Lezat untuk Ikan, Untung untuk Peternak: Masa Depan Pakan Seabass

Bagi peternak ikan, pakan bukan hanya soal memberi makan. Pakan adalah kunci utama dalam menentukan kesehatan, pertumbuhan, dan biaya produksi. Di sektor akuakultur (budidaya ikan), biaya pakan bisa mencapai 60–70% dari total biaya produksi. Tidak heran jika para ilmuwan terus mencari cara agar pakan menjadi lebih murah, bergizi, sekaligus ramah lingkungan.

Salah satu tantangan terbesar adalah bagaimana membuat ikan tetap lahap makan. Sama seperti manusia, ikan juga punya preferensi rasa dan aroma. Jika pakan kurang menarik, ikan bisa makan lebih sedikit, pertumbuhannya melambat, dan hasil panen berkurang. Karena itu, penelitian terbaru mulai mengeksplorasi penggunaan rasa sintetis dalam pakan ikan sebagai alternatif dari bahan penambah rasa tradisional.

Baca juga artikel tentang: Inovasi Hijau: Dari Cangkang Udang ke Pakan Akuakultur Bernutrisi Tinggi

Riset Baru: Rasa Sintetis pada Seabass Eropa

Dalam sebuah penelitian yang dipublikasikan tahun 2025, para ilmuwan menguji bagaimana flavor sintetis memengaruhi pertumbuhan ikan European seabass (Dicentrarchus labrax), salah satu ikan laut populer bernilai tinggi.

Perbedaan histomorfologi usus distal ikan kakap putih Eropa, di mana sampel (a) menyoroti lebar submukosa (SMw) dan sampel (b) menekankan tinggi lipatan mukosa (MFh) sebagai indikator kesehatan usus.

Mereka mencoba tiga jenis flavor sintetis:

  • Cheese (F25) – rasa keju
  • Caramel (F35) – rasa karamel
  • Coconut (F32) – rasa kelapa (yang dianggap tidak disukai)

Ketiga flavor ini ditambahkan ke dalam pakan komersial dengan dosis 1% dan diberikan selama 90 hari. Sekitar 30 ekor ikan ditempatkan di setiap tangki, dengan berat awal rata-rata 72 gram. Peneliti ingin melihat bagaimana aroma dan rasa ini memengaruhi nafsu makan, pertumbuhan, dan kesehatan ikan.

Histomorfologi hati ikan kakap putih Eropa dengan perlakuan pakan berbeda (CTRL, F35, ROT), diwarnai untuk menampakkan struktur sel dan deposisi glikogen (tanda bintang), dengan skala batang 20 µm.

Hasil yang Mengejutkan: Karamel Menang!

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak semua rasa sintetis bekerja sama.

  1. Karamel (F35) memberikan hasil terbaik:
    • Konsumsi pakan meningkat hingga 90%
    • Pertumbuhan lebih cepat (SGR 2,2% per hari)
    • Meningkatkan sinyal otak yang mengatur nafsu makan
  2. Keju (F25) cukup efektif, tapi tidak sebaik karamel.
    • Konsumsi pakan sekitar 80%
    • Pertumbuhan lebih rendah dibanding F35
  3. Kelapa (F32) tidak terlalu berpengaruh:
    • Tidak membuat ikan berhenti makan, tapi juga tidak meningkatkan performa.
  4. Rotasi keju dan karamel (F25 + F35) ternyata tidak lebih baik dibanding pemberian karamel saja. Artinya, ikan lebih merespons konsistensi rasa daripada perubahan menu.

Yang menarik, tidak ada efek negatif terhadap kesehatan ikan. Semua flavor aman digunakan, tidak menimbulkan stres, dan tidak mengurangi kualitas fisiologis seabass.

Grafik kelimpahan relatif mRNA npy pada otak ikan kakap putih Eropa dengan perlakuan pakan berbeda, di mana kelompok F35 memiliki penurunan signifikan dibanding kelompok lain yang relatif serupa.

Sama seperti manusia yang makan dengan indera, ikan juga sangat sensitif terhadap aroma dan rasa. Peneliti menemukan bahwa flavor sintetis mampu:

  • Merangsang reseptor nafsu makan di otak
  • Meningkatkan sekresi enzim pencernaan
  • Mendorong ikan makan lebih cepat dan lebih banyak

Pada ikan karnivora seperti seabass, hal ini sangat penting karena mereka cenderung lebih selektif terhadap makanan dibanding ikan herbivora. Dengan menambahkan aroma yang menarik, pakan buatan bisa lebih mudah diterima.

Manfaat bagi Peternakan Ikan

Penelitian ini membuka peluang besar untuk industri akuakultur:

  1. Efisiensi Biaya
    Dengan ikan makan lebih lahap, pertumbuhan lebih cepat, waktu panen lebih singkat, dan biaya operasional berkurang.
  2. Sustainabilitas
    Flavor sintetis bisa diproduksi dengan proses terstandarisasi tanpa harus mengambil sumber daya dari alam, sehingga lebih ramah lingkungan dibanding flavor alami dari ikan atau hewan lain.
  3. Kesehatan Ikan Lebih Baik
    Nafsu makan yang terjaga mendukung sistem kekebalan ikan, sehingga mereka lebih tahan terhadap penyakit.
  4. Produk Lebih Konsisten
    Rasa sintetis bisa diproduksi dengan standar yang sama setiap kali, berbeda dengan bahan alami yang sering bervariasi kualitasnya.

Tantangan yang Perlu Diperhatikan

Walau hasilnya menjanjikan, ada beberapa tantangan:

  • Penerimaan Pasar: Apakah konsumen mau menerima ikan yang diberi flavor sintetis?
  • Regulasi: Pemerintah di berbagai negara memiliki aturan ketat soal bahan tambahan pakan.
  • Biaya Awal: Pengembangan flavor sintetis memerlukan riset dan produksi industri, yang mungkin mahal di tahap awal.

Namun, jika dibandingkan dengan manfaat jangka panjang, tantangan ini bisa diatasi dengan dukungan kebijakan dan teknologi produksi massal.

Masa Depan Pakan Ikan

Riset ini menunjukkan bahwa kita sedang menuju era baru pakan ikan: bukan hanya bergizi, tapi juga lezat bagi ikan. Dengan teknologi flavor sintetis, akuakultur bisa menjadi lebih:

  • Produktif: Panen lebih cepat
  • Efisien: Pakan lebih sedikit terbuang
  • Ramah Lingkungan: Tidak bergantung pada bahan alami yang terbatas

Bayangkan di masa depan, peternak bisa memilih rasa pakan sesuai spesies ikan – seperti “pakan rasa karamel untuk seabass” atau “pakan rasa keju untuk salmon”. Ini mirip dengan industri makanan manusia, di mana variasi rasa membuat makanan lebih menarik.

Penelitian tentang penggunaan rasa sintetis dalam pakan European seabass membuktikan bahwa inovasi sederhana seperti menambahkan aroma karamel bisa berdampak besar pada nafsu makan, pertumbuhan, dan kesehatan ikan.

Bagi industri akuakultur, temuan ini menjadi langkah penting untuk menciptakan sistem budidaya ikan yang lebih efisien, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Dengan terus mengembangkan strategi pakan berbasis ilmu pengetahuan, masa depan perikanan budidaya bisa menjadi lebih cerah, memberikan keuntungan bagi peternak, kesehatan ikan, dan juga konsumen.

Baca juga artikel tentang: Budidaya Walet: Cara Baru Desa Mengubah Alam Jadi Peluang Ekonomi yang Menjanjikan

REFERENSI:

Conti, Federico dkk. 2025. Synthetic Feed Attractants in European Seabass (Dicentrarchus labrax) Culture: Effects on Growth, Health, and Appetite Stimulation. Animals 15 (14), 2060.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top