Ketika kita membicarakan pertanian atau peternakan, biasanya yang terlintas di pikiran adalah padi, sayuran, sapi, kambing, atau ayam. Jarang sekali orang berpikir tentang burung liar yang beterbangan di sekitar ladang. Padahal, burung-burung itu memegang peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem di lahan pertanian.
Sebuah penelitian terbaru di Australia mencoba mengukur bagaimana keanekaragaman burung bisa dijadikan “alat ukur kesehatan ekosistem” di tingkat lahan pertanian. Hasilnya menarik: semakin beragam jenis burung di suatu lahan, semakin sehat pula kondisi ekosistem di sana.

Dalam dunia bisnis, kita mengenal istilah accounting atau akuntansi: mencatat semua transaksi keuangan untuk melihat apakah perusahaan sehat atau tidak. Nah, biodiversity accounting bekerja dengan prinsip yang mirip, tetapi yang dihitung bukan uang, melainkan keanekaragaman hayati di suatu wilayah.
Dengan “pembukuan biodiversitas” ini, petani bisa mengetahui apakah lahan mereka mendukung kehidupan satwa liar, atau justru semakin menurun kualitas lingkungannya.
Baca juga artikel tentang: Silase: Solusi Pakan Ternak Masa Depan untuk Menyongsong Kemandirian Pangan
Mengapa Burung?
Burung dipilih sebagai indikator karena mereka:
- Mudah diamati – tidak seperti mikroorganisme atau serangga, burung bisa dikenali dengan mata dan telinga.
- Peka terhadap perubahan lingkungan – jika habitat rusak, populasi burung tertentu cepat berkurang.
- Mencerminkan ekosistem – jenis burung yang hadir bisa memberi petunjuk apakah suatu area lebih mirip hutan sehat, padang rumput, atau lahan terdegradasi.
Dengan kata lain, burung adalah “cermin hidup” yang menunjukkan bagaimana kondisi ekosistem di lahan pertanian.
Skala Lahan, Bukan Hanya Wilayah Besar
Sebelumnya, banyak penelitian tentang biodiversitas dilakukan pada skala besar, misalnya satu provinsi atau wilayah. Sayangnya, data skala besar sering tidak relevan untuk petani.
Padahal, keputusan yang memengaruhi lingkungan—seperti membuka hutan, menanam tanaman tertentu, atau memasang pagar—terjadi di tingkat lahan pertanian.
Penelitian baru ini mencoba menutup celah itu dengan melakukan survei pada 1.155 lokasi di 50 lahan pertanian yang mencakup area seluas 135.890 hektar di Australia Tenggara.
Apa yang Ditemukan?
Para peneliti mengelompokkan lahan pertanian ke dalam “kondisi ekosistem” berdasarkan vegetasi dan struktur habitat. Kemudian, mereka mencatat jenis burung yang ada di tiap lokasi.
Hasilnya jelas:
- Semakin beragam spesies burung di suatu lokasi, semakin tinggi kualitas ekosistemnya.
- Jenis burung tertentu hanya muncul jika ada vegetasi asli yang terjaga.
- Lahan dengan sedikit variasi burung biasanya menunjukkan kerusakan habitat atau pengelolaan lahan yang terlalu intensif.
Dengan kata lain, burung bisa dijadikan indikator untuk menilai seberapa ramah lingkungan suatu lahan pertanian.
Manfaat Praktis bagi Petani
Lalu, apa gunanya bagi petani atau peternak?
- Alat ukur ramah lingkungan
Dengan data burung, petani bisa menunjukkan kepada konsumen bahwa produk mereka berasal dari lahan yang menjaga keanekaragaman hayati. - Akses pasar premium
Di era global, konsumen mulai peduli pada sustainability. Produk yang berasal dari lahan “ramah burung” bisa memiliki nilai jual lebih tinggi. - Pengelolaan lahan lebih baik
Jika data menunjukkan penurunan jenis burung, petani bisa mengubah praktiknya: misalnya menanam pohon peneduh, menjaga pagar hidup, atau menyediakan semak alami.
Menghubungkan dengan Pasar Global
Salah satu poin penting penelitian ini adalah bahwa akuntansi biodiversitas bisa meningkatkan daya saing petani di pasar internasional.
Bayangkan jika sebuah koperasi susu di Australia bisa menunjukkan bahwa padang rumput tempat sapi mereka merumput dihuni oleh berbagai jenis burung langka. Label “produk ramah biodiversitas” akan menarik bagi konsumen di Eropa atau Jepang yang sangat peduli pada isu lingkungan.
Ini membuka peluang bagi farmers branding: petani bukan hanya produsen makanan, tetapi juga penjaga keanekaragaman hayati.
Tantangan yang Masih Ada
Tentu, ada beberapa tantangan:
- Butuh tenaga terlatih: tidak semua orang bisa mengenali burung dengan akurat.
- Waktu dan biaya survei: mencatat ribuan lokasi jelas membutuhkan sumber daya besar.
- Perubahan jangka panjang: manfaat menjaga biodiversitas mungkin tidak langsung terlihat secara ekonomi.
Namun, dengan teknologi seperti apps identifikasi burung berbasis AI, sebagian tantangan ini bisa diatasi.

Meskipun penelitian dilakukan di Australia, pendekatan ini bisa diterapkan di negara lain, termasuk Indonesia.
Di negeri kita, burung dikenal sangat beragam, dari jalak hingga elang. Jika petani padi di Jawa atau petani kopi di Sumatra mulai menggunakan “akuntansi burung” sebagai indikator kesehatan lahan, manfaatnya bisa ganda:
- Meningkatkan keberlanjutan produksi pangan.
- Melestarikan burung lokal yang kini banyak terancam karena alih fungsi lahan.
Burung bukan sekadar penghias sawah atau hutan. Mereka adalah “akuntan alam” yang mencatat kondisi ekosistem dengan kehadiran atau ketidakhadiran mereka.
Penelitian ini menunjukkan bahwa dengan menghitung keanekaragaman burung di lahan pertanian, kita bisa mengetahui kesehatan ekosistem, memperbaiki praktik pertanian, sekaligus membuka peluang pasar baru.
Jadi, lain kali Anda melihat burung pipit hinggap di sawah, ingatlah: mereka mungkin sedang memberi tahu kita sesuatu tentang masa depan pertanian yang lebih berkelanjutan.
Baca juga artikel tentang: Mengurangi Gas Rumah Kaca dari Sapi: Solusi Mengejutkan dari Ampas Kopi
REFERENSI:
Rainsford, Frederick W dkk. 2025. Biodiversity accounting on farms: Relating diversity of bird assemblages to ecosystem condition. Science of the Total Environment 958, 177974.


