Bayangkan sebuah peternakan kalkun skala besar dengan ribuan ekor unggas. Dalam kondisi seperti ini, satu penyakit menular saja bisa menyebar sangat cepat dan menimbulkan kerugian besar. Karena itu, biosekuriti yaitu rangkaian langkah untuk mencegah masuk dan menyebarnya penyakit, menjadi fondasi utama dalam menjaga kesehatan hewan dan kelangsungan usaha.
Namun, biosekuriti bukan hanya soal mencegah penyakit. Penelitian terbaru di Hongaria menunjukkan bahwa praktik biosekuriti yang baik juga berhubungan langsung dengan kesejahteraan hewan. Kalkun yang dipelihara di peternakan dengan protokol biosekuriti yang ketat cenderung lebih sehat, lebih tenang, dan menghasilkan produk yang lebih baik.
Baca juga artikel tentang: Mengapa Warna Cangkang Telur Bisa Berbeda? Ini Jawaban dari Ilmu Genetika
Menyambungkan Dua Hal: Biosekuriti dan Kesejahteraan Hewan
Selama ini, banyak orang memandang biosekuriti dan kesejahteraan hewan (animal welfare) sebagai dua hal yang terpisah. Biosekuriti dianggap sebagai “urusan teknis” yang lebih fokus pada pencegahan penyakit, sementara kesejahteraan hewan dianggap sebagai “urusan etika” yang lebih menekankan rasa nyaman, ruang gerak, dan kesehatan mental hewan.

Namun, penelitian di 24 peternakan kalkun skala besar di Hongaria menemukan hubungan yang erat antara keduanya. Semakin baik langkah-langkah biosekuriti yang diterapkan, semakin baik pula indeks kesejahteraan hewan di peternakan tersebut.
Apa Saja yang Diteliti?
Para peneliti menggunakan dua alat ukur:
- Kuesioner BioCheck.UGent → untuk menilai sejauh mana langkah-langkah biosekuriti diterapkan. Ini meliputi cara pengelolaan farm, kebersihan kandang, hingga aturan keluar-masuk pekerja dan tamu.
- Protokol AWIN (Animal Welfare Indicators) → untuk mengukur kesejahteraan hewan berdasarkan indikator fisik dan perilaku.
Hasil analisis menunjukkan bahwa peternakan yang lebih disiplin dalam hal kebersihan, pengendalian lalu lintas orang, serta manajemen kandang, memiliki kalkun dengan kondisi fisik lebih baik dan tingkat stres lebih rendah.
Faktor Biosekuriti yang Paling Berpengaruh
Dari berbagai aspek biosekuriti, ada beberapa faktor yang ternyata sangat menentukan:
- Pengelolaan Peternakan: Termasuk cara mengatur pekerja, suplai pakan, dan pengelolaan limbah. Farm yang lebih tertib cenderung punya tingkat kesejahteraan hewan lebih tinggi.
- Kebersihan dan Disinfeksi: Pembersihan rutin kandang, peralatan, dan area sekitar kandang mengurangi risiko penyakit, sekaligus membuat lingkungan lebih nyaman bagi kalkun.
- Kontrol Pekerja dan Tamu: Aturan sederhana seperti mencuci tangan, memakai pakaian khusus, atau disinfeksi alas kaki sebelum masuk kandang, ternyata punya dampak besar pada kesehatan kawanan.

Kesejahteraan hewan bukan hanya soal etika, tapi juga berhubungan langsung dengan produktivitas. Kalkun yang sehat dan tidak stres akan tumbuh lebih baik, memiliki daya tahan tubuh lebih kuat, dan menghasilkan daging dengan kualitas lebih tinggi.
Di sisi lain, jika biosekuriti lemah, hewan lebih rentan terhadap penyakit, stres meningkat, dan biaya pengobatan melonjak. Akhirnya, kerugian ekonomi pun tidak bisa dihindari.
Tantangan di Lapangan
Meski hasil penelitian ini sangat jelas, penerapan biosekuriti ketat bukan hal yang mudah. Beberapa tantangan yang sering muncul di lapangan antara lain:
- Biaya Tambahan: Penerapan protokol biosekuriti memerlukan investasi, misalnya untuk peralatan disinfeksi, pakaian khusus pekerja, atau pelatihan.
- Kedisiplinan Pekerja: Biosekuriti hanya efektif jika semua orang di peternakan konsisten menjalankannya. Satu orang yang lalai bisa membuka pintu masuk bagi penyakit.
- Kurangnya Kesadaran: Sebagian peternak kecil mungkin menganggap langkah biosekuriti terlalu merepotkan atau tidak penting.

Meski membutuhkan usaha lebih, penelitian ini menegaskan bahwa biosekuriti adalah investasi jangka panjang. Dengan hewan yang lebih sehat dan produktif, biaya pengobatan bisa ditekan, angka kematian berkurang, dan reputasi produk meningkat.
Selain itu, konsumen kini semakin peduli pada isu kesejahteraan hewan. Daging kalkun dari peternakan yang menerapkan standar biosekuriti dan kesejahteraan tinggi berpotensi memiliki nilai jual lebih baik di pasar global.
Pelajaran untuk Peternak di Indonesia
Meskipun penelitian ini dilakukan di Hongaria, hasilnya sangat relevan untuk peternak unggas di Indonesia. Industri ayam, bebek, maupun kalkun skala besar menghadapi tantangan serupa: risiko penyakit tinggi dan tuntutan pasar untuk produk berkualitas.
Beberapa langkah sederhana yang bisa mulai diterapkan peternak lokal antara lain:
- Membatasi keluar-masuk orang ke kandang.
- Menyediakan fasilitas cuci kaki dan tangan sebelum masuk.
- Membersihkan kandang dan peralatan secara rutin.
- Memberikan pelatihan dasar biosekuriti bagi pekerja.
Langkah kecil ini bisa menjadi fondasi menuju peternakan yang lebih sehat, produktif, dan berkelanjutan.
Penelitian ini membuktikan bahwa biosekuriti bukan hanya urusan teknis mencegah penyakit, tetapi juga berhubungan langsung dengan kesejahteraan hewan dan keberlanjutan usaha peternakan.
Dengan menerapkan biosekuriti yang baik, mulai dari manajemen farm, kebersihan kandang, hingga kontrol pekerja. Peternakan kalkun dapat menghasilkan hewan yang lebih sehat, produktif, dan memenuhi standar kesejahteraan hewan.
Bagi peternak modern, biosekuriti bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Hewan sehat, usaha untung, konsumen puas, semuanya dimulai dari langkah sederhana: menjaga pintu kandang tetap bersih dan aman.
Baca juga artikel tentang: Mengurangi Gas Rumah Kaca dari Sapi: Solusi Mengejutkan dari Ampas Kopi
REFERENSI:
Kovács, László dkk. 2025. The correlation between on-farm biosecurity and animal welfare indices in large-scale turkey production. Poultry Science 104 (1), 104598.


