Ketika mendengar kata sawah, kebanyakan dari kita mungkin langsung membayangkan hamparan hijau tanaman padi yang melambai-lambai tertiup angin. Gambaran ini memang benar, tetapi di beberapa wilayah di Bangladesh, sawah ternyata tidak hanya berfungsi sebagai tempat menanam padi. Di sana, sawah juga sekaligus menjadi habitat ikan yang hidup berdampingan dengan tanaman padi.
Sistem ini dikenal dengan nama padi-ikan, yaitu bentuk pertanian terpadu di mana petani membudidayakan padi dan ikan di lahan yang sama. Padi tumbuh di permukaan sawah seperti biasa, sementara ikan dipelihara di air yang menggenangi sawah tersebut. Dengan cara ini, satu lahan bisa menghasilkan dua sumber pangan sekaligus: beras dari padi dan protein hewani dari ikan.
Keuntungan sistem padi-ikan tidak hanya sebatas menambah pendapatan petani, tetapi juga berkontribusi besar pada ketahanan pangan dan gizi masyarakat pedesaan. Ketahanan pangan artinya masyarakat memiliki akses cukup terhadap makanan yang sehat dan bergizi. Dengan adanya ikan di sawah, keluarga petani bisa lebih mudah mendapatkan sumber protein tanpa harus membeli dari luar.
Selain itu, sistem ini juga ramah lingkungan. Ikan membantu mengendalikan hama secara alami (misalnya dengan memangsa serangga atau gulma air), sementara kotoran ikan bisa menjadi pupuk alami bagi tanaman padi. Dengan kata lain, sistem padi-ikan adalah contoh nyata bagaimana inovasi sederhana bisa memberikan manfaat ekonomi, kesehatan, dan lingkungan secara bersamaan.
Sebuah penelitian terbaru oleh Alexandra Pounds dan tim dari berbagai lembaga internasional menyoroti bagaimana sistem ini, khususnya melalui produksi benih ikan (fingerling), memberikan dampak nyata pada ketersediaan makanan bergizi dan daya tahan ekonomi petani di Bangladesh barat laut.
Bangladesh dikenal sebagai salah satu negara dengan kepadatan penduduk tertinggi di dunia. Tekanan terhadap lahan pertanian luar biasa besar. Petani dihadapkan pada dilema: apakah lahan sempit yang mereka miliki cukup untuk menanam padi sekaligus mencukupi kebutuhan protein keluarga?
Sistem padi-ikan menjawab persoalan itu. Dengan mengintegrasikan ikan ke dalam sawah, petani bisa mendapatkan dua sumber pangan sekaligus: beras sebagai karbohidrat dan ikan sebagai protein. Tidak hanya itu, ikan membantu mengendalikan hama secara alami di sawah, sehingga mengurangi ketergantungan pada pestisida.
Baca juga artikel tentang: Airborne Transmission: Puzzle Baru Penyebaran Flu Burung di Peternakan
Evolusi Panjang: Dari 1990-an hingga Sekarang
Penelitian ini menunjukkan bahwa perjalanan adopsi sistem padi-ikan di Bangladesh bukan hal instan. Ada tiga fase utama yang tercatat sejak 1990-an:
- Tahap Awal dan Difusi oleh LSM
Sistem ini diperkenalkan sebagai bagian dari program pengendalian hama terpadu di sawah irigasi. LSM membantu menyebarkan teknologi ini ke berbagai daerah. - Tahap Disadopsi dan Konsolidasi
Tidak semua petani bertahan. Sebagian meninggalkan praktik ini karena keterbatasan modal, tenaga, atau pengetahuan teknis. Namun, sebagian lain justru memperkuat dan mengembangkan sistemnya. - Tahap Intensifikasi dan Ekspansi
Dalam dua dekade terakhir, sistem ini kembali meluas. Petani mulai mengombinasikan kolam dengan sawah, menciptakan jaringan produksi benih ikan (hatchery) yang lebih terorganisir.
Hasilnya? Produksi benih ikan meningkat tajam, memungkinkan petani menyediakan suplai stabil bagi pasar lokal.

Lebih dari Sekadar Ikan: Dampak pada Gizi
Salah satu temuan menarik adalah perbedaan pola makan antara petani padi biasa dengan petani padi-ikan.
- Petani yang memproduksi benih ikan makan ikan lebih sering.
- Mereka lebih banyak membeli makanan dari pasar karena punya pendapatan tambahan dari penjualan ikan.
- Dengan begitu, keragaman pangan meningkat: tidak hanya nasi, tapi juga sayur, lauk, dan sumber protein lain.
Singkatnya, sistem padi-ikan berkontribusi langsung terhadap ketahanan pangan dan gizi keluarga.
Inovasi Lokal yang Mengejutkan
Penelitian ini juga mengungkap kreativitas petani dalam beradaptasi. Misalnya:
- Sistem kolam dan sawah terhubung. Petani membuat saluran kecil yang menghubungkan sawah dengan kolam, sehingga ikan bisa berpindah sesuai musim.
- Diversifikasi produksi. Ada yang memelihara berbagai jenis benih ikan seperti nila, mas, dan ikan karper secara bersamaan. Ada juga yang memilih spesialisasi dalam satu jenis ikan untuk memenuhi permintaan pasar tertentu.
- Penggunaan air secara cerdas. Beberapa petani menyesuaikan sistem irigasi agar kolam bisa dipakai untuk membesarkan benih ikan selama musim kering.
Inovasi-inovasi ini lahir bukan dari laboratorium, tapi dari kebutuhan sehari-hari dan pengalaman panjang petani.
Tantangan di Lapangan
Meski manfaatnya besar, sistem ini tetap menghadapi sejumlah tantangan:
- Ketergantungan pada air. Produksi benih ikan sangat bergantung pada ketersediaan air yang cukup, terutama saat musim kering.
- Akses ke pasar. Tidak semua petani mudah menjual benih atau ikan mereka, apalagi jika infrastruktur jalan buruk.
- Modal terbatas. Banyak petani kecil kesulitan membeli pakan, peralatan, atau memperluas usaha.
- Ketidakpastian iklim. Perubahan pola hujan membuat sistem ini lebih rentan gagal panen.
Dengan kata lain, meski potensial, keberlanjutan sistem padi-ikan memerlukan dukungan kebijakan dan investasi.
Padi-Ikan untuk Masa Depan Pangan
Apa pelajaran penting dari penelitian ini? Pertama, integrasi antara padi dan ikan bukan sekadar strategi pertanian, tapi juga strategi gizi nasional. Kedua, inovasi petani membuktikan bahwa solusi lokal bisa menjadi jawaban atas masalah global seperti ketahanan pangan dan perubahan iklim.
Bayangkan jika lebih banyak wilayah di Asia, bahkan di Afrika atau Amerika Latin, mengadopsi sistem serupa. Dunia mungkin akan lebih siap menghadapi tantangan pangan di masa depan.
Kisah padi-ikan di Bangladesh adalah contoh nyata bahwa kadang solusi terbaik tidak datang dari luar, melainkan dari tradisi lokal yang diperkuat dengan inovasi modern. Dengan memadukan nasi dan ikan dalam satu lahan, petani tidak hanya memberi makan keluarga mereka, tapi juga menciptakan sistem pangan yang lebih tangguh dan berkelanjutan.
Jadi, lain kali Anda melihat sawah, bayangkan: mungkin di bawah permukaan air yang tenang itu, ada kehidupan ikan yang diam-diam ikut menjaga dapur tetap penuh.
Baca juga artikel tentang: Probiotik dan Herbal, Duo Ajaib Penjaga Kesehatan Ikan Mas
REFERENSI:
Pounds, Alexandra dkk. 2025. Cash or crop? On-going adoption of rice-fish fingerling production contributes towards food and nutrition security in Northwest Bangladesh. Aquaculture 604, 742419.


