Budidaya Ikan 4.0: Menyulap Tantangan Menjadi Peluang dengan Teknologi Digital

Pernahkah Anda membayangkan bagaimana ikan-ikan yang kita konsumsi mulai dari gurami, nila, hingga udang diternakkan? Di balik meja makan kita, ada jutaan petani ikan skala kecil di Indonesia yang setiap hari berjuang memberi makan, merawat, dan memanen hasil kolam mereka. Selama ini, praktik budidaya ikan sangat mengandalkan pengalaman, kebiasaan turun-temurun, dan perkiraan. Namun, kini sebuah perubahan besar sedang terjadi: teknologi digital mulai masuk ke dunia perikanan budidaya.

Sebuah penelitian terbaru yang dimuat di Journal of Rural Studies (2025) berjudul “Digital platforms governing practices: how data objects reconfigure Indonesian fish farming” menunjukkan bagaimana platform digital bisa mengubah cara petani ikan bekerja.

Baca juga artikel tentang: Pakan Bernutrisi tapi Beracun? Fakta Aflatoksin B1 yang Harus Diketahui Peternak

Apa Itu Platform Digital di Budidaya Ikan?

Platform digital dalam konteks ini adalah aplikasi atau sistem daring yang menghubungkan petani ikan dengan berbagai pihak: pemasok pakan, pembeli, bank atau lembaga keuangan, hingga perusahaan teknologi. Melalui platform tersebut, petani bisa memantau kondisi kolam, mencatat jumlah pakan, menghitung pertumbuhan ikan, bahkan mengetahui kapan waktu terbaik untuk panen.

Salah satu contoh yang dibahas dalam penelitian adalah penggunaan mesin pemberi pakan otomatis yang terhubung dengan internet. Mesin ini bisa menghitung berapa banyak pakan yang masuk ke kolam dan berapa yang dikonsumsi ikan. Data itu lalu dikirim ke platform digital, diolah, dan disajikan kembali kepada petani dalam bentuk informasi sederhana seperti rasio konversi pakan (feed conversion ratio atau FCR).

Mengapa Feed Conversion Ratio (FCR) Penting?

FCR adalah ukuran yang membandingkan jumlah pakan yang diberikan dengan pertambahan berat ikan. Semakin kecil angkanya, semakin efisien ikan memanfaatkan pakan. Misalnya, jika FCR = 1,2 artinya 1,2 kg pakan menghasilkan 1 kg pertambahan bobot ikan.

Angka ini menjadi sangat penting karena biaya pakan bisa mencapai 60–70% dari total ongkos produksi budidaya. Dengan kata lain, sedikit saja perbaikan pada FCR bisa berarti keuntungan besar bagi petani.

Platform digital membantu petani memantau FCR secara real-time. Data ini kemudian bukan hanya memengaruhi cara memberi pakan, tetapi juga membuka akses lain:

  • Pembelian input: Petani bisa menyesuaikan kebutuhan pakan lebih akurat.
  • Akses keuangan: Bank lebih percaya memberi pinjaman jika ada data jelas tentang efisiensi budidaya.
  • Penentuan waktu panen: Petani tahu kapan ikan siap dipasarkan.
  • Penjualan hasil: Pembeli lebih yakin karena ada data produksi yang transparan.

Data Sebagai “Penghubung” Baru

Penelitian ini menggunakan kerangka teori praktik sosial untuk menjelaskan bahwa data kini menjadi objek utama yang menghubungkan berbagai aspek budidaya ikan. Jika dulu pengalaman petani atau intuisi menjadi pedoman utama, sekarang angka-angka digital ikut membentuk keputusan.

Melalui wawancara dengan petani ikan, pemasok pakan, pembeli, hingga pengembang aplikasi, peneliti menemukan bahwa proses digitalisasi tidak hanya soal teknologi, tetapi juga soal hubungan sosial. Petani tidak hanya “dipaksa” mengikuti sistem, tetapi juga aktif belajar, menyesuaikan, dan bahkan memengaruhi cara platform bekerja.

Mesin pengumpan otomatis, Indramayu.

Dampak Terhadap Pasar dan Lingkungan

Ketika data dari berbagai kolam petani terkumpul di pusat data platform, informasi itu bisa dipakai untuk mengatur pasar dalam skala yang lebih luas. Misalnya, jika sebuah wilayah menunjukkan FCR yang baik dan produksi tinggi, platform bisa menghubungkan petani dengan pembeli besar atau industri pengolahan ikan.

Di sisi lain, konsolidasi data juga membantu menciptakan pasar yang lebih berkelanjutan. Perusahaan bisa memantau pola produksi, mencegah kelebihan pasokan, dan mengarahkan praktik budidaya yang lebih ramah lingkungan.

Namun, penelitian ini juga mengingatkan bahwa platformisasi bukan tanpa risiko. Ketergantungan pada teknologi bisa membuat petani kecil kehilangan kendali jika data hanya dikuasai perusahaan besar. Oleh karena itu, dibutuhkan kerjasama antara pengguna (petani) dan penyedia platform agar sistem benar-benar berpihak pada keberlanjutan, bukan hanya keuntungan jangka pendek.

Perubahan Peran Petani

Dengan adanya platform digital, peran petani ikan juga ikut berubah. Jika sebelumnya mereka lebih banyak bekerja secara manual dan mengandalkan intuisi, kini mereka dituntut untuk melek data. Petani harus bisa membaca angka, memahami grafik, dan menggunakan informasi itu untuk mengambil keputusan.

Hal ini tentu menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi petani kecil di pedesaan. Namun, penelitian menunjukkan bahwa banyak petani justru merasa terbantu karena aplikasi membuat informasi yang rumit menjadi lebih sederhana dan mudah dipahami.

Menyesuaikan pengaturan pengumpan menggunakan telepon pintar.

Masa Depan Budidaya Ikan di Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara dengan potensi budidaya ikan terbesar di dunia. Dengan garis pantai panjang dan iklim tropis, negeri ini punya semua modal untuk menjadi pemain utama dalam industri perikanan global.

Namun, tantangan juga besar: mulai dari biaya pakan yang tinggi, penyakit ikan, perubahan iklim, hingga keterbatasan akses pasar. Di sinilah platform digital bisa menjadi jembatan. Dengan data yang akurat, petani bisa meningkatkan efisiensi, mengurangi kerugian, dan memperluas pasar.

Lebih jauh lagi, data dari jutaan kolam ikan di seluruh Indonesia bisa memberikan gambaran besar tentang kondisi pangan, membantu pemerintah dalam perencanaan, serta menarik investasi baru di sektor perikanan berkelanjutan.

Penelitian yang dilakukan oleh Sake RL Kruk, Sanneke Kloppenburg, dan Fini Lovita (2025) memberikan gambaran menarik tentang bagaimana teknologi digital mengubah wajah budidaya ikan di Indonesia. Platform digital bukan sekadar alat tambahan, tetapi kini menjadi pengatur praktik baru yang memengaruhi cara petani memberi pakan, berinteraksi dengan pasar, hingga menjaga keberlanjutan lingkungan.

Meski tantangan tetap ada, seperti ketimpangan akses teknologi dan risiko dominasi perusahaan besar, platformisasi juga membuka peluang besar. Jika dimanfaatkan dengan bijak, data bisa menjadi kunci untuk menjadikan budidaya ikan Indonesia lebih efisien, berkelanjutan, dan menguntungkan bagi petani kecil.

Dengan kata lain, di balik kolam-kolam ikan sederhana di desa, kini sedang tumbuh sebuah revolusi digital yang mungkin akan menentukan masa depan pangan kita semua.

Baca juga artikel tentang: Peternakan Gurita: Antara Ambisi Industri dan Peringatan Ilmuwan

REFERENSI:

Kruk, Sake RL dkk. 2025. Digital platforms governing practices: how data objects reconfigure Indonesian fish farming. Journal of Rural Studies 119, 103764.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top