahkan, jika dikelola lebih modern dengan dukungan teknologi seperti inkubator otomatis, manajemen pakan digital, hingga pemasaran online, peternakan puyuh bukan hanya bisa memenuhi kebutuhan lokal, tetapi juga punya peluang ekspor.

Telur puyuh mungkin kecil, tetapi penelitian di Payakumbuh membuktikan bahwa di balik ukurannya, terdapat potensi ekonomi besar. Tingkat kesuburan tinggi, daya tetas yang baik, serta anakan sehat yang bisa dipasarkan membuat peternakan ini efisien dan menjanjikan.

Dengan inovasi, manajemen yang tepat, dan dukungan teknologi, peternakan puyuh bisa menjadi salah satu pilar penting pangan dan ekonomi masyarakat Indonesia.

Baca juga artikel tentang: Mengapa Warna Cangkang Telur Bisa Berbeda? Ini Jawaban dari Ilmu Genetika

REFERENSI:

Nova, Tertia Delia. 2025 Quail Eggs (Coturnic coturnic japonica)’s Fertility, Hatching Power, Hatching Weight, and Saleable DOQ at Quail Farm. Andalasian Livestock 2 (1), 16-27.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top