Dalam beberapa tahun terakhir, dunia peternakan menghadapi tantangan besar: bagaimana menghasilkan daging yang tidak hanya berkualitas tinggi, tetapi juga bernutrisi, sehat, dan ramah lingkungan. Permintaan global akan daging babi dan unggas terus meningkat, sementara isu keberlanjutan, perubahan iklim, dan kesehatan konsumen menjadi perhatian utama.
Salah satu solusi yang mulai mencuri perhatian adalah penggunaan bahan pakan inovatif dan berkelanjutan. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa dengan memanfaatkan bahan pakan baru seperti larva lalat tentara hitam (black soldier fly larvae), mikroalga Schizochytrium, rumput laut Laminaria, ampas anggur, hingga bungkil kedelai fermentasi, kualitas daging bisa ditingkatkan secara signifikan. Tidak hanya itu, cara ini juga membantu mengurangi jejak lingkungan dari industri peternakan.
Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global
Mengapa Pakan Inovatif Dibutuhkan?
Pakan adalah kunci utama dalam menentukan kualitas daging. Apa yang dimakan ternak akan langsung memengaruhi rasa, tekstur, warna, bahkan kandungan gizi pada daging yang sampai ke meja makan kita. Selama ini, pakan konvensional seperti jagung, kedelai, dan gandum menjadi andalan. Namun, ada beberapa masalah besar:
- Dampak lingkungan – Produksi jagung dan kedelai dalam skala besar sering menyebabkan deforestasi, penggunaan air berlebihan, dan emisi karbon yang tinggi.
- Keterbatasan gizi – Tidak semua pakan konvensional mampu memberikan zat gizi tertentu, misalnya omega-3 yang penting untuk kesehatan manusia.
- Ketahanan pangan – Dengan populasi global yang terus bertambah, ketergantungan pada bahan pakan konvensional saja tidak cukup.
Di sinilah pakan inovatif berperan: menyediakan gizi tambahan, meningkatkan kualitas produk daging, sekaligus mendukung keberlanjutan.
Larva Lalat Tentara Hitam: Protein Masa Depan
Larva lalat tentara hitam (Black Soldier Fly Larvae / BSFL) kini menjadi bintang baru di dunia pakan. Serangga ini dapat tumbuh dengan cepat menggunakan limbah organik, sehingga berkontribusi pada pengurangan sampah sekaligus menghasilkan sumber protein berkualitas tinggi.
Penelitian menunjukkan bahwa daging dari ternak yang diberi pakan BSFL lebih kaya protein, lebih sehat, dan bahkan memiliki rasa yang lebih enak. Larva ini juga mengandung lemak sehat dan mineral penting, menjadikannya kandidat kuat sebagai pengganti sebagian besar pakan berbasis kedelai.
Mikroalga: Sumber Omega-3 yang Luar Biasa
Selama ini, ikan dianggap sebagai sumber utama omega-3. Namun, tahukah Anda bahwa ikan mendapatkan omega-3 dari memakan mikroalga? Dengan kata lain, mikroalga seperti Schizochytrium bisa menjadi sumber langsung asam lemak omega-3 untuk ternak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pakan berbasis Schizochytrium mampu meningkatkan kadar omega-3 dalam daging lebih dari 70%. Artinya, daging ayam atau babi yang dihasilkan bisa setara dengan ikan dalam hal kandungan gizi sehat ini. Ini tentu menjadi kabar baik, terutama bagi konsumen yang membutuhkan asupan omega-3 tetapi tidak terlalu sering mengonsumsi ikan.
Rumput Laut: Tidak Hanya untuk Sushi
Jenis rumput laut Laminaria juga terbukti mampu meningkatkan kualitas daging. Dalam penelitian, penggunaan Laminaria dalam pakan dapat meningkatkan kandungan protein daging hingga 45%. Selain itu, rumput laut kaya akan antioksidan, vitamin, dan mineral yang berperan dalam meningkatkan kesehatan hewan sekaligus memperpanjang masa simpan daging.
Ampas Anggur dan Biji Rami: Dari Limbah Menjadi Berkah
Produk samping dari industri pertanian, seperti ampas anggur (grape pomace) dan biji rami yang difortifikasi, ternyata juga punya manfaat besar. Ampas anggur kaya akan polifenol dan antioksidan alami yang membantu menjaga stabilitas oksidatif daging. Ini berarti daging lebih awet, lebih segar, dan tetap bergizi lebih lama.
Biji rami, di sisi lain, memberikan tambahan serat dan lemak sehat. Dengan kombinasi ini, bukan hanya hewan yang sehat, tetapi daging yang dihasilkan juga lebih bernilai gizi.

Dengan penggunaan pakan inovatif ini, kualitas daging meningkat dalam banyak aspek:
- Kandungan Gizi: Lebih tinggi omega-3, vitamin, mineral, dan antioksidan.
- Rasa dan Tekstur: Daging menjadi lebih empuk, lebih lezat, dan memiliki warna yang lebih menarik.
- Keamanan Pangan: Antioksidan alami membantu memperpanjang umur simpan daging, mengurangi kebutuhan bahan kimia tambahan.
Dengan kata lain, daging yang dihasilkan bukan hanya lebih sehat bagi manusia, tetapi juga lebih ramah lingkungan.
Tantangan di Lapangan
Meski hasil penelitian sangat menjanjikan, penerapan pakan inovatif ini masih menghadapi beberapa tantangan:
- Regulasi – Beberapa negara belum memiliki aturan yang jelas terkait penggunaan bahan pakan baru, terutama yang berasal dari serangga atau limbah pertanian.
- Biaya Produksi – Pakan inovatif masih lebih mahal dibandingkan pakan konvensional, sehingga butuh teknologi yang lebih efisien agar bisa bersaing.
- Penerimaan Konsumen – Meski daging lebih sehat, sebagian konsumen mungkin masih ragu jika tahu pakan ternak berasal dari larva atau limbah.
Menuju Peternakan yang Lebih Berkelanjutan
Penerapan pakan inovatif sejalan dengan konsep circular economy atau ekonomi sirkular, di mana limbah dari satu sektor bisa menjadi bahan baku untuk sektor lain. Limbah organik bisa diubah menjadi pakan serangga, ampas anggur bisa dimanfaatkan sebagai pakan ternak, dan mikroalga bisa dibudidayakan dengan memanfaatkan limbah CO₂ dari industri.
Dengan pendekatan ini, industri peternakan tidak hanya menghasilkan daging berkualitas, tetapi juga ikut berkontribusi dalam mengurangi polusi dan menjaga kelestarian lingkungan.
Pakan inovatif seperti larva lalat tentara hitam, mikroalga, rumput laut, ampas anggur, dan biji rami telah terbukti mampu meningkatkan kualitas dan nilai gizi daging babi maupun unggas. Tidak hanya memberikan manfaat kesehatan bagi konsumen, bahan pakan ini juga berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan dan efisiensi produksi peternakan.
Meskipun masih ada tantangan dalam regulasi, biaya, dan penerimaan pasar, masa depan peternakan tampaknya akan semakin hijau dan sehat dengan hadirnya inovasi ini. Jadi, bisa dibilang: daging masa depan bukan hanya soal rasa, tapi juga soal kesehatan dan keberlanjutan.
Baca juga artikel tentang: Ikan Budidaya Lebih Bersih: Peluang Besar untuk Peternak Ikan Masa Depan
REFERENSI:
Prates, José AM. 2025. Enhancing meat quality and nutritional value in monogastric livestock using sustainable novel feed ingredients. Foods 14 (2), 146.


