Ketika kita membeli ikan segar di pasar atau menyantap hidangan ikan di meja makan, mungkin kita tidak pernah berpikir bahwa ada masalah kesehatan serius yang tersembunyi di balik kolam tempat ikan itu dibudidayakan. Namun, sebuah penelitian terbaru dari Nigeria mengungkapkan kenyataan yang perlu kita cermati: penggunaan antibiotik secara sembarangan dalam budidaya ikan bisa menjadi ancaman besar bagi keamanan pangan dan kesehatan manusia.
Dalam dunia akuakultur atau budidaya ikan, antibiotik sering digunakan untuk mengatasi penyakit yang menyerang ikan, seperti infeksi bakteri atau jamur. Penyakit-penyakit ini memang menjadi masalah serius karena bisa menyebabkan kematian massal dan kerugian ekonomi besar bagi peternak.
Namun, antibiotik tidak hanya dipakai untuk mengobati penyakit. Penelitian di Nigeria menunjukkan bahwa sebagian peternak menggunakan antibiotik untuk mempercepat pertumbuhan ikan atau bahkan mencegah penyakit sebelum ada tanda-tandanya. Praktik ini dikenal sebagai growth promotion dan prophylactic use.
Masalahnya, penggunaan antibiotik tanpa aturan yang jelas dapat memunculkan ancaman baru: antimicrobial resistance (AMR) atau resistensi antimikroba.
Baca juga artikel tentang: Airborne Transmission: Puzzle Baru Penyebaran Flu Burung di Peternakan
Apa Itu Resistensi Antimikroba?
Resistensi antimikroba adalah kondisi ketika bakteri, jamur, atau mikroba lain tidak lagi mempan terhadap obat-obatan yang biasanya dipakai untuk membunuh atau mengendalikannya. Jika bakteri sudah resisten, maka penyakit yang ditimbulkannya akan semakin sulit diobati.
Bayangkan jika bakteri yang hidup di kolam ikan terbiasa terpapar antibiotik. Lama-kelamaan, bakteri ini bisa “beradaptasi” dan menjadi kebal. Saat manusia mengonsumsi ikan yang terkontaminasi, risiko penyebaran bakteri resisten ke tubuh manusia pun meningkat.
Fenomena ini tidak hanya membahayakan peternak dan konsumen lokal, tetapi juga bisa menjadi ancaman global. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebut resistensi antimikroba sebagai salah satu ancaman kesehatan paling serius di abad ini.
Temuan Penting dari Nigeria
Penelitian yang dilakukan antara Januari 2022 hingga Desember 2023 di Orlu Senatorial Zone, Negara Bagian Imo, Nigeria, melibatkan 120 peternak ikan. Hasilnya cukup mengejutkan:
- 93,3% peternak melaporkan adanya wabah penyakit pada ikan, terutama penyakit jamur (85%).
- 86,7% peternak tidak tahu berapa banyak antibiotik yang mereka gunakan. Artinya, obat diberikan tanpa dosis yang jelas.
- 50% peternak menggunakan antibiotik untuk mempercepat pertumbuhan ikan.
- 36,7% memakainya secara rutin meskipun tidak ada tanda penyakit.
- Dari berbagai jenis antibiotik, yang paling sering digunakan adalah tetracycline (66,7%), meskipun banyak peternak tidak tahu spesies targetnya.
Selain itu, 57,5% peternak tidak mengikuti resep dokter hewan dan hanya membeli obat berdasarkan pengalaman atau rekomendasi sesama peternak.
Hal ini memperlihatkan bahwa sebagian besar praktik penggunaan antibiotik di sektor perikanan Nigeria dilakukan tanpa pengawasan yang tepat.
Dampak terhadap Keamanan Pangan
Ikan yang dipelihara dengan cara seperti ini berisiko mengandung residu antibiotik. Jika ikan dengan residu tersebut sampai dikonsumsi manusia, maka ada kemungkinan bakteri resisten ikut masuk ke dalam tubuh. Akibatnya, penyakit yang seharusnya bisa diatasi dengan antibiotik biasa menjadi lebih sulit disembuhkan.
Selain itu, residu antibiotik dalam makanan juga bisa menimbulkan efek samping lain, seperti reaksi alergi atau gangguan kesehatan jangka panjang.
Mengapa Masalah Ini Terjadi?
Ada beberapa faktor yang membuat penggunaan antibiotik di akuakultur Nigeria begitu tidak terkendali:
- Kurangnya edukasi: Banyak peternak tidak memiliki pelatihan formal tentang cara menggunakan antibiotik dengan benar.
- Minimnya tenaga ahli: Dokter hewan perikanan jumlahnya masih sangat terbatas, sehingga peternak sulit mendapatkan panduan medis.
- Tidak ada regulasi ketat: Pengawasan dari pemerintah terhadap penjualan dan distribusi antibiotik masih lemah.
- Tekanan ekonomi: Peternak lebih memilih cara cepat untuk mencegah kerugian besar akibat penyakit ikan.
Jalan Keluar: Apa yang Bisa Dilakukan?
Penelitian ini menekankan pentingnya langkah-langkah berikut:
- Meningkatkan pendidikan bagi peternak: Pelatihan mengenai manajemen kesehatan ikan, cara mencegah penyakit tanpa antibiotik, dan penggunaan obat secara bijak.
- Memperkuat regulasi: Pemerintah perlu membuat aturan yang jelas mengenai penjualan dan penggunaan antibiotik di sektor perikanan.
- Pengawasan ketat: Program pemantauan rutin harus dilakukan untuk mengetahui pola penggunaan obat dan mencegah penyalahgunaan.
- Mendorong alternatif alami: Penggunaan vaksin, probiotik, atau pakan berkualitas tinggi dapat menjadi solusi untuk mengurangi ketergantungan pada antibiotik.
- Investasi di bidang kesehatan hewan air: Dibutuhkan lebih banyak dokter hewan dan tenaga ahli yang fokus pada akuakultur.

Masalah ini mungkin terdengar jauh karena penelitian dilakukan di Nigeria. Namun, dalam dunia pangan global yang saling terhubung, ancaman AMR tidak mengenal batas negara. Ikan atau produk olahan ikan dari satu negara bisa dengan mudah masuk ke pasar negara lain.
Selain itu, isu ini juga menjadi pelajaran penting bagi negara-negara lain, termasuk Indonesia, yang sedang gencar mengembangkan sektor akuakultur.
Jika penggunaan antibiotik tidak diawasi dengan baik, maka risiko yang sama bisa terjadi di mana saja: ikan tercemar, konsumen terancam, dan kesehatan masyarakat terganggu.
Budidaya ikan adalah salah satu cara penting untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia yang terus meningkat. Namun, praktik yang tidak tepat, terutama dalam penggunaan antibiotik, bisa menimbulkan ancaman besar bagi kesehatan manusia dan keberlanjutan industri itu sendiri.
Penelitian di Nigeria memberi peringatan keras: antibiotik bukan solusi instan untuk semua masalah di kolam ikan. Jika tidak digunakan dengan bijak, obat ini bisa menjadi bumerang yang merugikan semua pihak.
Solusi terbaik adalah mengedepankan pencegahan penyakit, edukasi peternak, serta regulasi ketat. Dengan begitu, kita bisa memastikan bahwa ikan yang sampai ke meja makan tidak hanya segar dan bergizi, tetapi juga aman bagi kesehatan.
Baca juga artikel tentang: Probiotik dan Herbal, Duo Ajaib Penjaga Kesehatan Ikan Mas
REFERENSI:
Agbabiaka, Lukman Adegoke dkk. 2025. Threat to fish food safety in Nigeria: role of antimicrobial usage and resistance in aquaculture. Aquaculture Reports 40, 102643.


