Ketika kita berbicara tentang lebah, kebanyakan orang langsung membayangkan lebah madu yang rajin membuat sarang dan menghasilkan madu. Namun, dunia perlebahan jauh lebih luas. Ada ribuan spesies lebah liar yang punya peran penting dalam pertanian, termasuk hoary squash bee (Xenoglossa pruinosa), sang penyerbuk khusus tanaman labu.
Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan di Michigan, Amerika Serikat, menyoroti bagaimana lebah khusus tanaman labu dan komunitas lebah lainnya merespons perkembangan kota, khususnya di lahan pertanian labu berukuran kecil. Hasil penelitian ini bukan hanya menarik bagi ilmuwan, tetapi juga bagi petani, peternak lebah, dan masyarakat umum yang peduli akan ketahanan pangan di masa depan.

Baca juga artikel tentang: Mengurangi Gas Rumah Kaca dari Sapi: Solusi Mengejutkan dari Ampas Kopi
Lebah Spesialis vs. Lebah Generalis
Tidak semua lebah bisa menyerbuk semua jenis tanaman. Ada lebah “generalis” yang bisa mengunjungi berbagai bunga, dan ada lebah “spesialis” yang fokus hanya pada jenis tertentu. Lebah khusus tanaman labu adalah contoh lebah spesialis. Mereka berkembang seiring dengan tanaman keluarga labu-labuan (Cucurbitaceae), seperti labu, timun, dan semangka.
Yang menarik, penelitian ini menunjukkan bahwa lebah labu justru paling melimpah di daerah suburban dan urban dibandingkan di pedesaan. Ini mungkin terdengar aneh, karena kita sering mengira lebah hanya bisa hidup baik di desa yang penuh lahan hijau. Namun kenyataannya, kota dan pinggiran kota bisa menyediakan sumber makanan dan sarang yang cukup bagi lebah spesialis ini.
Perkotaan Sebagai Habitat Lebah
Urbanisasi biasanya dianggap ancaman bagi keanekaragaman hayati. Pembangunan gedung, jalan, dan perumahan sering kali mengurangi habitat alami bagi satwa liar, termasuk lebah. Tetapi penelitian ini menemukan sisi lain: lahan pertanian kecil di kota bisa menjadi oasis bagi lebah.

Para peneliti mempelajari 24 lahan pertanian labu di sepanjang gradien urbanisasi, mulai dari pedesaan hingga perkotaan. Mereka mencatat ada 11 genera dan 30 spesies lebah yang berkunjung ke bunga labu. Hasilnya mengejutkan: lebah labu mendominasi di lahan urban dan suburban.
Mengapa bisa begitu? Salah satu alasannya adalah lanskap perkotaan yang terfragmentasi. Di kota, lahan pertanian kecil sering berdekatan dengan taman, halaman rumah, atau ruang hijau lain yang menyediakan variasi sumber makanan tambahan bagi lebah. Kondisi ini menciptakan mosaik habitat yang mendukung kelangsungan hidup lebah penyerbuk.
Jenis Lebah Lain Juga Ikut Bermain Peran
Meski lebah labu menjadi spesies paling melimpah, penelitian ini juga menemukan bahwa tipe lebah lain punya peran berbeda tergantung lokasi:
- Lebah tanah (ground-nesting bees) lebih banyak ditemukan di daerah suburban, di mana tanah lebih terbuka dan tidak sepenuhnya tertutup bangunan.
- Lebah soliter yang bersarang di rongga (cavity-nesting bees) lebih banyak terdapat di pedesaan, karena ketersediaan batang kayu, batang berongga, atau celah alami di lanskap.
Artinya, keanekaragaman lebah tetap penting. Walaupun satu spesies bisa dominan, komunitas lebah yang beragam membantu menjaga kestabilan ekosistem pertanian.
Hubungan dengan Keanekaragaman Bunga
Salah satu temuan menarik adalah adanya hubungan negatif antara keragaman bunga dan keberagaman lebah di lahan labu. Biasanya kita mengira makin banyak jenis bunga, makin banyak jenis lebah. Tetapi, dominasi lebah labu membuat korelasi ini tidak berlaku.
Mengapa? Karena lebah labu begitu efisien dan setia pada bunga labu, sehingga mereka “menguasai” sebagian besar kunjungan bunga. Akibatnya, spesies lebah lain yang biasanya akan hadir di bunga berbeda jumlahnya lebih sedikit.

Ini menunjukkan bahwa pertanian dengan tanaman spesialis seperti labu bisa membentuk komunitas penyerbuk yang unik, dengan satu spesies dominan tetapi tetap berfungsi sangat baik dalam penyerbukan.
Implikasi untuk Pertanian dan Peternakan Lebah
Bagi petani kecil di perkotaan dan pinggiran kota, temuan ini membawa kabar baik. Kehadiran lebah spesialis seperti Xenoglossa pruinosa dapat meningkatkan hasil panen labu tanpa perlu biaya tambahan untuk pemeliharaan lebah madu.
Bagi peternak lebah, penelitian ini membuka peluang baru. Meski lebah madu tetap penting untuk madu dan produk lainnya, menjaga keberadaan lebah liar, terutama lebah spesialis, bisa membantu menjaga produktivitas tanaman. Caranya bisa dengan:
- Menyediakan area sarang alami, misalnya tanah terbuka untuk lebah tanah.
- Mengurangi penggunaan pestisida yang bisa merusak koloni lebah liar.
- Mengintegrasikan pertanian perkotaan dengan taman dan ruang hijau untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Kota Ramah Lebah: Masa Depan Pertanian?
Di masa depan, pertanian tidak hanya akan bergantung pada lahan luas di pedesaan. Urban farming dan pertanian skala kecil di perkotaan akan semakin penting, terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan lokal. Dalam konteks ini, lebah liar menjadi bagian vital dari solusi.
Lebah labu hanyalah satu contoh bagaimana spesialisasi dalam dunia serangga bisa berpadu dengan pertanian manusia. Jika dikelola dengan baik, kota bisa menjadi tempat yang ramah bagi lebah dan mendukung produksi pangan berkelanjutan.
Penelitian di Michigan ini memberi kita gambaran baru: urbanisasi tidak selalu berarti bencana bagi lebah. Justru di ruang-ruang hijau perkotaan, lebah spesialis tanaman labu menemukan tempat berkembang biak dan berkontribusi besar pada produktivitas pertanian.
Bagi petani, peternak lebah, dan masyarakat umum, pelajarannya jelas: menjaga habitat lebah, baik di desa maupun di kota, adalah investasi jangka panjang untuk pangan kita. Karena tanpa lebah, tidak ada panen yang melimpah.
Baca juga artikel tentang: Mengapa Warna Cangkang Telur Bisa Berbeda? Ini Jawaban dari Ilmu Genetika
REFERENSI:
Roedel, Jennifer & Szendrei, Zsofia. 2025. Crop-specialized pollinator drives bee and floral community response to urbanization on small squash farms. Urban Ecosystems 28 (3), 119.


