Gas metana mungkin tidak sering kita pikirkan sehari-hari, tetapi ternyata gas ini punya peran besar dalam pemanasan global. Salah satu penyumbang utamanya adalah sapi, kambing, dan kerbau. Hewan-hewan ini, yang kita sebut ruminansia, menghasilkan metana dari proses pencernaannya. Metana yang dilepas ke atmosfer jauh lebih kuat efeknya dibanding karbon dioksida. Itulah sebabnya, ilmuwan di seluruh dunia terus mencari cara agar peternakan tetap produktif, tapi lebih ramah lingkungan.
Sebuah penelitian terbaru yang terbit di Science of the Total Environment (2025) menawarkan solusi menarik: pakan tambahan yang bisa melepaskan oksigen di dalam rumen (lambung khusus ruminansia). Aditif ini dirancang untuk menekan produksi metana tanpa mengganggu kesehatan ternak maupun kualitas daging dan susu. Mari kita bahas lebih jauh.
Sapi, kambing, dan kerbau punya sistem pencernaan unik. Mereka mencerna rumput dan serat melalui fermentasi di dalam rumen, yang dihuni miliaran mikroba. Di antara mikroba ini ada kelompok khusus bernama metanogen, yang “tugasnya” menghasilkan metana.
Prosesnya sederhana: ketika mikroba lain memecah serat, terbentuk hidrogen (H₂) sebagai produk sampingan. Jika hidrogen menumpuk, pencernaan jadi tidak efisien. Metanogen hadir untuk “membersihkan” hidrogen dengan cara mengubahnya menjadi metana (CH₄). Masalahnya, gas metana ini keluar lewat sendawa sapi dan akhirnya menambah beban pemanasan global.
Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global
Target Baru: Mengubah Keseimbangan Rumen
Para ilmuwan melihat peluang di sini. Jika kita bisa mengurangi aktivitas metanogen tanpa mengganggu mikroba baik lainnya, maka produksi metana akan turun. Salah satu caranya adalah dengan menaikkan kadar oksidasi di dalam rumen, atau dikenal dengan istilah Oxidative Reduction Potential (ORP).
Singkatnya, metanogen bekerja optimal pada kondisi ORP yang rendah. Jika ORP dinaikkan dengan cara menambahkan oksigen atau senyawa pelepas oksigen, metanogen akan kesulitan berkembang biak.

Penelitian ini menguji tujuh senyawa pelepas oksigen dengan menggunakan sistem simulasi rumen bernama RUSITEC. Selama 21 hari, para peneliti mengamati bagaimana senyawa ini memengaruhi:
- Volume gas yang dihasilkan,
- Kandungan metana (CH₄),
- Potensial redoks (ORP),
- Pencernaan serat,
- Produksi asam lemak volatil (sumber energi utama sapi).
Senyawa yang diuji antara lain:
- Hidrogen peroksida cair (H₂O₂),
- Urea hidrogen peroksida (UHP),
- Magnesium peroksida (MgO₂),
- Kalsium peroksida, dan beberapa bentuk enkapsulasi H₂O₂ yang dilepas secara perlahan.
Hasil Mengejutkan
Dari semua senyawa, magnesium peroksida (MgO₂) dan H₂O₂ yang dienkapsulasi memberikan hasil paling menjanjikan:
- MgO₂ menurunkan produksi metana hingga 62%
- H₂O₂ enkapsulasi menurunkan hingga 58%
Keduanya tidak menunjukkan efek negatif terhadap pencernaan serat atau produksi energi dari rumen. Ini penting, karena seringkali strategi pengurangan metana justru menurunkan performa ternak.

Lebih menarik lagi, dengan teknik enkapsulasi, pelepasan oksigen berlangsung lambat dan stabil. Artinya, aditif bisa bekerja jangka panjang, cocok untuk sistem produksi intensif maupun peternakan berbasis padang rumput.

Mengapa Penemuan Ini Penting?
- Lingkungan Lebih Bersih
Sapi adalah salah satu penyumbang metana terbesar di sektor pertanian. Dengan menekan metana lebih dari 50%, aditif ini berpotensi besar mengurangi jejak karbon peternakan. - Pakan Lebih Efisien
Metana yang dilepas sapi sebenarnya energi terbuang. Jika gas ini ditekan, energi dari pakan bisa lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan atau produksi susu. - Solusi Praktis
Aditif pelepas oksigen relatif murah dan mudah dicampur dalam pakan. Dengan formulasi slow-release, peternak tidak perlu repot memberi dosis berulang kali. - Kompatibel dengan Sistem Produksi
Cocok untuk peternakan intensif (feedlot) maupun ekstensif (padang rumput), sehingga bisa diterapkan di berbagai negara.
Tantangan yang Masih Ada
Meski hasilnya menjanjikan, beberapa hal masih perlu diuji lebih lanjut:
- Keamanan jangka panjang: Apakah ada efek samping jika sapi mengonsumsi aditif ini dalam jangka waktu lama?
- Efisiensi biaya: Apakah penggunaan aditif benar-benar menguntungkan secara ekonomi bagi peternak kecil?
- Regulasi: Setiap negara punya aturan ketat soal bahan tambahan pakan, sehingga perlu ada persetujuan resmi.
- Kondisi nyata di lapangan: Uji laboratorium belum tentu sama dengan kondisi ternak di peternakan besar.
Harapan untuk Masa Depan
Penemuan ini menunjukkan bahwa sains mampu menghadirkan solusi praktis untuk masalah global. Dengan mengurangi metana dari ternak, kita tidak hanya membantu melawan perubahan iklim, tetapi juga meningkatkan efisiensi produksi pangan.
Bayangkan, jika teknologi ini diterapkan secara luas:
- Produksi daging dan susu bisa tetap meningkat,
- Petani mendapat keuntungan lebih besar dari pakan yang lebih efisien,
- Dan bumi kita mendapat udara yang lebih bersih.
Sapi memang menghasilkan metana sebagai bagian alami dari pencernaannya. Namun, berkat riset inovatif ini, kini ada harapan untuk mengurangi dampak lingkungan tanpa mengorbankan produktivitas ternak. Aditif pelepas oksigen seperti magnesium peroksida dan hidrogen peroksida enkapsulasi terbukti mampu menekan metana hingga lebih dari 50%.
Jika riset lanjutan membuktikan keamanannya, bukan tidak mungkin suatu hari kita akan melihat pakan cerdas ini digunakan di seluruh dunia. Dengan begitu, peternakan bisa menjadi bagian dari solusi iklim, bukan hanya sumber masalah.
Baca juga artikel tentang: Ikan Budidaya Lebih Bersih: Peluang Besar untuk Peternak Ikan Masa Depan
REFERENSI:
Graham, Alison dkk. 2025. Development and in-vitro assessment of novel oxygen-releasing feed additives to reduce enteric ruminant methane emissions. Science of the total environment 963, 177598.


