Di banyak wilayah Afrika, terutama kawasan Sahel yang kering seperti Burkina Faso, air adalah sumber kehidupan yang sangat berharga. Musim hujan membawa berkah dengan meningkatnya hasil pertanian, tetapi setelah hujan reda, banyak kolam dan sawah yang kembali kering. Hal ini membuat para petani menghadapi tantangan besar: bagaimana menjaga keberlanjutan pangan sepanjang tahun?
Salah satu solusi inovatif yang mulai banyak dibicarakan adalah Runoff Water Harvesting Ponds (RWHPs) atau kolam penampung air limpasan. Secara sederhana, RWHP adalah kolam buatan yang menampung air hujan atau aliran permukaan saat musim hujan. Kolam ini awalnya dirancang untuk mendukung pertanian, misalnya menjaga kelembapan tanah, menyediakan air untuk irigasi, atau menahan erosi.
Namun, penelitian terbaru menunjukkan bahwa RWHP bisa punya manfaat ganda: bukan hanya untuk pertanian, tetapi juga untuk budidaya ikan (fish farming).
Penelitian yang dilakukan oleh Kanazoe dan rekan-rekannya (2025) menyoroti bagaimana kolam RWHP dapat diintegrasikan dengan peternakan ikan untuk meningkatkan ketahanan pangan, pendapatan petani, dan keberlanjutan pertanian di Burkina Faso.
Selama ini, RWHP memang membantu pertanian pada musim hujan. Tetapi di luar musim itu, kolam sering dibiarkan begitu saja tanpa pemanfaatan berarti. Di sinilah ide baru muncul: mengisi kolam dengan ikan, sehingga air yang tertampung bisa memberikan manfaat tambahan.
Bayangkan, bukan hanya tanaman yang bisa tumbuh lebih baik karena adanya air cadangan, tetapi petani juga bisa memanen ikan sebagai sumber protein dan pendapatan tambahan.
Baca juga artikel tentang: Pakan Bernutrisi tapi Beracun? Fakta Aflatoksin B1 yang Harus Diketahui Peternak
Apa Kata Para Petani?
Untuk mengetahui pandangan petani, tim peneliti melakukan wawancara terstruktur dengan 51 petani di 17 lokasi berbeda. Pertanyaan mereka berfokus pada kendala, motivasi, serta persepsi petani mengenai kemungkinan integrasi budidaya ikan dengan kolam RWHP.
Hasilnya cukup menarik:
- Kekurangan air menjadi masalah utama. Dari skala 20, petani berpengalaman memberi skor 16,01 untuk hambatan air. Artinya, tanpa tambahan air atau sistem pengelolaan yang baik, budidaya ikan sulit dilakukan.
- Degradasi kualitas air juga jadi perhatian, terutama bagi mereka yang sudah punya akses air, dengan skor 17,69. Air yang tercemar atau menurun kualitasnya bisa menghambat pertumbuhan ikan.
- Motivasi utama petani adalah meningkatkan pendapatan (skor 16,24) dan mendapatkan pelatihan baru (17,65). Artinya, jika ada dukungan berupa pelatihan teknis, banyak petani tertarik untuk mencoba.
Selain itu, banyak petani yang lebih memilih menggunakan limbah kolam ikan dibanding pupuk kimia (NPK) untuk menyuburkan sayuran. Limbah kolam yang kaya nutrien dianggap bisa meningkatkan kesuburan tanah secara alami.

Mengintegrasikan budidaya ikan ke dalam kolam RWHP memberi beberapa keuntungan nyata:
- Sumber Protein dan Nutrisi
Ikan adalah sumber protein hewani yang sangat penting. Di daerah rawan pangan, tambahan ikan dari kolam bisa membantu mengurangi masalah gizi, terutama pada anak-anak. - Pendapatan Tambahan
Petani tidak hanya bergantung pada hasil panen musiman. Dengan memanen ikan, mereka memiliki sumber pemasukan lain, bahkan bisa sepanjang tahun jika pengelolaan air baik. - Pertanian Lebih Berkelanjutan
Air kolam yang digunakan untuk budidaya ikan juga menghasilkan limbah kaya nutrisi. Limbah ini bisa menjadi pupuk alami bagi tanaman, sehingga mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia. - Efisiensi Sumber Daya
Daripada membiarkan kolam kosong setelah musim hujan, integrasi ikan menjadikan setiap tetes air lebih bermanfaat.
Tantangan yang Harus Diatasi
Meski penuh peluang, penelitian ini juga mengingatkan adanya sejumlah tantangan:
- Manajemen Air: kolam harus dirancang agar mampu menahan air lebih lama, termasuk dengan teknik pemeliharaan yang tepat.
- Kualitas Air: air harus dijaga agar tidak tercemar limbah atau menurun kualitasnya, misalnya dengan sistem penyaringan sederhana.
- Pelatihan Petani: sebagian besar petani belum terbiasa dengan teknik budidaya ikan, sehingga dibutuhkan pelatihan intensif.
- Pendanaan Awal: meski biayanya tidak setinggi membangun infrastruktur besar, tetap ada kebutuhan modal awal untuk benih ikan, pakan, dan peralatan sederhana.
Strategi yang Direkomendasikan Peneliti
Dari penelitian ini, peneliti merekomendasikan beberapa langkah penting untuk mendorong adopsi sistem integrasi RWHP dan budidaya ikan:
- Meningkatkan kapasitas kolam agar bisa menampung air lebih lama, termasuk penggunaan teknologi untuk memperlambat penguapan.
- Menyediakan pelatihan akuatik bagi petani, khususnya cara merawat ikan, menjaga kualitas air, dan mengelola panen.
- Menghubungkan dengan pasar lokal, sehingga hasil panen ikan bisa dijual dan menambah pendapatan keluarga.
- Memberikan dukungan kebijakan, misalnya subsidi benih ikan atau program kredit mikro khusus untuk peternakan ikan terpadu.
Mengapa Ini Penting?
Integrasi RWHP dengan budidaya ikan tidak hanya relevan untuk Burkina Faso, tetapi juga untuk negara-negara lain yang menghadapi tantangan serupa: curah hujan musiman, keterbatasan air, dan masalah ketahanan pangan.
Konsep ini bisa menjadi model pertanian terpadu berkelanjutan: satu sistem yang mendukung kebutuhan pangan, gizi, dan ekonomi masyarakat sekaligus menjaga lingkungan.
Burkina Faso, dengan segala keterbatasan air dan tantangan iklim, menunjukkan bahwa inovasi sederhana bisa menjadi kunci masa depan pangan. Dengan memanfaatkan kolam penampung air hujan untuk juga memelihara ikan, para petani tidak hanya menjaga ketahanan pangan keluarga mereka, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru.
Seperti kata pepatah, “sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.” Dalam konteks ini, sekali menampung air hujan, bukan hanya tanaman yang hidup, tetapi juga ikan yang tumbuh, tanah yang subur, dan masyarakat yang lebih sejahtera.
Baca juga artikel tentang: Peternakan Gurita: Antara Ambisi Industri dan Peringatan Ilmuwan
REFERENSI:
Kanazoe, Manegdibkièta Fadiilah dkk. 2025. Integrating Fish Farming into Runoff Water Harvesting Ponds (RWHP) for Sustainable Agriculture and Food Security: Farmers’ Perceptions and Opportunities in Burkina Faso. Sustainability 17 (3), 880.


