Dalam dunia peternakan, sapi betina bukan hanya dinilai dari bobot badannya atau kualitas daging yang dihasilkan, tetapi juga dari kemampuannya bereproduksi. Namun, tahukah Anda bahwa kehamilan pada sapi ternyata bisa memengaruhi cara mereka makan, mencerna, hingga memanfaatkan nutrisi dari pakan?
Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan di Journal of Animal Science (2025) mencoba menjawab pertanyaan penting ini. Studi tersebut meneliti bagaimana kehamilan memengaruhi performa tubuh, konsumsi pakan, dan proses pencernaan pada sapi dara (heifer) potong, khususnya jenis zebu. Hasilnya cukup mengejutkan dan memberikan wawasan berharga bagi para peternak.
Sapi betina yang sedang bunting tentu mengalami banyak perubahan fisiologis. Sama seperti manusia, kehamilan membuat tubuh bekerja ekstra: bukan hanya menjaga kesehatan induk, tetapi juga menyediakan nutrisi untuk janin yang berkembang.
Di sisi lain, fase akhir kehamilan adalah periode yang krusial dalam produksi sapi potong. Jika nutrisi yang diberikan tidak tercerna dengan baik, maka bisa terjadi gangguan pada pertumbuhan janin, kesehatan induk, hingga performa reproduksi ke depannya.

Oleh karena itu, memahami bagaimana kehamilan memengaruhi pola makan dan pencernaan sapi bisa membantu peternak menyusun strategi pemberian pakan yang lebih efisien dan tepat.
Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global
Bagaimana Peneliti Melakukannya?
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan 12 ekor sapi dara zebu, yang dibagi menjadi dua kelompok:
- 7 ekor sapi betina bunting
- 5 ekor sapi betina tidak bunting
Semua sapi diberi pakan berupa silase jagung plus suplemen berbasis protein. Peneliti kemudian memantau konsumsi pakan, berat badan, serta parameter pencernaan pada hari ke-107, 170, 208, 240, 267, dan 286 masa kebuntingan (DOP = Days of Pregnancy).
Untuk mengukur seberapa baik sapi mencerna pakan, peneliti mengumpulkan sampel kotoran, isi rumen, dan omasum (bagian dari lambung sapi). Dari sini mereka bisa menghitung daya cerna berbagai komponen pakan, seperti:
- Bahan kering (DM)
- Protein kasar (CP)
- Serat (apNDF)
- Mineral dan abu
Apa yang Ditemukan?
1. Berat Badan dan Nafsu Makan
- Sapi bunting mengalami peningkatan cadangan energi pada awal kebuntingan (bertambah sekitar 35 kg dari hari ke-107 ke 240).
- Namun, memasuki akhir kebuntingan (hari ke-240 sampai 286), sapi bunting justru kehilangan bobot sekitar 36 kg.
- Nafsu makan sapi bunting juga menurun dibandingkan sapi tidak bunting.
2. Daya Cerna Pakan
- Serat (apNDF) lebih sulit dicerna pada sapi bunting, khususnya di akhir kehamilan.
- Total pencernaan bahan organik (OM) juga cenderung lebih rendah.
- Dengan kata lain, meskipun mereka makan, sapi bunting kurang efisien dalam mengubah pakan menjadi energi.
3. Perubahan dalam Rumen
- Volume isi rumen pada sapi bunting lebih kecil. Hal ini masuk akal, karena janin yang makin besar “mengambil ruang” dalam rongga perut, sehingga kapasitas rumen berkurang.
- Akibatnya, pakan yang masuk lebih sedikit, waktu tinggal pakan dalam rumen lebih singkat, dan proses fermentasi oleh mikroba rumen tidak optimal.
4. Laju Pencernaan Lebih Cepat
- Sapi bunting menunjukkan laju aliran digesta lebih cepat. Artinya, makanan keluar dari rumen ke usus lebih cepat, sehingga kesempatan untuk dicerna lebih sedikit.

Hasil penelitian ini jelas punya dampak praktis. Jika sapi betina bunting sulit mencerna pakan secara efisien, apa yang bisa dilakukan peternak?
- Berikan Pakan Berkualitas Tinggi
Karena kapasitas rumen berkurang, penting untuk menyediakan pakan dengan kepadatan nutrisi tinggi. Artinya, meskipun jumlah pakan yang masuk lebih sedikit, kebutuhan energi dan protein tetap terpenuhi. - Fokus pada Pakan Mudah Dicerna
Hindari terlalu banyak serat kasar yang sulit diurai. Pilih pakan dengan serat yang lebih mudah difermentasi oleh mikroba rumen. - Tambahkan Suplemen
Suplemen berbasis protein dan energi dapat membantu menutup kekurangan nutrisi, terutama pada trimester akhir kebuntingan. - Pantau Kondisi Tubuh
Perhatikan bobot badan sapi secara rutin. Penurunan bobot drastis di akhir kebuntingan bisa berdampak buruk pada kesehatan induk dan anak yang akan lahir. - Manajemen Pakan Bertahap
Atur jadwal pemberian pakan agar sapi tidak merasa terlalu kenyang sekaligus. Pemberian dalam porsi kecil tapi sering bisa membantu meningkatkan asupan harian.
Mengapa Ini Penting untuk Industri Daging Sapi?
Dalam industri daging sapi, efisiensi pakan adalah kunci keuntungan. Pakan adalah biaya terbesar dalam peternakan, sehingga setiap penurunan daya cerna bisa berarti kerugian.
Lebih dari itu, kualitas anak sapi yang lahir sangat dipengaruhi oleh kondisi induknya selama bunting. Jika induk kekurangan energi atau protein, anak yang lahir berisiko memiliki bobot lahir rendah, daya tahan tubuh lemah, dan pertumbuhan terhambat.
Dengan memahami perubahan fisiologis pada sapi betina bunting, peternak bisa lebih bijak dalam mengelola pakan. Pada akhirnya, strategi ini tidak hanya menjaga kesehatan induk dan anak, tetapi juga meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan usaha peternakan.
Penelitian ini menunjukkan bahwa kehamilan membuat sapi betina kurang efisien dalam memanfaatkan pakan. Kapasitas rumen yang berkurang, laju pencernaan yang lebih cepat, dan penurunan daya cerna serat menyebabkan mereka tidak bisa menyerap energi sebanyak sapi yang tidak bunting.
Bagi peternak, pesan utamanya jelas: jangan perlakukan sapi bunting sama dengan sapi biasa. Perlu strategi pakan khusus dengan kualitas tinggi, mudah dicerna, dan padat nutrisi, terutama pada trimester akhir.
Dengan pemahaman ini, peternak bisa membantu sapi betina melahirkan anak yang sehat sekaligus menjaga performa induk, yang pada akhirnya mendukung keberlanjutan produksi daging sapi.
Baca juga artikel tentang: Ikan Budidaya Lebih Bersih: Peluang Besar untuk Peternak Ikan Masa Depan
REFERENSI:
Moreira, Gabriel Miranda dkk. 2025. Pregnancy affects maternal performance, feed intake, and digestion kinetics parameters in beef heifers. Journal of Animal Science 103, skae328.


