Feeding Smart: Bagaimana Kamera Membantu Peternak Ikan Menghemat Pakan

Bayangkan Anda memiliki sebuah kolam penuh ikan nila atau lele. Setiap pagi dan sore, Anda melemparkan pakan ke permukaan air. Namun, pertanyaannya: apakah ikan-ikan itu benar-benar memakan semuanya? Ataukah sebagian pakan tenggelam ke dasar, terbuang sia-sia, dan justru mencemari air?

Bagi petani ikan, memberi makan adalah pekerjaan sehari-hari yang terlihat sederhana, tapi sebenarnya sangat rumit. Kelebihan pakan bisa menyebabkan kerugian finansial sekaligus mencemari lingkungan, sementara kekurangan pakan bisa menghambat pertumbuhan ikan. Menentukan jumlah pakan yang tepat bukanlah hal mudah dan di sinilah teknologi baru mulai mengambil peran besar.

Sebuah tinjauan riset terbaru yang dimuat di Applied Animal Behaviour Science (2025) membahas bagaimana teknologi komputer, khususnya computer vision (visi komputer), dapat digunakan untuk mengenali perilaku makan ikan dan membantu menciptakan sistem pemberian pakan yang cerdas dan efisien.

Pada dasarnya, ikan tidak bisa bicara untuk memberi tahu kita apakah mereka lapar atau kenyang. Petani ikan biasanya hanya mengandalkan pengalaman: melihat gerakan ikan di permukaan, atau memperkirakan jumlah pakan sesuai usia dan ukuran tubuh ikan.

Namun, cara manual ini punya banyak kelemahan:

  • Tidak akurat: Setiap ikan punya nafsu makan yang berbeda tergantung kondisi kesehatan, cuaca, atau kualitas air.
  • Bor os pakan: Jika jumlah pakan terlalu banyak, sisa makanan akan mengendap dan mencemari kolam atau tambak.
  • Biaya membengkak: Pakan adalah salah satu komponen biaya terbesar dalam budidaya ikan, bisa mencapai 60–70% dari total produksi.

Karena itu, ada kebutuhan mendesak untuk sistem pemberian pakan yang lebih pintar dan berbasis data, bukan sekadar perasaan atau pengalaman.

Baca juga artikel tentang: Pakan Bernutrisi tapi Beracun? Fakta Aflatoksin B1 yang Harus Diketahui Peternak

Mengintip Perilaku Ikan Lewat Kamera

Di era digital, kamera bukan hanya untuk selfie atau CCTV keamanan. Dalam dunia peternakan ikan, kamera bisa dipasang di atas maupun di bawah air untuk merekam perilaku ikan saat diberi pakan.

Dari rekaman itu, komputer menganalisis gerakan ikan: apakah mereka berenang agresif ke arah pakan, apakah banyak pakan yang dibiarkan jatuh, atau apakah gerakan ikan melambat karena kenyang.

Sistem akuakultur cerdas berbasis AI dan sensor yang mengontrol pemberian pakan serta kualitas air secara daring melalui jaringan nirkabel untuk meningkatkan efisiensi budidaya ikan.

Teknologi ini disebut computer vision. Secara sederhana, computer vision adalah kemampuan komputer untuk “melihat” dan menginterpretasikan gambar atau video, mirip seperti mata manusia. Dengan bantuan algoritma canggih, komputer bisa mengenali pola, menghitung jumlah ikan yang aktif, hingga memprediksi kapan ikan sudah cukup makan.

Dari Data Jadi Keputusan

Setelah perilaku ikan dianalisis, data ini digunakan untuk mengendalikan sistem pemberi pakan otomatis. Artinya, mesin bisa menambah atau menghentikan pakan sesuai kebutuhan ikan.

Misalnya, jika kamera mendeteksi ikan masih bergerak cepat dan berebut makanan, mesin akan melanjutkan pemberian pakan. Namun, jika ikan mulai tenang dan pakan yang tersisa banyak, mesin otomatis berhenti.

Dengan cara ini, pakan diberikan tepat jumlah, tepat waktu, dan tepat sasaran.

Analisis perilaku makan ikan berbasis deep learning yang menggunakan dataset citra untuk ekstraksi fitur otomatis dengan model CNN dan ViT, sehingga dapat mengklasifikasikan apakah ikan sedang makan atau tidak.

Mengapa Teknologi Ini Revolusioner?

Ada beberapa alasan mengapa teknologi pengenalan perilaku makan ikan sangat menjanjikan:

  1. Hemat Biaya
    Dengan mengurangi pakan yang terbuang, petani ikan bisa menekan biaya operasional. Bayangkan jika 10–20% pakan bisa dihemat, dampaknya luar biasa untuk skala industri.
  2. Lebih Ramah Lingkungan
    Pakan yang tidak dimakan biasanya tenggelam ke dasar dan membusuk, menghasilkan amonia atau zat beracun lain yang merusak kualitas air. Dengan sistem pintar, polusi ini bisa dikurangi.
  3. Kesejahteraan Ikan
    Ikan yang diberi pakan sesuai kebutuhan tumbuh lebih sehat, tidak kekurangan nutrisi, dan tidak stres karena persaingan makan yang tidak seimbang.
  4. Produktivitas Tinggi
    Pertumbuhan ikan menjadi lebih optimal sehingga panen lebih cepat dan hasilnya lebih banyak.

Tantangan di Lapangan

Meski terdengar menjanjikan, penerapan teknologi ini masih menghadapi beberapa hambatan.

  • Biaya awal: Kamera bawah air, sensor, dan perangkat analisis tidak murah. Petani kecil mungkin kesulitan mengadopsinya tanpa bantuan pemerintah atau koperasi.
  • Kondisi air: Air yang keruh atau penuh lumpur bisa membuat kamera sulit merekam perilaku ikan dengan jelas.
  • Keterampilan teknis: Petani perlu belajar cara menggunakan, merawat, dan menginterpretasikan sistem ini.

Namun, seiring berkembangnya teknologi dan semakin murahnya perangkat digital, hambatan-hambatan ini diprediksi bisa teratasi.

Masa Depan Peternakan Ikan: Pintar dan Terhubung

Bayangkan sebuah tambak ikan di masa depan. Kamera bawah air bekerja 24 jam, sensor kualitas air memantau suhu dan kadar oksigen, sementara sistem komputer menganalisis semua data secara real-time.

Jika ikan lapar, pakan akan diberikan secara otomatis dengan dosis yang tepat. Jika kualitas air memburuk, sistem akan mengirim peringatan ke ponsel petani. Bahkan, semua data bisa dihubungkan dengan kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi kapan waktu panen terbaik.

Inilah gambaran intelligent fish farming, peternakan ikan cerdas yang bukan lagi bergantung pada insting semata, tetapi pada teknologi yang terukur dan akurat.

Peternakan ikan telah lama menjadi sumber pangan penting bagi masyarakat di seluruh dunia. Namun, tantangan biaya, lingkungan, dan produktivitas terus menghantui.

Riset terbaru tentang pengenalan perilaku makan ikan melalui computer vision menunjukkan bahwa teknologi dapat menjadi solusi nyata. Bukan hanya membantu petani menghemat pakan, tetapi juga menjaga kesehatan ikan, melindungi lingkungan, dan meningkatkan keuntungan.

Dengan semakin majunya teknologi, saatnya kita membayangkan peternakan ikan bukan hanya sebagai kolam berisi air dan pakan, tetapi sebagai ekosistem digital cerdas yang bisa memberi makan dunia secara berkelanjutan.

Baca juga artikel tentang: Peternakan Gurita: Antara Ambisi Industri dan Peringatan Ilmuwan

REFERENSI:

Xiao, Yuchen dkk. 2025. Feeding behavior quantification and recognition for intelligent fish farming application: A review. Applied Animal Behaviour Science, 106588.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top