Pakan Fermentasi: Cara Cerdas Menekan Biaya dan Tingkatkan Gizi Ayam

Dalam usaha beternak ayam, pakan merupakan komponen biaya yang paling besar. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa hingga 80% dari total biaya produksi peternakan unggas dihabiskan hanya untuk memenuhi kebutuhan pakan.

Pakan ayam biasanya terdiri dari bahan-bahan berkualitas tinggi seperti jagung dan bungkil kedelai (sisa hasil ekstraksi minyak kedelai yang masih kaya protein). Kedua bahan ini memang sangat baik untuk pertumbuhan ayam karena mengandung karbohidrat dan protein yang dibutuhkan tubuh hewan ternak. Namun, seiring waktu harga jagung dan kedelai terus mengalami kenaikan.

Kenaikan ini tidak hanya disebabkan oleh permintaan dari sektor peternakan, tetapi juga karena persaingan dengan industri lain. Misalnya, jagung tidak hanya digunakan untuk pakan ternak, tetapi juga untuk pangan manusia (seperti tepung jagung, sirup jagung, dan camilan) serta sebagai bahan baku bioenergi (bahan bakar nabati yang ramah lingkungan). Akibatnya, peternak ayam harus bersaing dengan industri-industri besar tersebut untuk mendapatkan bahan pakan, sehingga biaya produksi semakin sulit ditekan.

Inilah alasan mengapa para peneliti kini melirik bahan pakan alternatif yang lebih murah, seperti bungkil biji kapas (cottonseed meal) atau bungkil rapa (rapeseed meal), bahkan berbagai limbah pertanian. Sayangnya, bahan-bahan ini punya kelemahan: kandungan seratnya tinggi, ada zat penghambat gizi (anti-nutrisi), dan nilai gizinya sulit diserap tubuh ayam. Kalau diberikan apa adanya, bukan meningkatkan performa, justru bisa menurunkan kesehatan ayam.

Lalu, bagaimana solusinya? Jawabannya ada pada fermentasi.

Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global

Fermentasi sebenarnya bukan hal asing. Kita sudah mengenalnya dalam pembuatan tempe, tape, atau yoghurt. Prinsipnya sama: mikroba “baik” seperti bakteri atau jamur bekerja memecah senyawa kompleks menjadi bentuk yang lebih sederhana sehingga lebih mudah dicerna.

Dalam pakan unggas, fermentasi bisa mengubah bahan rendah mutu menjadi pakan bergizi tinggi. Mikroba seperti Lactobacillus atau Bacillus digunakan untuk memecah serat kasar, mengurangi zat beracun (misalnya gossypol dalam bungkil kapas), sekaligus meningkatkan kandungan vitamin dan antioksidan alami.

Hasilnya? Pakan yang semula murah tapi rendah kualitas, berubah menjadi bahan yang kaya nutrisi, lebih mudah dicerna, dan aman untuk ayam.

Manfaat Fermentasi untuk Pakan Unggas

Penelitian terbaru merangkum berbagai keunggulan fermentasi pada bahan pakan unggas:

  1. Meningkatkan kecernaan
    Serat kasar yang tadinya sulit dicerna dipecah oleh enzim hasil fermentasi, sehingga ayam bisa menyerap lebih banyak energi dari pakan.
  2. Mengurangi zat anti-gizi
    Beberapa bahan pakan mengandung zat penghambat pencernaan, seperti tannin atau trypsin inhibitor. Fermentasi mampu menurunkan kadar zat ini secara signifikan.
  3. Meningkatkan rasa dan aroma (palatabilitas)
    Ayam lebih suka pakan hasil fermentasi karena baunya lebih segar dan rasanya lebih enak. Akibatnya, konsumsi pakan meningkat.
  4. Menambahkan zat bermanfaat
    Fermentasi dapat memperkaya pakan dengan vitamin, enzim, hingga senyawa antioksidan. Bahkan beberapa jenis fermentasi mampu menghasilkan asam lemak rantai pendek yang baik untuk kesehatan usus ayam.
  5. Lebih aman dan ramah lingkungan
    Dengan mengurangi senyawa beracun, pakan fermentasi tidak hanya menyehatkan ayam tetapi juga mengurangi risiko pencemaran lingkungan dari sisa pakan yang tidak tercerna.
Fermentasi matriks nabati oleh ragi dan bakteri dapat memecah kompleks anti-nutrisi menjadi senyawa bermanfaat seperti probiotik, prebiotik, asam lemak rantai pendek, asam amino esensial, vitamin, dan ion mineral yang meningkatkan kesehatan broiler serta secara tidak langsung mendukung kesehatan manusia.

Contoh Bahan yang Bisa Ditingkatkan dengan Fermentasi

  • Bungkil kapas (cottonseed meal): murah dan tersedia banyak, tetapi mengandung gossypol yang beracun. Fermentasi bisa menurunkan kadar racun ini.
  • Bungkil rapa (rapeseed meal): kaya protein, namun pahit dan tinggi serat. Fermentasi membuatnya lebih mudah diterima ayam.
  • Limbah pertanian (bekatul, dedak, kulit kacang): biasanya dianggap sampah, namun dengan fermentasi bisa berubah jadi pakan tambahan yang bermanfaat.

Tantangan Fermentasi dalam Skala Industri

Meski menjanjikan, penerapan fermentasi pakan unggas masih menghadapi beberapa hambatan:

  1. Pemilihan mikroba yang tepat
    Tidak semua mikroba bekerja efektif pada bahan pakan tertentu. Perlu penelitian lebih lanjut untuk menemukan strain terbaik.
  2. Standarisasi proses
    Fermentasi bisa berbeda hasilnya jika kondisi (suhu, kadar air, lama waktu) tidak konsisten. Skala laboratorium mungkin berhasil, tapi di lapangan sering tidak stabil.
  3. Biaya tambahan
    Meski bahan bakunya murah, proses fermentasi membutuhkan fasilitas dan teknologi khusus. Tantangannya adalah bagaimana membuat proses ini efisien dan ekonomis untuk peternak kecil.
  4. Keamanan pangan
    Penggunaan mikroba harus dipastikan aman, tidak menghasilkan toksin, dan tidak membahayakan kesehatan unggas maupun konsumen daging dan telur.

Masa Depan Pakan Fermentasi

Fermentasi membuka peluang besar untuk menekan biaya pakan sekaligus meningkatkan gizi. Dengan dukungan riset, pakan hasil fermentasi bisa membantu peternak:

  • Mengurangi ketergantungan pada jagung dan kedelai yang mahal.
  • Memanfaatkan limbah pertanian menjadi produk bernilai tinggi.
  • Meningkatkan kualitas daging dan telur ayam, baik dari sisi kandungan gizi maupun keamanan pangan.

Dalam jangka panjang, fermentasi juga berkontribusi pada peternakan berkelanjutan. Dengan mengurangi limbah, menekan polusi, dan meningkatkan efisiensi, teknologi ini sejalan dengan tuntutan global akan produksi pangan yang ramah lingkungan.

Fermentasi bukan sekadar teknik kuno untuk membuat tempe atau tape. Di dunia peternakan modern, ia menjelma menjadi senjata rahasia untuk menghadapi krisis biaya pakan. Dengan mengubah bahan murah menjadi pakan bernutrisi tinggi, fermentasi membantu peternak menjaga keberlanjutan usaha sekaligus mendukung keamanan pangan global.

Namun, agar benar-benar bisa diadopsi luas, masih dibutuhkan riset lanjutan tentang jenis mikroba terbaik, cara produksi skala besar yang efisien, serta jaminan keamanan produk. Jika semua tantangan ini bisa diatasi, masa depan pakan fermentasi bukan hanya sekadar kemungkinan, melainkan sebuah keharusan.

Baca juga artikel tentang: Ikan Budidaya Lebih Bersih: Peluang Besar untuk Peternak Ikan Masa Depan

REFERENSI:

Katu, Jim Kioko dkk. 2025. Enhancing the nutritional quality of low-grade poultry feed ingredients through fermentation: A review. Agriculture 15 (5), 476.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top