Dari Kandang hingga Rumah Potong: Bagaimana Bakteri Kebal Antibiotik Bisa Ikut Masuk ke Dapur Kita

Dalam beberapa puluh tahun terakhir, dunia peternakan unggas mengalami perkembangan yang sangat pesat. Istilah unggas sendiri mencakup berbagai jenis hewan bertelur dan berbulu, seperti ayam, itik, bebek, kalkun, dan puyuh. Perkembangan ini didorong oleh meningkatnya kebutuhan masyarakat akan sumber protein hewani yang murah, mudah diperoleh, dan serbaguna.

Pertumbuhan penduduk yang terus bertambah, perubahan pola makan, serta meningkatnya kesadaran akan pentingnya gizi membuat permintaan terhadap produk unggas, baik daging maupun telur melonjak tajam. Akibatnya, teknologi beternak pun berkembang: mulai dari sistem kandang modern, pakan dengan komposisi gizi seimbang, hingga teknik pemuliaan untuk menghasilkan unggas yang lebih cepat tumbuh dan lebih produktif.

Dengan kata lain, dalam beberapa dekade terakhir, dunia peternakan unggas tidak lagi sekadar kegiatan tradisional, melainkan sudah menjadi industri besar yang mengandalkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan manajemen modern untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat dunia.

Antibiotik sering digunakan di peternakan untuk mencegah penyakit dan mempercepat pertumbuhan ayam. Sayangnya, penggunaan berlebihan atau tidak tepat justru membuat bakteri menjadi kebal terhadap obat. Akibatnya, ketika bakteri yang sudah kebal ini masuk ke tubuh manusia, penyakit yang ditimbulkannya menjadi jauh lebih sulit diobati.

Resistensi antibiotik kini dianggap sebagai salah satu krisis kesehatan terbesar di abad ke-21. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahkan memperingatkan bahwa kita bisa kembali ke era “pra-antibiotik”, di mana infeksi sederhana bisa kembali mematikan.

Baca juga artikel tentang: Mengurangi Gas Rumah Kaca dari Sapi: Solusi Mengejutkan dari Ampas Kopi

Studi Baru: Melacak Jejak Bakteri dari Kandang Hingga Pemotongan

Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan di 11 peternakan ayam di Eropa berusaha menjawab satu pertanyaan penting: bagaimana bakteri resisten antibiotik bisa bertahan dari kandang hingga sampai ke rumah potong ayam, bahkan menempel pada daging yang kita konsumsi?

Peneliti mengambil sampel dari beberapa titik:

  • Kotoran ayam (feses)
  • Usus ayam (cecal)
  • Permukaan rumah potong ayam
  • Potongan karkas (daging ayam setelah disembelih)

Dengan teknologi modern seperti PCR waktu nyata dan analisis DNA mikroba (16S rRNA sequencing), mereka memetakan jenis-jenis bakteri yang membawa gen resistensi antibiotik.

Hasil Mengejutkan: Bakteri Bandel yang Sulit Dibasmi

Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun rumah potong ayam sudah menjalankan prosedur pembersihan dan desinfeksi, bakteri resisten tetap bertahan.

Beberapa temuan penting:

  1. Bakteri bandel tetap hidup sebelum dan sesudah pemotongan
    Bakteri seperti Staphylococcus dan Streptococcus mampu bertahan di permukaan pemotongan, bahkan setelah pembersihan dilakukan.
  2. Gen resisten paling banyak ditemukan
    • qnrS (76% sampel): gen yang membuat bakteri kebal terhadap antibiotik golongan kuinolon.
    • blaCMY2 (57% sampel): gen yang membuat bakteri kebal terhadap sefalosporin, antibiotik penting untuk manusia.
  3. Kontaminasi bisa terjadi saat proses pemotongan
    Gen resisten tertentu (mcr dan blaNDM) ditemukan pada karkas, tapi tidak di usus ayam. Ini menunjukkan kemungkinan adanya kontaminasi dari lingkungan rumah potong atau bahkan pekerja.
Grafik komposisi komunitas mikroba pada tingkat genus feses, permukaan, sekum, dan bangkai.

Temuan ini jelas menjadi alarm peringatan. Daging ayam yang kita beli di pasar bisa membawa bakteri resisten antibiotik jika proses pemeliharaan, pemotongan, dan distribusi tidak dilakukan dengan benar.

Risikonya antara lain:

  • Infeksi yang sulit diobati – jika manusia terpapar bakteri ini, obat standar mungkin tidak lagi efektif.
  • Penyebaran global – bakteri resisten bisa berpindah dari satu orang ke orang lain, bahkan antar negara melalui perdagangan makanan.
  • Biaya kesehatan meningkat – pengobatan infeksi bakteri resisten membutuhkan antibiotik generasi baru yang lebih mahal, dan sering kali membutuhkan rawat inap lebih lama.

Bagaimana Cara Mengatasinya?

Penelitian ini menekankan bahwa setiap langkah dalam rantai pangan unggas perlu diperbaiki. Beberapa langkah kunci yang disarankan:

  1. Mengurangi penggunaan antibiotik di peternakan
    Antibiotik hanya boleh dipakai untuk mengobati hewan sakit dengan resep dokter hewan, bukan untuk pencegahan massal atau mempercepat pertumbuhan.
  2. Meningkatkan kebersihan kandang dan rumah potong
    Protokol sanitasi harus diperketat agar bakteri tidak bertahan di permukaan peralatan dan daging.
  3. Mengembangkan alternatif antibiotik
    Misalnya dengan probiotik, vaksin, atau pakan khusus yang bisa memperkuat daya tahan ayam tanpa obat.
  4. Edukasi pekerja peternakan dan pemotongan
    Kontaminasi silang bisa dicegah dengan pelatihan, perlengkapan pelindung diri, dan praktik higienis yang lebih disiplin.
  5. Kesadaran konsumen
    Konsumen juga punya peran penting: selalu masak ayam hingga matang sempurna, cuci tangan setelah menyentuh daging mentah, dan hindari mencuci ayam dengan air kran (karena bisa menyebarkan bakteri ke seluruh dapur).

Dari Peternakan ke Rumah Kita: Tanggung Jawab Bersama

Studi ini membuka mata bahwa resistensi antibiotik bukan hanya masalah rumah sakit, tetapi juga masalah peternakan dan rantai pangan. Dari kandang ayam hingga meja makan, ada risiko tersembunyi yang bisa berujung pada krisis kesehatan global.

Namun, kabar baiknya adalah masalah ini bisa dicegah. Dengan kerja sama antara peternak, pemerintah, ilmuwan, hingga konsumen, kita bisa menekan penyebaran bakteri resisten dan memastikan pangan yang lebih aman.

Ayam adalah sumber protein penting bagi miliaran orang di seluruh dunia. Tetapi agar tetap aman dikonsumsi, kita harus memastikan bahwa praktik peternakan dan pemotongan dilakukan dengan bertanggung jawab. Resistensi antibiotik adalah musuh yang tidak terlihat, namun nyata.

Maka dari itu, setiap langkah kecil, mulai dari penggunaan antibiotik yang bijak, kebersihan rumah potong, hingga cara kita memasak di rumah, bisa menjadi bagian dari solusi besar untuk melindungi kesehatan manusia dan masa depan pangan dunia.

Baca juga artikel tentang: Mengapa Warna Cangkang Telur Bisa Berbeda? Ini Jawaban dari Ilmu Genetika

REFERENSI:

Laconi, Andrea dkk. 2025. From Farm to Slaughter: Tracing Antimicrobial Resistance in a Poultry Short Food Chain. Antibiotics 14 (6), 604.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top