Isu perubahan iklim dan kerusakan lingkungan membuat dunia mulai meninjau ulang cara kita memproduksi makanan, termasuk daging. Selama ini, peternakan sapi, kambing, maupun unggas dianggap sebagai pilar utama penyedia protein hewani. Namun di balik itu, ada konsekuensi besar: pelepasan gas rumah kaca, penggunaan lahan yang masif, serta konsumsi air dalam jumlah luar biasa.
Sapi, misalnya, menghasilkan metana, gas rumah kaca yang jauh lebih kuat dampaknya dibandingkan karbon dioksida (CO₂). Selain itu, perluasan lahan untuk padang rumput atau tanaman pakan mendorong deforestasi. Kondisi ini menimbulkan pertanyaan besar: Apakah ada cara lain untuk menghasilkan daging atau sumber protein tanpa harus bergantung pada hewan?
Jawaban yang mulai mencuat dalam penelitian terbaru adalah Single-Cell Protein (SCP) protein yang dihasilkan dari mikroorganisme seperti bakteri, ragi, dan alga.
Baca juga artikel tentang: Ikan Budidaya Lebih Bersih: Peluang Besar untuk Peternak Ikan Masa Depan
Apa Itu Single-Cell Protein?
Single-Cell Protein (SCP) merujuk pada protein murni yang berasal dari mikroorganisme bersel tunggal. Mikroorganisme ini bisa berupa bakteri, khamir (yeast), atau mikroalga. Walau terdengar “aneh” bagi sebagian orang, sebenarnya kita sudah lama berinteraksi dengan produk semacam ini.
Contohnya:
- Ragi yang dipakai untuk membuat roti dan bir.
- Spirulina, mikroalga yang kini populer sebagai suplemen kesehatan.
SCP kaya akan protein berkualitas tinggi, asam amino esensial, vitamin, serta mineral. Kandungan nutrisinya bisa menyaingi, bahkan melampaui, protein yang berasal dari hewan. Menariknya lagi, proses produksinya bisa dilakukan dalam skala besar dengan jejak karbon yang jauh lebih kecil.

Produksi SCP melibatkan fermentasi mikroorganisme dalam wadah besar yang disebut bioreaktor. Mikroorganisme diberi “makanan” berupa substrat yang bisa berasal dari sumber ramah lingkungan, misalnya:
- Limbah agroindustri (ampas tebu, sisa pati, whey dari industri susu).
- Limbah makanan rumah tangga atau restoran.
- Sumber energi lain yang bisa diubah menjadi bahan baku pertumbuhan sel.
Dengan pengendalian yang tepat, mikroorganisme berkembang biak sangat cepat, menghasilkan biomassa yang kemudian dipanen, dikeringkan, dan diolah menjadi tepung kaya protein. Tepung inilah yang bisa dipakai sebagai bahan pangan maupun pakan ternak.
Keunggulan SCP Dibandingkan Protein Hewani
- Ramah lingkungan
Produksi SCP menghasilkan emisi gas rumah kaca yang jauh lebih rendah dibandingkan peternakan sapi atau ayam. Selain itu, tidak memerlukan lahan luas sehingga tidak mendorong deforestasi. - Efisiensi tinggi
Mikroorganisme bisa berlipat ganda dalam hitungan jam. Bandingkan dengan sapi yang butuh waktu bertahun-tahun untuk mencapai bobot potong. - Mengurangi limbah
Dengan menggunakan limbah agroindustri sebagai substrat, produksi SCP sekaligus membantu mengurangi masalah sampah organik. - Kaya nutrisi
Kandungan protein bisa mencapai 60–80% dari berat kering, dilengkapi vitamin B, zat besi, hingga asam amino esensial.
Tantangan yang Masih Dihadapi
Walau menjanjikan, SCP belum sepenuhnya bisa menggantikan daging di meja makan kita. Ada beberapa kendala besar:
- Rasa dan tekstur
Orang sudah terbiasa dengan daging sapi atau ayam. Menciptakan produk dari SCP yang rasanya mirip daging masih jadi tantangan. Peneliti kini mencoba menggunakan myoglobin sintetis dan polimer alami untuk meniru rasa dan kekenyalan daging. - Penerimaan konsumen
Tidak semua orang langsung merasa nyaman makan “protein dari mikroba”. Perlu edukasi dan kampanye agar masyarakat paham manfaatnya. - Regulasi
Setiap negara punya aturan ketat terkait keamanan pangan. SCP harus terbukti aman, bebas dari racun, dan diklasifikasikan sebagai GRAS (Generally Recognized As Safe) sebelum bisa masuk pasar. - Biaya produksi
Walau teknologinya semakin maju, biaya produksi SCP masih relatif tinggi. Namun seiring skala produksi membesar dan teknologi makin efisien, harga diperkirakan bisa turun.
SCP dalam Kehidupan Sehari-hari: Realita atau Mimpi?
Sebenarnya, kita mungkin sudah makan SCP tanpa menyadarinya. Beberapa produk suplemen dan bahan tambahan makanan telah menggunakan mikroalga atau ragi kaya protein.
Ke depan, SCP berpotensi hadir dalam berbagai bentuk:
- Produk olahan menyerupai daging (burger, sosis, nugget).
- Campuran pakan ternak yang meningkatkan efisiensi produksi daging konvensional.
- Suplemen nutrisi untuk manusia.
Dengan kombinasi inovasi teknologi, dukungan regulasi, serta penerimaan konsumen, SCP bisa menjadi bagian penting dari sistem pangan global.
Dampak bagi Lingkungan dan Peternakan
Jika SCP semakin berkembang, ada dua dampak besar yang bisa terjadi:
- Mengurangi tekanan pada peternakan tradisional
Permintaan protein sebagian bisa dialihkan ke SCP, sehingga beban lingkungan akibat emisi metana, penggunaan air, dan deforestasi berkurang. - Membantu transisi menuju pangan berkelanjutan
SCP bukan berarti menghapus peternakan, tetapi bisa melengkapinya. Misalnya, pakan ternak berbasis SCP bisa menurunkan biaya produksi dan meningkatkan efisiensi konversi pakan.
Masa Depan Protein Dunia
Menurut penelitian yang diterbitkan di Fermentation (2025) oleh Alan Portal D’Almeida dan Tiago Lima de Albuquerque, SCP memiliki potensi besar untuk menjawab dua tantangan sekaligus: kebutuhan nutrisi global dan krisis lingkungan.
Dengan populasi dunia yang diproyeksikan mencapai 10 miliar pada tahun 2050, kebutuhan protein akan melonjak drastis. Tanpa inovasi, sistem pangan saat ini bisa kewalahan. SCP hadir sebagai jalan tengah — kaya nutrisi, aman, ramah lingkungan, dan bisa diproduksi dalam skala besar.
Namun tentu saja, keberhasilan SCP akan sangat bergantung pada penerimaan konsumen. Jika masyarakat bisa terbuka dan mau mencoba, SCP bisa menjadi bagian dari revolusi pangan yang lebih sehat dan berkelanjutan.
Mungkin terdengar aneh membayangkan kita makan “daging” atau protein yang diproduksi dari mikroorganisme. Tapi jika kita melihat urgensi krisis iklim, keterbatasan lahan, dan kebutuhan gizi global, inovasi seperti SCP bukan hanya ide futuristik, melainkan kebutuhan nyata.
Dengan dukungan riset, regulasi, dan edukasi, SCP bisa menjadi solusi pangan abad ke-21: makan bergizi tanpa merusak bumi.
Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global
REFERENSI:
D’Almeida, Alan Portal & Albuquerque, Tiago Lima de. 2025. Is it possible to produce meat without animals? The potential of microorganisms as protein sources. Fermentation 11 (1), 24.


