Kambing Super Efisien: Ketika Bakteri Rumen dan DNA Bekerja Sama

Dalam usaha peternakan, salah satu komponen pengeluaran terbesar adalah biaya pakan. Peternak kambing, sapi, atau domba tentu paham bahwa semakin besar biaya yang dikeluarkan untuk pakan, maka semakin tipis pula keuntungan yang bisa diperoleh. Karena itulah, mengelola pakan dengan bijak menjadi hal yang sangat penting.

Di sinilah muncul istilah Feed Efficiency (FE) atau efisiensi pakan. Secara sederhana, efisiensi pakan adalah ukuran untuk melihat seberapa baik pakan yang dimakan hewan bisa diubah menjadi produk ternak, seperti daging, susu, atau tenaga (energi untuk aktivitas dan pertumbuhan).

Jika efisiensi pakan tinggi, artinya sebagian besar pakan yang diberikan berhasil diserap tubuh hewan dan dimanfaatkan menjadi produksi yang nyata. Sebaliknya, jika efisiensinya rendah, banyak pakan yang terbuang sia-sia karena tidak terserap dengan baik, keluar kembali sebagai kotoran, atau tidak memberikan kontribusi optimal pada pertumbuhan.

Dengan kata lain, efisiensi pakan adalah kunci keuntungan peternak. Semakin efisien seekor kambing, sapi, atau domba dalam mengubah pakan menjadi hasil ternak, semakin besar pula keuntungan yang bisa didapat, meskipun biaya pakan tetap tinggi.

Kalau kambing bisa mencerna pakan dengan lebih baik, otomatis jumlah pakan yang dibutuhkan akan lebih sedikit, sementara produksi susu atau daging tetap tinggi. Hasilnya? Biaya berkurang, keuntungan naik.

Namun, mengapa ada kambing yang lebih efisien daripada yang lain, padahal makannya sama? Penelitian terbaru di Mesir mencoba mencari jawabannya.

Baca juga artikel tentang: Budidaya Walet: Cara Baru Desa Mengubah Alam Jadi Peluang Ekonomi yang Menjanjikan

Rumen: “Pabrik Fermentasi” dalam Perut Kambing

Kambing termasuk hewan ruminansia, artinya mereka memiliki rumen, kantung besar dalam perut yang dipenuhi oleh miliaran mikroba. Mikroba inilah yang bekerja keras memecah serat kasar dari rumput, jerami, atau dedaunan, menjadi energi yang bisa dipakai kambing.

Setiap kambing memiliki “komunitas mikroba” yang unik. Ada bakteri, archaea, protozoa, dan jamur kecil. Mereka ibarat pekerja di dalam pabrik pakan. Kalau komposisinya tepat, proses pencernaan lebih lancar, nutrisi lebih banyak terserap, dan efisiensi pakan pun meningkat.

Dalam penelitian ini, para ilmuwan membandingkan dua ras kambing di Mesir: Shami (SH) dan Zaraibi (ZA). Kedua ras ini diberi pakan yang sama, lalu peneliti melihat perbedaan mikroba rumen dan genetikanya.

Hasil yang Mengejutkan

Ternyata, kambing Zaraibi (ZA) lebih efisien dalam menggunakan pakan dibanding kambing Shami. Padahal jumlah pakan yang mereka makan tidak berbeda jauh.

Analisis mikroba menunjukkan bahwa kambing ZA memiliki lebih banyak bakteri dari kelompok Bacteroidota dan Fibrobacterota. Kedua kelompok bakteri ini dikenal sangat ahli dalam memecah selulosa dan hemiselulosa, yaitu serat keras pada pakan hijauan. Dengan kata lain, kambing ZA memiliki “tim pekerja mikroba” yang lebih handal untuk mengolah serat kasar menjadi energi.

Selain itu, peneliti juga menemukan peran penting dari bakteri Prevotella dan Lachnospiraceae. Mikroba ini terlibat dalam metabolisme protein dan energi, sehingga membuat kambing lebih efisien dalam memanfaatkan pakan.

Analisis pengayaan ontologi gen (GO) jalur biologis untuk daftar gen kandidat yang dihasilkan dari analisis asosiasi genomik untuk FE pada kambing Mesir. Tingkat penemuan palsu (FDR) < 0,05.

Tak hanya mikroba, faktor genetik atau DNA kambing juga punya peran besar. Peneliti menemukan 26 gen kandidat yang berhubungan dengan efisiensi pakan. Beberapa gen berhubungan dengan:

  • Metabolisme energi (bagaimana tubuh mengubah nutrisi menjadi tenaga)
  • Transportasi vitamin dan mineral (misalnya vitamin A, D, atau kalsium)
  • Metabolisme lemak dan protein (penting untuk pembentukan daging dan susu)

Contohnya, gen FTO dikenal terkait dengan metabolisme energi dan obesitas, sementara gen LCAT berperan dalam metabolisme lemak. Kombinasi gen yang tepat bisa membuat seekor kambing lebih hemat dalam menggunakan pakan.

Apa Artinya untuk Peternak?

Temuan ini membuka peluang besar bagi peternakan modern. Jika kita bisa mengetahui kambing mana yang punya mikroba rumen dan gen “super efisien”, maka:

  1. Seleksi Bibit Unggul – Peternak bisa memilih kambing dengan efisiensi pakan tinggi untuk diternakkan, sehingga hasilnya lebih menguntungkan.
  2. Formulasi Pakan Tepat – Dengan memahami mikroba rumen, pakan bisa dirancang agar mendukung pertumbuhan mikroba baik, sehingga pencernaan makin optimal.
  3. Mengurangi Biaya Produksi – Efisiensi pakan berarti kambing butuh lebih sedikit pakan untuk hasil yang sama, otomatis menurunkan biaya.
  4. Peternakan Berkelanjutan – Jika hewan lebih efisien, limbah kotoran dan emisi gas rumah kaca (seperti metana) juga bisa berkurang.

Penelitian Lanjutan

Meski hasilnya menjanjikan, penelitian ini baru langkah awal. Para ilmuwan menekankan bahwa:

  • Komunitas mikroba rumen bisa berubah tergantung pakan, lingkungan, dan manajemen peternakan.
  • Faktor genetik perlu diuji lebih luas pada populasi kambing di berbagai daerah, bukan hanya di Mesir.
  • Kombinasi antara analisis DNA, mikroba, dan performa produksi harus terus dikaji agar benar-benar bermanfaat untuk peternak.

Perut kambing ternyata menyimpan rahasia besar. Kombinasi antara mikroba rumen yang tepat dan genetik unggul membuat seekor kambing bisa lebih efisien dalam menggunakan pakan. Penelitian pada kambing Shami dan Zaraibi di Mesir menunjukkan bahwa ras Zaraibi lebih unggul dalam efisiensi pakan, berkat mikroba pencerna serat yang lebih banyak dan gen-gen yang mendukung metabolisme energi.

Bagi peternak, ini berarti masa depan pemuliaan kambing bisa mengarah pada pemilihan bibit dengan mikroba dan gen unggul, sehingga ternak lebih hemat pakan, lebih produktif, dan lebih ramah lingkungan.

Dengan ilmu pengetahuan yang semakin maju, siapa tahu suatu hari nanti peternak bisa memilih bibit kambing bukan hanya dari ukuran tubuh atau produksi susu, tapi juga dari “peta mikroba” dan “kode genetik” yang mereka miliki.

Baca juga artikel tentang: Inovasi Hijau: Dari Cangkang Udang ke Pakan Akuakultur Bernutrisi Tinggi

REFERENSI:

Rabee, Alaa Emara dkk. 2025. Variations in rumen microbiota and host genome impacted feed efficiency in goat breeds. Frontiers in Microbiology 16, 1492742.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top