Budidaya ikan, khususnya salmon, adalah salah satu industri perikanan terbesar di dunia. Norwegia menjadi negara terdepan dalam sektor ini dengan ribuan pekerja yang setiap hari mengelola keramba, memberi pakan ikan, membersihkan jaring, hingga mengoperasikan kapal.
Namun, di balik produksi ikan yang sehat dan berlimpah, ada sisi lain yang jarang disorot: kesehatan dan keselamatan pekerja (Occupational Health and Safety/OHS). Pekerjaan di tambak ikan ternyata tidak selalu mudah dan aman. Cedera otot, kecelakaan saat bekerja di laut, hingga tekanan fisik dan mental adalah tantangan nyata yang dihadapi pekerja.
Penelitian terbaru yang dilakukan pada tahun 2023 mencoba memotret kondisi ini melalui survei terhadap lebih dari 1.200 pekerja di industri budidaya ikan Norwegia. Hasilnya membuka mata kita bahwa meskipun sebagian besar pekerja merasa sehat dan puas dengan pekerjaan mereka, masih banyak risiko yang perlu diperhatikan.
Baca juga artikel tentang: Lebih dari Sekadar Sawah: Bagaimana Peternakan Itik Membantu Petani Lawan Hama dan Hemat Pupuk
Temuan Utama: Pekerja Sehat, Tapi Banyak yang Khawatir
Hasil survei menunjukkan bahwa sebagian besar pekerja menilai kesehatan mereka baik. Bahkan, 81% pekerja percaya perusahaan tempat mereka bekerja benar-benar peduli pada keselamatan karyawan.
Namun, data lain menunjukkan sisi berbeda:
- 62% pekerja mengaku masih sering merasa khawatir terkait keselamatan kerja.
- 17% pekerja pernah mengalami ketidakhadiran akibat cedera atau masalah kesehatan terkait pekerjaan.
- Banyak cedera terkait otot dan tulang (musculoskeletal injuries) akibat mengangkat beban berat atau posisi kerja yang tidak ergonomis.
- Ada juga kasus cedera akut akibat kecelakaan di laut, misalnya terpeleset di dek kapal atau tersangkut alat kerja.
Lebih jauh lagi, 28% pekerja merasa bahwa peralatan yang kurang terawat membuat pekerjaan mereka lebih berisiko, sementara 29% menilai keselamatan sering dikalahkan oleh tuntutan produksi. Dengan kata lain, target panen dan keuntungan perusahaan kadang lebih diprioritaskan dibandingkan perlindungan tenaga kerja.
Suara Pekerja: Bicara Soal Keselamatan Bukan Hal Mudah
Salah satu temuan menarik adalah 31% pekerja merasa tidak nyaman ketika harus menegur atau melaporkan pelanggaran aturan keselamatan. Banyak dari mereka khawatir dianggap remeh, memperlambat kerja, atau bahkan bisa berdampak pada hubungan dengan atasan.
Selain itu, 36% pekerja mengaku tidak dilibatkan dalam pengembangan prosedur keselamatan baru. Hal ini berarti masih ada jarak antara pengambil keputusan di manajemen dengan kondisi nyata di lapangan.
Padahal, siapa yang lebih tahu risiko kerja selain para pekerja itu sendiri?
Siapa yang Paling Rentan?
Analisis lebih lanjut menunjukkan ada kelompok pekerja yang lebih rentan terhadap risiko kecelakaan, yaitu:
- Pekerja muda – kurang pengalaman menghadapi situasi darurat.
- Pekerja laut dengan tuntutan efisiensi tinggi – sering bekerja dalam tekanan waktu dan kondisi cuaca ekstrem.
Kelompok ini memiliki kemungkinan lebih tinggi mengalami hampir-kecelakaan (near-accident) dibandingkan pekerja lain.

Untuk menjawab tantangan ini, penelitian memberikan beberapa rekomendasi penting:
- Libatkan pekerja dalam proses keselamatan.
Jangan hanya membuat aturan dari atas, tetapi libatkan pekerja dalam penilaian risiko dan pengembangan prosedur. Dengan begitu, aturan akan lebih realistis dan mudah diterapkan. - Gunakan teknologi.
Sensor, kamera, dan sistem pemantauan dapat membantu mendeteksi kondisi berbahaya lebih cepat, seperti cuaca ekstrem, kelelahan pekerja, atau kerusakan alat. - Perawatan alat yang lebih rutin.
Kapal, jaring, dan peralatan berat harus selalu dalam kondisi prima. Alat rusak bukan hanya memperlambat kerja, tapi juga bisa menjadi penyebab kecelakaan. - Koordinator keselamatan.
Setiap operasi besar sebaiknya memiliki petugas khusus yang bertanggung jawab pada kesehatan dan keselamatan. Fokus ini membantu memastikan pekerja benar-benar terlindungi. - Budaya terbuka dalam komunikasi.
Perusahaan harus mendorong pekerja untuk berani berbicara jika menemukan potensi bahaya tanpa takut dihukum atau dipandang negatif. - Kerjasama lintas perusahaan.
Industri perikanan bisa saling berbagi pengalaman, data, dan praktik terbaik terkait keselamatan kerja agar standar lebih merata.

Menuju Budidaya Ikan yang Berkelanjutan
Ketika berbicara soal keberlanjutan (sustainability), biasanya yang terlintas di benak kita adalah lingkungan dan produksi ikan yang stabil. Namun, penelitian ini menekankan bahwa keberlanjutan tidak bisa dicapai tanpa menjaga pekerja yang menggerakkan industri ini.
Jika pekerja sering cedera, khawatir dengan keselamatan, atau bahkan merasa tidak didengar, maka produktivitas dan kualitas industri bisa terganggu. Lebih dari itu, aspek kemanusiaan harus menjadi prioritas: ikan yang sehat seharusnya juga datang dari pekerja yang sehat dan terlindungi.
Norwegia adalah pemimpin global dalam budidaya salmon. Jika negara maju dengan standar kerja tinggi masih menghadapi banyak tantangan dalam kesehatan dan keselamatan pekerja, bagaimana dengan negara lain yang industri perikanannya sedang berkembang pesat?
Kita bisa belajar dari penelitian ini bahwa teknologi, prosedur, dan aturan saja tidak cukup. Keterlibatan pekerja, budaya komunikasi terbuka, serta keseimbangan antara target produksi dan keselamatan adalah kunci menuju industri akuakultur yang benar-benar berkelanjutan.
Dengan kata lain, budidaya ikan masa depan bukan hanya tentang memberi makan dunia, tetapi juga memastikan orang-orang yang bekerja di baliknya tetap sehat, aman, dan sejahtera.
Baca juga artikel tentang: Mengapa Warna Cangkang Telur Bisa Berbeda? Ini Jawaban dari Ilmu Genetika
REFERENSI:
Thorvaldsen, Trine dkk. 2025. Revisiting occupational health and safety in Norwegian fish farming–Results from an employee survey. Aquaculture 603, 742441.


