Dampak Penghapusan Subsidi BBM pada Petani Ikan: Antara Bertahan atau Gulung Tikar

Bagi banyak masyarakat pedesaan di Nigeria, beternak ikan bukan sekadar pekerjaan, ini adalah sumber penghasilan, makanan bergizi, dan jalan menuju kehidupan yang lebih baik. Ikan seperti lele dan tilapia menjadi bahan pangan penting, sekaligus peluang usaha yang menopang ribuan keluarga. Namun, usaha ini tidak terlepas dari berbagai tantangan, mulai dari kualitas air, harga pakan, hingga biaya energi.

Salah satu faktor besar yang memengaruhi biaya produksi adalah bahan bakar. Bahan bakar dipakai untuk menyalakan pompa air, transportasi pakan, distribusi ikan ke pasar, hingga penerangan di peternakan. Dengan demikian, harga bahan bakar langsung memengaruhi keuntungan petani ikan.

Selama bertahun-tahun, pemerintah Nigeria memberikan subsidi bahan bakar agar harga tetap terjangkau. Tujuannya adalah membantu masyarakat luas, termasuk petani ikan, agar tidak terbebani biaya energi. Namun, pada 2023 pemerintah memutuskan untuk menghapus subsidi tersebut. Alasannya: subsidi dianggap memberatkan keuangan negara, memperlambat pertumbuhan ekonomi, dan membuat Nigeria terlalu bergantung pada impor bahan bakar.

Dengan dihapusnya subsidi, harga bahan bakar melonjak. Dampaknya terasa di berbagai sektor, salah satunya perikanan budidaya.

Baca juga artikel tentang: Airborne Transmission: Puzzle Baru Penyebaran Flu Burung di Peternakan

Penelitian di Bayelsa State: Apa yang Terjadi pada Petani Ikan?

Penelitian yang dilakukan di Zona Pertanian Yenagoa, Bayelsa State melibatkan 80 petani ikan dari delapan komunitas. Data dikumpulkan melalui wawancara dan kuesioner, lalu dianalisis dengan metode statistik.

Hasilnya cukup jelas: penghapusan subsidi membuat biaya produksi melonjak tinggi. Beberapa dampak yang ditemukan antara lain:

  1. Kenaikan biaya input produksi
    Pakan, transportasi, dan peralatan yang semuanya bergantung pada bahan bakar menjadi lebih mahal. Petani ikan harus mengeluarkan biaya lebih besar hanya untuk menjaga usaha mereka tetap berjalan.
  2. Menurunnya daya beli petani ikan
    Dengan biaya produksi meningkat, pendapatan yang tersisa berkurang. Petani kesulitan membeli kebutuhan rumah tangga lain, bahkan ada yang mengurangi jumlah kolam atau produksi ikan.
  3. Turunnya profitabilitas
    Perhitungan sederhana menunjukkan bahwa keuntungan petani menurun drastis. Biaya transportasi ikan ke pasar, yang sebelumnya masih bisa ditutupi, kini menggerus margin keuntungan.
  4. Penggunaan input pertanian berkurang
    Karena harga tinggi, petani mulai mengurangi penggunaan pakan atau menunda perbaikan peralatan. Hal ini berisiko menurunkan produktivitas jangka panjang.

Dampak Sosial Ekonomi

Bagi petani kecil di Bayelsa, kenaikan biaya akibat penghapusan subsidi bukan sekadar angka di kertas. Ini berarti hidup lebih sulit:

  • Ada keluarga yang mengurangi konsumsi protein karena ikan yang mereka produksi justru harus dijual untuk menutupi biaya.
  • Anak-anak dari keluarga petani ikan bisa terdampak, karena pendapatan yang berkurang memengaruhi biaya pendidikan.
  • Komunitas pedesaan kehilangan stabilitas ekonomi karena berkurangnya keuntungan petani berimbas pada daya beli di pasar lokal.

Dengan kata lain, kebijakan ekonomi makro langsung “menetes” ke level mikro, menyentuh kehidupan sehari-hari keluarga petani.

Apakah Tidak Ada Sisi Positif?

Meski dampak langsungnya negatif, penghapusan subsidi juga membuka peluang jangka panjang. Tanpa subsidi, pemerintah memiliki lebih banyak ruang fiskal untuk berinvestasi di sektor lain, termasuk pertanian dan perikanan. Selain itu, kebijakan ini mendorong munculnya solusi alternatif energi, seperti:

  • Energi surya untuk pompa air kolam, yang bisa mengurangi ketergantungan pada bensin atau solar.
  • Teknologi hemat energi, seperti aerator dengan konsumsi listrik rendah.
  • Sistem manajemen modern yang menekan biaya produksi melalui otomatisasi.

Namun, semua peluang ini hanya bisa terwujud jika ada dukungan kebijakan lanjutan yang berpihak pada petani ikan.

Rekomendasi dari Penelitian

Studi ini tidak berhenti pada identifikasi masalah. Para peneliti juga memberikan rekomendasi praktis untuk mengurangi dampak buruk kebijakan:

  1. Peningkatan penyuluhan dan pendampingan petani
    Pemerintah perlu mengirim lebih banyak tenaga penyuluh untuk membantu petani beradaptasi dengan strategi baru, misalnya efisiensi pakan atau pemanfaatan teknologi energi alternatif.
  2. Diversifikasi sumber energi
    Investasi dalam energi terbarukan, terutama tenaga surya, harus dipercepat agar petani tidak terlalu bergantung pada bahan bakar fosil.
  3. Pengembangan skema pembiayaan baru
    Kredit dengan bunga rendah atau bantuan langsung dapat membantu petani tetap bertahan di tengah biaya produksi yang meningkat.
  4. Strategi komersialisasi terintegrasi
    Petani ikan didorong untuk bekerja sama dalam skala lebih besar, misalnya koperasi, agar biaya transportasi dan pembelian input bisa ditekan melalui sistem kolektif.

Mengapa Ini Penting untuk Kita Semua?

Kisah petani ikan di Bayelsa, Nigeria, adalah gambaran nyata bahwa kebijakan ekonomi tidak pernah netral. Apa yang diputuskan di tingkat nasional berdampak langsung pada piring makan masyarakat. Jika petani ikan kesulitan berproduksi, pasokan ikan bisa menurun, harga ikan naik, dan pada akhirnya konsumen juga ikut merasakan dampaknya.

Di sisi lain, pengalaman ini bisa menjadi pelajaran berharga bagi negara lain, termasuk Indonesia, yang juga pernah bergulat dengan isu subsidi energi. Pertanyaannya bukan hanya apakah subsidi harus dihapus, tetapi juga bagaimana melindungi kelompok rentan dari dampak kebijakan tersebut.

Penghapusan subsidi bahan bakar di Nigeria memang bertujuan untuk memperkuat ekonomi negara, tetapi hasil penelitian di Bayelsa menunjukkan konsekuensi yang berat bagi petani ikan. Biaya produksi naik, keuntungan menurun, dan kesejahteraan keluarga terganggu.

Namun, krisis ini juga bisa menjadi momentum untuk berinovasi. Dengan dukungan kebijakan yang tepat mulai dari energi terbarukan, pendampingan, hingga skema pembiayaan baru, petani ikan bisa bangkit lebih kuat. Pada akhirnya, masa depan perikanan budidaya bergantung pada kemampuan kita menghubungkan kebijakan ekonomi dengan kebutuhan nyata di lapangan.

Baca juga artikel tentang: Probiotik dan Herbal, Duo Ajaib Penjaga Kesehatan Ikan Mas

REFERENSI:

Amaegberi, Henry & Enize, Tina Bayoko Bank. 2025. Impact of Fuel Subsidy Removal Policy on Fish Farmers’ Input Utilization in Yenagoa Agricultural Zone, Bayelsa State, Nigeria. Asian Journal of Fisheries and Aquatic Research 27 (4), 103-110.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top