Jika kita berbicara soal peternakan ikan, biasanya yang terbayang adalah kolam besar berisi tilapia atau ikan mas yang siap dipanen. Namun, ada satu aspek penting yang sering terlupakan: benih ikan. Benih ikan adalah bibit atau anakan yang nantinya akan dibesarkan hingga menjadi ikan konsumsi. Dalam dunia akuakultur (budidaya ikan), benih ibarat fondasi. Tanpa benih yang baik, mustahil menghasilkan ikan yang sehat, berkualitas, dan jumlahnya cukup untuk memenuhi kebutuhan pasar.
Di Zambia, sebuah negara di Afrika bagian selatan, produksi benih ikan memegang peranan vital. Negara ini memiliki potensi perikanan yang besar, terutama tilapia (Oreochromis sp.), yang sangat digemari masyarakat. Namun, perjalanan untuk memperkuat sektor produksi benih masih penuh dengan rintangan.
Baca juga artikel tentang: Probiotik dan Herbal, Duo Ajaib Penjaga Kesehatan Ikan Mas
Potret Produksi Benih Ikan di Zambia
Sebuah studi terbaru yang melibatkan 10 provinsi di Zambia mencoba memotret bagaimana sebenarnya kondisi produksi benih ikan di sana. Hasilnya cukup menarik. Ternyata, sebagian besar unit pembenihan ikan (sekitar 78,4%) dimiliki secara pribadi, bukan pemerintah. Selain itu, mayoritas pengelola hatchery (tempat pembenihan ikan) masih tergolong baru, dengan pengalaman hanya sekitar lima tahun (60,8%).
Ikan yang paling banyak diproduksi sebagai benih adalah tilapia, yang memang terkenal mudah dibudidayakan dan punya nilai ekonomi tinggi. Sayangnya, meskipun ada permintaan besar, kualitas dan ketersediaan benih masih menjadi masalah serius.

Tantangan yang Dihadapi Peternak Benih
Ada beberapa hambatan besar yang dihadapi para pembenih ikan di Zambia. Mari kita bahas satu per satu dalam bahasa sederhana:
- Kualitas indukan yang buruk
Indukan yang tidak sehat akan menghasilkan benih yang lemah. Bayangkan jika seorang petani menanam bibit padi yang sudah rusak, tentu hasil panennya pun akan mengecewakan. Hal yang sama terjadi pada pembenihan ikan. - Kurangnya investasi dan modal
Membuat dan mengelola hatchery membutuhkan biaya besar: kolam, pakan, tenaga kerja, hingga sistem pengelolaan air. Banyak pembenih ikan di Zambia kesulitan menyediakan modal yang cukup, sehingga operasional mereka terbatas. - Tenaga ahli terbatas
Produksi benih bukan sekadar memberi makan ikan. Ada teknik khusus, mulai dari pemijahan, penetasan telur, hingga perawatan larva. Sayangnya, jumlah tenaga kerja terlatih di Zambia masih minim. - Pakan dan input yang mahal
Harga pakan yang tinggi membuat biaya produksi ikut melonjak. Selain itu, kualitas pakan kadang tidak sesuai standar, yang akhirnya memengaruhi pertumbuhan benih. - Manajemen stres ikan
Benih ikan sangat rentan stres akibat perubahan suhu, kualitas air, atau penanganan yang kasar. Stres ini bisa menurunkan daya tahan tubuh ikan dan meningkatkan angka kematian. - Pengetahuan teknis yang terbatas
Banyak peternak masih menggunakan cara tradisional, tanpa pengetahuan tentang teknologi modern atau praktik terbaik dalam pembenihan ikan.

Peluang yang Bisa Dimanfaatkan
Meski penuh tantangan, bukan berarti masa depan suram. Justru, penelitian ini menyoroti berbagai peluang emas yang bisa digarap.
- Dukungan politik dan pemerintah
Hampir semua responden penelitian sepakat bahwa ada kemauan politik yang kuat dari pemerintah Zambia untuk mendukung sektor akuakultur. Ini bisa diwujudkan dalam bentuk kebijakan, subsidi, atau program pelatihan. - Permintaan pasar yang tinggi
Konsumsi ikan di Zambia terus meningkat, terutama tilapia. Permintaan ini tentu mendorong kebutuhan akan benih yang berkualitas. Dengan kata lain, pasar sudah ada — tinggal bagaimana penyediaan benih bisa mengejar kebutuhan tersebut. - Kondisi iklim yang mendukung
Zambia memiliki iklim yang relatif sesuai untuk budidaya ikan air tawar. Ini menjadi modal alami yang sangat berharga. - Dukungan dari organisasi non-pemerintah (NGO)
Banyak NGO yang bergerak di bidang pembangunan perikanan dan ketahanan pangan. Mereka bisa menjadi mitra penting dalam memberikan bantuan teknis, pendanaan, maupun infrastruktur. - Akses terhadap lahan
Di beberapa daerah, lahan untuk pengembangan akuakultur masih cukup luas dan tersedia. Hal ini membuka peluang untuk memperluas usaha hatchery.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Agar produksi benih ikan di Zambia semakin maju, beberapa langkah strategis dapat ditempuh:
- Perbaikan kualitas indukan
Pemerintah dan pihak swasta perlu memastikan adanya program pemuliaan indukan unggul, sehingga benih yang dihasilkan sehat dan produktif. - Peningkatan pelatihan teknis
Pelatihan untuk peternak benih harus diperluas, agar mereka menguasai teknologi modern dalam pemijahan, penetasan, dan perawatan larva ikan. - Investasi dan subsidi
Dukungan berupa modal usaha, keringanan pajak, atau subsidi pakan dapat meringankan beban peternak kecil. - Kolaborasi dengan universitas dan pusat riset
Penelitian lokal dapat membantu menemukan solusi spesifik sesuai kondisi Zambia, misalnya pakan lokal yang lebih murah atau sistem hatchery yang efisien. - Monitoring dan pengawasan
Sistem pemantauan kualitas hatchery perlu diperkuat, agar standar produksi benih bisa terjaga.
Produksi benih ikan adalah tulang punggung budidaya perikanan. Di Zambia, meskipun masih banyak tantangan seperti kualitas indukan yang buruk, keterbatasan modal, hingga minimnya tenaga ahli, peluang besar tetap terbuka. Permintaan pasar yang tinggi, dukungan pemerintah, kondisi iklim yang mendukung, dan bantuan NGO menjadi modal penting untuk melangkah ke depan.
Jika tantangan-tantangan tersebut bisa diatasi dengan langkah nyata, maka Zambia tidak hanya bisa memenuhi kebutuhan ikan untuk masyarakatnya, tetapi juga berpeluang menjadi salah satu pusat produksi benih ikan yang penting di kawasan Afrika. Pada akhirnya, keberhasilan sektor ini akan berkontribusi besar terhadap ketahanan pangan, penciptaan lapangan kerja, dan pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Baca juga artikel tentang: Kebun di Kubah Bulan: Mimpi Peternakan dan Pertanian Antarplanet
REFERENSI:
Hasimuna, Oliver J dkk. 2025. The status, challenges, and potential opportunities of fish seed production in Zambia. Aquaculture International 33 (6), 399.


