Ketika mendengar kata kacang polong (Pisum sativum), banyak orang mungkin langsung membayangkan sayuran hijau kecil yang sering dijumpai dalam sup, nasi goreng, atau makanan beku di supermarket. Namun, di balik ukuran mungilnya, biji kacang polong juga memiliki peran penting dalam dunia peternakan.
Selama puluhan tahun, biji kacang polong diakui sebagai bahan pakan bernilai tinggi untuk hewan ternak. Alasannya sederhana: biji ini kaya akan protein berkualitas tinggi dan mengandung pati yang mudah dicerna. Protein sangat dibutuhkan ternak untuk pertumbuhan otot, produksi susu, dan kesehatan tubuh, sementara pati berfungsi sebagai sumber energi utama.
Dengan kombinasi ini, kacang polong dianggap sebagai sumber pakan alternatif yang bisa mengurangi ketergantungan pada jagung dan kedelai, dua komoditas yang selama ini mendominasi formulasi pakan di seluruh dunia.
Baca juga artikel tentang: Produktivitas Tinggi Ikan Red Devil: Ancaman atau Sumber Baru untuk Peternak?
Masalahnya: Kandungan Gizi yang Tidak Selalu Sama
Meski kacang polong menjanjikan, ada satu tantangan besar: kandungan gizinya bisa berbeda-beda tergantung tempat tumbuhnya. Sama seperti buah mangga yang bisa terasa manis di satu daerah tetapi agak asam di daerah lain, kacang polong pun menunjukkan variasi gizi yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Penelitian terbaru di Spanyol menemukan bahwa lokasi tumbuh sangat memengaruhi profil metabolit kacang polong—yaitu susunan senyawa kimia alami di dalam bijinya, termasuk asam lemak, asam amino, karbohidrat, dan senyawa bioaktif lain.
Studi ini membandingkan kacang polong yang ditanam di tiga lokasi berbeda: Andalusia, Aragon, dan Asturias. Hasilnya, setiap wilayah menghasilkan kacang polong dengan kandungan gizi yang unik.
Apa Itu Profil Metabolit?
Untuk memahami temuan ini, kita perlu tahu dulu apa itu profil metabolit.
Metabolit adalah senyawa kecil yang terbentuk dari proses metabolisme tumbuhan. Mereka mencakup:
- Asam lemak – komponen penting dalam energi dan pembentukan sel.
- Asam amino – bahan dasar protein yang sangat penting bagi pertumbuhan ternak.
- Karbohidrat – sumber energi cepat.
- Senyawa fenolik – berfungsi sebagai antioksidan alami.
Profil metabolit kacang polong bisa dipetakan dengan teknik ilmiah bernama metabolomik, yaitu studi yang menganalisis seluruh kumpulan metabolit dalam suatu organisme. Dengan cara ini, peneliti dapat melihat variasi detail kandungan gizi antar varietas atau lokasi tanam.

Hasil Penelitian: Lingkungan Membuat Perbedaan Besar
Penelitian menemukan lebih dari 121 metabolit berbeda yang memengaruhi kualitas gizi kacang polong. Beberapa temuan pentingnya adalah:
- Di Aragon, kacang polong memiliki konsentrasi tinggi asam lemak jenuh seperti C16:0 (asam palmitat), C18:0 (asam stearat), dan asam lemak tak jenuh 18:1 n-9 (asam oleat).
- Di Asturias, kacang polong lebih kaya akan C18:2 n-6 (asam linoleat).
- Di Andalusia, dominasi terlihat pada C18:3 n-3 (asam alfa-linolenat/ALA), yang merupakan omega-3 penting.
Selain itu, kadar asam amino (komponen utama protein) juga bervariasi. Misalnya, kacang polong dari Asturias cenderung memiliki kadar asam amino lebih tinggi dibanding lokasi lain.

Temuan ini menegaskan bahwa lingkungan tempat tumbuh. Seperti iklim, tanah, curah hujan, dan paparan sinar matahari sangat memengaruhi nilai gizi kacang polong.
Implikasi untuk Pakan Ternak
Bagi dunia peternakan, temuan ini punya arti penting.
- Kualitas pakan tidak seragam. Peternak tidak bisa berasumsi semua kacang polong memiliki kandungan gizi sama.
- Pemilihan varietas dan lokasi tanam menjadi kunci. Untuk memenuhi kebutuhan hewan tertentu, varietas dan lokasi tanam harus dipilih dengan cermat.
- Misalnya, sapi perah mungkin lebih diuntungkan dengan kacang polong kaya omega-3 dari Andalusia karena asam lemak ini bisa meningkatkan kualitas susu.
- Sementara untuk ternak pedaging, kacang polong dari Asturias yang tinggi asam amino bisa lebih mendukung pertumbuhan otot.
- Efisiensi pakan meningkat. Dengan memilih varietas tepat, pakan bisa lebih bergizi tanpa harus menambah suplemen sintetis yang mahal.
Lingkungan, Pertanian, dan Peternakan yang Terhubung
Penelitian ini juga menunjukkan betapa eratnya hubungan antara pertanian dan peternakan. Perubahan iklim yang mengubah kondisi lingkungan pertanian otomatis akan berdampak pada nutrisi hewan ternak.
Jika cuaca ekstrem membuat kacang polong kehilangan sebagian kandungan nutrisinya, peternak harus mencari solusi lain agar hewan tetap sehat dan produktif. Hal ini menekankan pentingnya kerja sama antara peneliti, petani, dan peternak untuk mengoptimalkan hasil panen sekaligus menjaga kualitas pakan.
Menuju Pakan Ternak yang Lebih Cerdas
Bagaimana cara memanfaatkan temuan ini? Ada beberapa langkah penting:
- Pemilihan kultivar (varietas) tepat untuk lokasi tertentu.
- Kolaborasi penelitian dan industri agar informasi tentang nilai gizi kacang polong di berbagai daerah bisa diterjemahkan ke dalam praktik nyata.
- Adaptasi terhadap perubahan iklim, misalnya dengan mengembangkan varietas baru yang tahan terhadap kondisi ekstrem tetapi tetap bergizi.
Dengan strategi ini, kacang polong bisa semakin berperan sebagai bahan pakan ramah lingkungan, bergizi tinggi, dan ekonomis.
Kacang polong mungkin terlihat sederhana, tetapi penelitian terbaru membuktikan bahwa biji mungil ini punya cerita kompleks tentang gizi, lingkungan, dan masa depan peternakan.
Perbedaan lokasi tumbuh bisa membuat kacang polong kaya omega-3 di satu daerah, tetapi lebih tinggi protein di daerah lain. Variasi ini bisa dimanfaatkan untuk menyesuaikan pakan dengan kebutuhan spesifik hewan ternak, sehingga produktivitas meningkat sekaligus biaya bisa ditekan.
Di masa depan, bukan tidak mungkin peternakan akan semakin cerdas: memilih pakan bukan hanya berdasarkan harga atau ketersediaan, tetapi juga pada profil gizi spesifik sesuai daerah asalnya. Dengan begitu, kita bisa membangun sistem pangan yang lebih sehat, efisien, dan berkelanjutan.
Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global
REFERENSI:
Reveglia, Pierluigi dkk. 2025. Metabolic profiling of pea (Pisum sativum) cultivars in changing environments: Implications for nutritional quality in animal feed. Food Chemistry 462, 140972.


