Industri peternakan modern, termasuk penggemukan domba, menghadapi tantangan besar dalam menyediakan pakan berkualitas tinggi dengan harga yang terjangkau. Pakan bukan hanya soal kenyang; pakan adalah sumber energi, protein, vitamin, dan mineral yang menentukan pertumbuhan hewan, daya tahan tubuh, hingga kualitas daging dan susu yang dihasilkan.
Selama ini, protein dalam pakan ternak banyak diperoleh dari bahan konvensional, seperti bungkil kedelai (soybean meal/SBM) dan tepung ikan (fish meal/FM). Namun, kedua bahan ini menghadapi masalah. Kedelai membutuhkan lahan luas dan air dalam jumlah besar, sementara produksi tepung ikan memberi tekanan pada populasi ikan laut yang sudah menurun. Hasilnya, biaya produksi meningkat dan keberlanjutan lingkungan dipertaruhkan.
Untuk itulah, para peneliti mulai melirik serangga sebagai sumber protein alternatif yang ramah lingkungan, murah, dan kaya gizi. Salah satunya adalah ulat tepung kuning (Tenebrio molitor).
Baca juga artikel tentang: Produktivitas Tinggi Ikan Red Devil: Ancaman atau Sumber Baru untuk Peternak?
Ulat Tepung: Si Kecil dengan Gizi Besar
Bagi banyak orang, ulat tepung mungkin hanya dianggap pakan burung atau reptil. Padahal, hewan kecil ini menyimpan potensi besar bagi peternakan ruminansia seperti domba.
Ulat tepung mengandung protein tinggi, asam amino esensial, lemak sehat, serta vitamin dan mineral. Kandungan proteinnya dapat menyamai, bahkan melebihi, bahan pakan tradisional. Selain itu, ulat tepung bisa dibudidayakan dengan cepat menggunakan limbah organik, sehingga mendukung sistem pertanian sirkular (circular farming) yang minim sampah.
Penelitian: Mengganti Kedelai dan Tepung Ikan dengan Ulat Tepung
Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan di Animal Feed Science and Technology (2025) menguji potensi Tenebrio molitor meal (TMM) sebagai bahan pakan kaya protein untuk domba penggemukan.
Para peneliti melakukan dua jenis percobaan:
- Percobaan in vitro (laboratorium)
Mereka menguji bagaimana ulat tepung memengaruhi proses fermentasi dalam rumen (lambung pertama domba yang penuh mikroba pengurai serat). Hasilnya dibandingkan dengan pakan berbasis kedelai dan tepung ikan. - Percobaan in vivo (langsung pada hewan hidup)
Domba diberi pakan dengan tambahan ulat tepung, lalu diamati pertumbuhan, konsumsi pakan, serta profil kesehatan mereka.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ulat tepung bisa menjadi alternatif yang menjanjikan.
- Fermentasi rumen tetap stabil
Ulat tepung tidak mengganggu keseimbangan mikroba di rumen. Proses pencernaan serat dan produksi asam lemak volatil (sumber energi utama bagi ruminansia) berjalan normal, mirip dengan pakan kedelai dan tepung ikan. - Pertumbuhan domba baik
Domba yang diberi pakan dengan campuran ulat tepung tetap mengalami pertambahan bobot badan yang signifikan. Artinya, ulat tepung mampu memenuhi kebutuhan protein untuk penggemukan. - Nutrisi seimbang
Kandungan asam amino esensial dalam ulat tepung mendukung sintesis protein tubuh domba, yang penting untuk pertumbuhan otot. - Potensi efisiensi biaya dan lingkungan
Dibandingkan dengan kedelai dan tepung ikan, produksi ulat tepung membutuhkan lahan lebih sedikit, air lebih hemat, dan menghasilkan emisi gas rumah kaca lebih rendah.

Bagi peternak domba, pakan adalah pos biaya terbesar, bisa mencapai 60–70% dari total biaya produksi. Jika ulat tepung bisa diproduksi massal dengan harga terjangkau, maka:
- Biaya pakan bisa ditekan tanpa mengorbankan produktivitas.
- Ketergantungan pada impor kedelai dan tepung ikan bisa dikurangi.
- Peternakan menjadi lebih ramah lingkungan karena menggunakan sumber protein berkelanjutan.
Selain itu, ulat tepung dapat dibudidayakan secara lokal oleh peternak kecil menggunakan limbah organik rumah tangga atau pertanian. Hal ini membuka peluang usaha baru sekaligus mendukung ekonomi sirkular.
Tantangan yang Masih Ada
Meski hasil penelitian ini menjanjikan, ada beberapa tantangan sebelum ulat tepung bisa digunakan luas dalam industri pakan:
- Biaya produksi masih relatif tinggi
Skala budidaya massal perlu ditingkatkan agar harga ulat tepung lebih kompetitif dibandingkan kedelai dan tepung ikan. - Penerimaan konsumen
Meskipun ulat tepung tidak langsung dikonsumsi manusia, persepsi “serangga menjijikkan” masih bisa menjadi hambatan. Edukasi diperlukan untuk meyakinkan bahwa pakan dari serangga aman dan sehat. - Regulasi
Di banyak negara, penggunaan serangga dalam pakan ternak masih membutuhkan payung hukum yang jelas, terutama soal keamanan pangan, standar kualitas, dan risiko kontaminasi. - Penelitian jangka panjang
Efek penggunaan ulat tepung pada skala besar dalam jangka panjang terhadap kesehatan hewan dan kualitas produk (daging, susu, wol) masih perlu dipantau.
Masa Depan Pakan Berbasis Serangga
Meski tantangan masih ada, tren global jelas bergerak ke arah pakan berkelanjutan. Serangga seperti ulat tepung, larva lalat tentara hitam (black soldier fly), dan jangkrik mulai dilihat sebagai pilar baru industri pakan ternak.
Jika dulu serangga hanya dianggap sebagai hama, kini ia berubah menjadi mitra strategis peternakan modern. Dengan teknologi budidaya yang semakin canggih, biaya produksi bisa ditekan, kualitas pakan lebih konsisten, dan dampak positif bagi lingkungan semakin nyata.
Penelitian tentang ulat tepung (Tenebrio molitor) menunjukkan bahwa inovasi sederhana bisa membawa dampak besar bagi masa depan peternakan. Dari yang awalnya hanya dianggap pakan burung dan ikan hias, ulat tepung kini naik kelas menjadi kandidat kuat sumber protein alternatif untuk domba dan mungkin juga hewan ternak lainnya.
Jika tantangan produksi, regulasi, dan penerimaan konsumen bisa diatasi, bukan tidak mungkin dalam 10–20 tahun ke depan kita akan melihat ulat tepung sebagai bagian rutin dari industri pakan ternak global.
Dengan begitu, peternakan bukan hanya menghasilkan daging dan susu, tetapi juga menjadi lebih efisien, ramah lingkungan, dan berkelanjutan.
Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global
REFERENSI:
Robles-Jimenez, Lizbeth E dkk. 2025. In vitro and in vivo investigations on the use of yellow mealworm (Tenebrio molitor) as a novel protein feed ingredient for fattening lambs. Animal Feed Science and Technology 320, 116224.


