Energi Angin vs Kehidupan Liar: Menyelamatkan Burung dan Kelelawar di Tengah Revolusi Energi Hijau

Dalam upaya mengurangi pemanasan global, banyak negara beralih ke energi terbarukan seperti tenaga angin. Turbin angin dianggap sebagai solusi ramah lingkungan karena murah, bersih, dan tidak menghasilkan polusi seperti pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Namun, di balik manfaatnya yang besar, ada risiko yang jarang dibicarakan (dibahas): turbin angin ternyata dapat menjadi ancaman serius bagi burung dan kelelawar.

Ketika baling-baling turbin berputar dengan kecepatan tinggi, hewan-hewan terbang seperti burung dan kelelawar bisa bertabrakan hingga mati. Tidak hanya itu, perubahan tekanan udara di sekitar turbin juga dapat menimbulkan barotrauma, yaitu kerusakan organ dalam akibat perbedaan tekanan yang mendadak, bahaya ini terutama mengancam kelelawar.

Baca juga artikel tentang: Silase: Solusi Pakan Ternak Masa Depan untuk Menyongsong Kemandirian Pangan

Penelitian di Spanyol: Mengungkap Risiko Sebenarnya

Sebuah studi terbaru yang dilakukan di Spanyol meneliti bagaimana turbin angin berdampak pada 214 spesies burung dan 19 spesies kelelawar. Para peneliti tidak hanya menghitung berapa banyak yang mati, tetapi juga mencoba memahami ciri-ciri ekologi dan morfologi (bentuk tubuh) yang membuat spesies tertentu lebih rentan dibandingkan yang lain.

Korban jiwa pada turbin angin dikelompokkan berdasarkan Ordo dan Famili untuk burung (A dan B) dan berdasarkan famili dan spesies untuk kelelawar (C dan D). Gambar B dan C menunjukkan total korban jiwa pada turbin angin yang dikelompokkan berdasarkan famili dan spesies. Hanya dua belas ordo, famili, dan spesies pertama yang ditampilkan dalam gambar untuk tujuan visualisasi. Dalam kasus kelelawar (C dan D), Pipistrellus pipistrellus dan Pipistrellus pygmaeus dikelompokkan ke dalam satu kategori (yaitu, P. pipistrellus/pygmaeus ) karena kesulitan dalam membedakan kedua spesies berdasarkan ciri morfologi.

Hasilnya menunjukkan bahwa tingkat kematian burung dan kelelawar sangat dipengaruhi oleh gaya hidup mereka. Misalnya, burung pemakan bangkai (scavenger) atau burung yang bermigrasi sebagian lebih sering menjadi korban tabrakan. Untuk kelelawar, spesies yang memiliki pola terbang luas dan aktif di area terbuka lebih rentan terhadap baling-baling turbin.

Peta Kerentanan: Daerah yang Perlu Diwaspadai

Peneliti membuat peta kerentanan untuk menunjukkan wilayah mana yang paling berisiko. Di Spanyol, area paling sensitif bagi burung dan kelelawar terletak di bagian selatan, tenggara, dan tengah negara tersebut. Bahkan beberapa wilayah barat dan utara juga menunjukkan tingkat kerentanan tinggi, terutama untuk burung.

Hubungan linear antara rata-rata kerentanan dan jumlah korban/tahun/turbin di tingkat provinsi untuk burung (A) dan kelelawar (B). Setiap titik mewakili satu provinsi.

Yang menarik, kelelawar lebih banyak terdampak di wilayah timur, sementara burung justru lebih banyak di wilayah barat dan selatan. Artinya, dampak energi angin tidak merata dan sangat tergantung pada jenis hewan serta lokasi turbin.

Mungkin sebagian orang berpikir, kehilangan beberapa burung atau kelelawar akibat turbin angin tidak terlalu berpengaruh. Namun, kenyataannya jauh lebih kompleks. Burung dan kelelawar memiliki fungsi penting dalam ekosistem.

  • Burung pemangsa serangga membantu petani dengan mengurangi hama tanaman.
  • Kelelawar pemakan serangga juga berperan besar dalam menjaga keseimbangan populasi serangga malam.
  • Burung pemakan bangkai mencegah penyebaran penyakit dengan membersihkan hewan mati di alam.

Jika populasi burung dan kelelawar terus menurun akibat turbin angin, maka keseimbangan ekosistem bisa terganggu. Petani mungkin akan lebih sering menghadapi ledakan hama, sementara risiko penyakit dari bangkai hewan bisa meningkat.

Solusi: Bagaimana Energi Angin Bisa Lebih Ramah Satwa?

Studi ini menekankan pentingnya menyeimbangkan antara kebutuhan energi bersih dan perlindungan satwa liar. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  1. Penentuan lokasi yang tepat
    Sebelum membangun ladang turbin angin, perlu ada survei ekologi untuk memastikan tidak berada di jalur migrasi burung atau area berburu kelelawar.
  2. Desain turbin yang lebih aman
    Peneliti dan insinyur kini tengah mengembangkan desain turbin yang lebih ramah satwa, misalnya dengan kecepatan putar baling-baling yang lebih rendah atau penggunaan teknologi sensor untuk menghentikan turbin ketika ada hewan yang mendekat.
  3. Pemantauan berkelanjutan
    Energi angin tidak boleh hanya dilihat dari sisi produksi listriknya saja, tetapi juga dari dampak ekologisnya. Sistem pemantauan harus dilakukan secara rutin agar dampak bisa ditekan seminimal mungkin.
  4. Kebijakan berbasis sains
    Pemerintah perlu menggunakan hasil penelitian seperti ini untuk membuat kebijakan energi yang berimbang—ramah lingkungan sekaligus menjaga keanekaragaman hayati.

Pentingnya Perspektif “One Health”

Isu ini juga terkait dengan konsep One Health, yaitu pendekatan kesehatan yang menghubungkan manusia, hewan, dan lingkungan. Energi angin memang menyehatkan bumi karena mengurangi emisi, tetapi jika mengancam hewan dalam jumlah besar, pada akhirnya manusia juga akan terdampak. Kehilangan burung pemakan hama misalnya, bisa membuat petani semakin bergantung pada pestisida kimia, yang berbahaya bagi kesehatan manusia dan lingkungan.

Energi angin adalah salah satu jawaban atas krisis iklim, tetapi tidak boleh dibangun dengan mengorbankan burung dan kelelawar. Penelitian di Spanyol ini memberikan peringatan sekaligus solusi: kita bisa memetakan area rawan, memahami spesies yang paling rentan, dan menggunakan teknologi serta kebijakan untuk mengurangi dampak negatif.

Dengan cara itu, energi hijau benar-benar bisa menjadi solusi yang bersih, berkelanjutan, dan selaras dengan alam.

Baca juga artikel tentang: Mengurangi Gas Rumah Kaca dari Sapi: Solusi Mengejutkan dari Ampas Kopi

REFERENSI:

Morant, Jon dkk. 2025. Mapping bird and bat assemblage vulnerability for predicting wind energy impact. Journal of Environmental Management 380, 124961.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top