Antara Jaring Salmon dan Risiko Kecelakaan: Cerita dari Laut Norwegia

Jika berbicara tentang salmon, banyak orang langsung membayangkan daging ikan berwarna oranye cerah yang sering tersaji di sushi, steak, atau salad. Salah satu negara penghasil terbesar di dunia adalah Norwegia, dengan industri budidaya salmon (salmon farming) yang telah berkembang pesat selama beberapa dekade terakhir.

Norwegia menjadi pionir dalam mengubah lautan luasnya menjadi ladang ikan modern. Dengan teknologi canggih, jaring raksasa, dan sistem distribusi global, salmon Norwegia kini diekspor ke berbagai belahan dunia. Namun, di balik kesuksesan tersebut, ada sisi lain yang jarang dibicarakan: keselamatan para pekerja, terutama kontraktor yang sehari-hari berhadapan langsung dengan laut, mesin, dan tekanan kerja tinggi.

Dalam industri budidaya ikan modern, pekerja tidak hanya berasal dari karyawan tetap perusahaan, tetapi juga kontraktor. Kontraktor adalah tenaga kerja yang direkrut untuk tugas-tugas tertentu, misalnya:

  • mengoperasikan kapal transportasi pakan,
  • memperbaiki jaring raksasa,
  • mengelola mesin pengangkut ikan, atau
  • melakukan perawatan khusus di lokasi tambak laut.

Mereka biasanya tidak bekerja penuh waktu di satu perusahaan, melainkan dipanggil sesuai kebutuhan proyek. Hal ini membuat posisi mereka unik, tetapi juga lebih rentan terhadap risiko dibanding karyawan tetap.

Baca juga artikel tentang: Pakan Bernutrisi tapi Beracun? Fakta Aflatoksin B1 yang Harus Diketahui Peternak

Riset Tentang Keselamatan Kerja

Sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di Journal of Agromedicine (2025) mencoba mengungkap kondisi kerja para kontraktor dalam industri salmon Norwegia. Peneliti menggunakan survei digital dengan responden sebanyak 979 karyawan tetap dan 304 kontraktor dari berbagai perusahaan perikanan.

Tujuan utamanya adalah melihat apakah kontraktor menghadapi tantangan keselamatan yang berbeda dari karyawan tetap, serta bagaimana persepsi mereka terhadap tekanan kerja, risiko kecelakaan, dan peran perusahaan dalam menjaga keselamatan.

Temuan Utama: Risiko Kontraktor Lebih Tinggi

Hasil penelitian menunjukkan beberapa hal menarik:

  1. Kecelakaan dan Nyaris Celaka (Near-Accident)
    • Sebanyak 69,8% kontraktor melaporkan pernah mengalami situasi “nyaris celaka” dalam dua tahun terakhir.
    • Angka ini lebih tinggi dibandingkan karyawan tetap, yaitu 62,5%.
    • Artinya, kontraktor memang berada di posisi yang lebih berisiko dalam pekerjaan sehari-hari.
  2. Tekanan Efisiensi dan Prosedur
    • Kontraktor melaporkan adanya tekanan kerja lebih tinggi untuk menyelesaikan tugas dengan cepat.
    • Sekitar 56% kontraktor merasa bahwa tuntutan efisiensi perusahaan membuat mereka terpaksa mengambil jalan pintas, bahkan melanggar prosedur keselamatan.
  3. Rasa Kurang Diapresiasi
    • Lebih dari separuh kontraktor (55%) merasa pekerjaan mereka sering dipandang sebelah mata oleh perusahaan perikanan.
    • Hal ini berdampak pada motivasi kerja dan kepatuhan terhadap aturan keselamatan.
  4. Kepercayaan pada Perusahaan
    • Meski begitu, sebagian besar kontraktor tetap percaya bahwa perusahaan menempatkan keselamatan sebagai prioritas.
    • Sebanyak 66% kontraktor percaya perusahaan peduli dengan keselamatan, dan 87% yakin mereka berhak menghentikan pekerjaan jika keselamatan terancam.
Grafik ini menunjukkan bahwa mayoritas responden merasa kebingungan dan mengalami konflik dalam penerapan prosedur serta persyaratan keselamatan antara perusahaan sendiri dan perusahaan budidaya ikan, dengan tingkat persetujuan cenderung rendah.

Antara Produksi dan Keselamatan

Industri budidaya salmon sangat bergantung pada target produksi. Permintaan dunia yang tinggi mendorong perusahaan untuk bekerja dengan sistem super efisien. Namun, riset ini menyoroti bahwa ketika efisiensi ditempatkan di atas keselamatan, risiko bagi pekerja meningkat, terutama kontraktor.

Situasi ini bisa dianalogikan seperti sopir truk logistik yang dikejar target waktu. Jika sopir dipaksa ngebut agar barang cepat sampai, maka risiko kecelakaan pun naik. Begitu pula kontraktor di laut: jika mereka ditekan untuk cepat menyelesaikan tugas, prosedur keselamatan kadang terabaikan.

Mengapa Kontraktor Lebih Rentan?

Ada beberapa alasan mengapa kontraktor lebih sering menghadapi risiko:

  • Kurang Familiar dengan Lingkungan Kerja: berbeda dengan karyawan tetap, kontraktor berpindah-pindah lokasi, sehingga butuh waktu adaptasi setiap kali bekerja di tempat baru.
  • Tekanan dari Atasan atau Klien: karena status mereka tidak permanen, kontraktor cenderung merasa harus menunjukkan kinerja tinggi, meskipun harus mengorbankan keselamatan.
  • Komunikasi dan Koordinasi Lemah: kontraktor seringkali tidak mendapatkan informasi penuh tentang standar operasional perusahaan, sehingga rawan salah paham dalam prosedur kerja.

Dampak Jika Dibiarkan

Jika masalah keselamatan kontraktor diabaikan, dampaknya bisa luas:

  1. Bagi pekerja: risiko cedera, kehilangan nyawa, hingga trauma kerja.
  2. Bagi perusahaan: kerugian finansial akibat kecelakaan, reputasi buruk, dan potensi tuntutan hukum.
  3. Bagi industri secara global: konsumen kini makin peduli pada isu keberlanjutan dan etika kerja; kecelakaan yang berulang bisa merusak citra “salmon Norwegia” yang terkenal berkualitas tinggi.

Solusi: Keselamatan Harus Inklusif

Penelitian ini menekankan bahwa keselamatan kerja tidak boleh hanya difokuskan pada karyawan tetap, tetapi juga kontraktor. Beberapa langkah yang bisa dilakukan antara lain:

  • Pelatihan Keselamatan Rutin bagi semua pekerja, termasuk kontraktor.
  • Standarisasi Prosedur agar kontraktor memahami aturan yang sama seperti karyawan tetap.
  • Sistem Pelaporan Transparan untuk setiap insiden atau hampir celaka.
  • Budaya Kerja yang Menghargai Manusia, bukan hanya target produksi.

Menjaga Keseimbangan

Kesimpulan penelitian ini jelas: kontraktor menghadapi tantangan keselamatan yang sama, bahkan lebih berat, dibanding karyawan tetap. Industri budidaya salmon harus menemukan cara menyeimbangkan antara produktivitas tinggi dengan keselamatan pekerja.

Karena pada akhirnya, tanpa tenaga kerja yang sehat dan aman, tidak mungkin salmon Norwegia bisa hadir di meja makan kita dengan kualitas terbaik.

Salmon Norwegia memang jadi ikon keberhasilan akuakultur dunia. Namun, di balik daging lembut yang kita santap, ada cerita pekerja keras yang berjibaku dengan laut dan risiko. Jika industri ingin benar-benar berkelanjutan, keselamatan pekerja baik karyawan tetap maupun kontraktor harus menjadi prioritas utama.

Baca juga artikel tentang: Peternakan Gurita: Antara Ambisi Industri dan Peringatan Ilmuwan

REFERENSI:

Kongsvik, Trond dkk. 2025. Between the Devil and the Deep Blue Sea: work safety for contractors in Norwegian fish farming. Journal of Agromedicine 30 (2), 263-272.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top