Di tengah tantangan global tentang keamanan pangan, perubahan iklim, dan kebutuhan pakan ternak yang terus meningkat, serangga mulai dilirik sebagai sumber makanan dan pakan alternatif yang menjanjikan. Kita mungkin terbiasa melihat ayam, sapi, atau ikan sebagai bagian dari peternakan modern, tetapi bagaimana jika serangga juga bisa masuk ke meja makan manusia maupun ke tempat pakan hewan?
Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam Entomologia Experimentalis et Applicata (2025) menyoroti betapa besarnya potensi produksi serangga. Namun, agar serangga benar-benar bisa berperan besar dalam industri pangan dan pakan, diperlukan langkah optimasi yang serius. Salah satu jalannya adalah melalui pemuliaan selektif, yakni memilih serangga dengan sifat unggul untuk kemudian dikembangkan lebih lanjut.
Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global
Kenapa Serangga?
Produksi serangga untuk pangan dan pakan bukan sekadar tren unik. Ada alasan kuat di baliknya.
- Efisiensi pakan: Serangga membutuhkan lebih sedikit makanan dibandingkan ternak besar untuk menghasilkan jumlah protein yang sama.
- Ramah lingkungan: Emisi gas rumah kaca dari produksi serangga jauh lebih rendah dibandingkan sapi atau kambing.
- Sumber nutrisi kaya: Serangga kaya akan protein, lemak sehat, vitamin, dan mineral.
- Mengurangi limbah: Banyak jenis serangga bisa diberi makan dari limbah organik, sehingga membantu daur ulang alami.
Dengan semua kelebihan ini, serangga dianggap sebagai solusi potensial untuk masalah pangan di masa depan. Namun, jalan menuju pemanfaatan penuh serangga masih panjang dan penuh tantangan.

Meskipun menjanjikan, produksi serangga belum seefisien produksi ternak konvensional. Tantangan yang dihadapi antara lain:
- Kurangnya standarisasi: Produksi serangga masih dilakukan dengan metode yang berbeda-beda di tiap tempat.
- Keterbatasan genetika: Hingga kini, serangga belum banyak melalui proses pemuliaan untuk menghasilkan sifat-sifat unggul, seperti pertumbuhan cepat, ketahanan penyakit, atau kandungan nutrisi yang lebih baik.
- Keterbatasan pengetahuan: Riset tentang genetika, perilaku, dan nutrisi serangga masih tergolong minim jika dibandingkan dengan ayam atau sapi.
Inilah mengapa pemuliaan selektif menjadi penting.
Apa Itu Pemuliaan Selektif?
Pemuliaan selektif adalah proses memilih hewan dengan sifat terbaik untuk dikawinkan dan menghasilkan generasi baru yang lebih unggul. Proses ini sudah lama dipakai pada sapi, ayam, hingga ikan. Misalnya, ayam pedaging modern bisa tumbuh besar dalam waktu singkat berkat puluhan tahun pemuliaan selektif.
Jika prinsip yang sama diterapkan pada serangga, maka produksi bisa menjadi lebih efisien. Bayangkan lalat tentara hitam (black soldier fly) yang bisa tumbuh lebih cepat, menghasilkan lebih banyak protein, dan lebih tahan terhadap penyakit. Hasilnya, pakan untuk ikan atau ayam jadi lebih murah dan ramah lingkungan.
Langkah-Langkah dalam Pemuliaan Serangga
Penelitian ini mengulas bagaimana kerangka pemuliaan selektif bisa diterapkan pada serangga. Ada beberapa tahap penting:
- Menentukan tujuan pemuliaan
Apakah ingin serangga yang tumbuh lebih cepat? Atau serangga dengan kandungan protein lebih tinggi? Tujuan ini harus jelas sejak awal. - Pengamatan sifat (fenotipe)
Peternak atau peneliti harus bisa mengukur sifat-sifat yang diinginkan, seperti ukuran tubuh, jumlah telur, atau kandungan nutrisi. - Penilaian genetik
Sifat-sifat tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui seberapa besar pengaruh genetik dibandingkan lingkungan. - Pemilihan dan perkawinan
Serangga dengan sifat terbaik dipilih untuk dikawinkan, sehingga generasi berikutnya semakin unggul. - Menghindari masalah genetik
Tantangan besar dalam pemuliaan adalah risiko kehilangan keanekaragaman genetik atau masalah perkawinan sedarah (inbreeding). Ini bisa membuat populasi serangga rentan terhadap penyakit. Oleh karena itu, manajemen genetik menjadi penting.
Menggabungkan Berbagai Ilmu
Salah satu poin menarik dari penelitian ini adalah perlunya menggabungkan ilmu dari berbagai bidang. Pemuliaan serangga tidak bisa hanya mengandalkan entomologi (ilmu tentang serangga), tetapi juga perlu pengetahuan dari:
- Pemuliaan hewan – metode yang sudah dipakai pada sapi, ayam, dan ikan bisa menjadi inspirasi.
- Genetika kuantitatif – untuk memahami bagaimana sifat diwariskan.
- Biologi evolusi – untuk melihat adaptasi serangga dalam jangka panjang.
- Teknologi genomik – misalnya penggunaan DNA sequencing untuk memilih serangga dengan gen terbaik.
Dengan pendekatan lintas disiplin ini, peluang untuk mengembangkan serangga unggul menjadi lebih besar.
Potensi Besar untuk Masa Depan
Jika pemuliaan selektif bisa diterapkan dengan baik, dampaknya akan signifikan.
- Produksi lebih efisien: Serangga bisa tumbuh lebih cepat dengan kebutuhan pakan lebih sedikit.
- Nutrisi lebih baik: Kandungan protein, lemak sehat, atau mikronutrien bisa ditingkatkan.
- Ramah lingkungan: Produksi serangga bisa membantu mengurangi ketergantungan pada kedelai atau ikan sebagai bahan pakan, yang sering menimbulkan masalah lingkungan.
- Pangan manusia: Tidak hanya untuk pakan ternak, serangga juga bisa dikembangkan sebagai sumber pangan langsung bagi manusia, misalnya tepung serangga sebagai bahan makanan tinggi protein.
Jalan Masih Panjang
Namun, perlu diingat bahwa jalan menuju pemuliaan serangga yang efisien masih panjang. Saat ini, kebanyakan produksi serangga masih dalam tahap awal. Pengetahuan tentang genetika serangga juga masih jauh tertinggal dibandingkan ternak besar.
Selain itu, tantangan sosial juga ada. Tidak semua orang merasa nyaman dengan ide makan serangga, meskipun sebenarnya serangga sudah lama menjadi bagian dari makanan tradisional di banyak budaya.
Serangga bisa menjadi kunci dalam menjawab tantangan pangan dunia di masa depan. Dengan pemuliaan selektif, kita bisa menghasilkan serangga yang lebih efisien, lebih bergizi, dan lebih tahan terhadap penyakit. Penelitian terbaru memberikan gambaran menyeluruh tentang bagaimana kerangka pemuliaan selektif bisa diterapkan dalam produksi serangga.
Meski jalannya belum mulus, ibarat “jalan tanah yang belum diaspal” potensi yang dimiliki sangat besar. Dengan riset yang terus berkembang, bukan tidak mungkin di masa depan serangga akan menjadi bagian penting dari sistem pangan global, baik sebagai pakan ternak maupun sebagai makanan manusia.
Baca juga artikel tentang: Ikan Budidaya Lebih Bersih: Peluang Besar untuk Peternak Ikan Masa Depan
REFERENSI:
Hansen, Laura Skrubbeltrang dkk. 2025. The unpaved road towards efficient selective breeding in insects for food and feed—A review. Entomologia Experimentalis et Applicata 173 (6), 498-521.


