Dalam dunia peternakan ayam modern, ada satu pertanyaan besar yang sering muncul: bagaimana caranya ayam bisa tumbuh cepat dengan pakan yang lebih sedikit? Pertanyaan ini bukan hanya soal ingin ayam gemuk lebih cepat, tapi juga berkaitan langsung dengan biaya produksi, keberlanjutan, dan bahkan dampak lingkungan.
Penelitian terbaru yang dimuat dalam Poultry Science tahun 2025 memberikan jawaban menarik. Ternyata, kunci efisiensi pakan pada ayam tidak hanya soal jenis pakan yang diberikan, tetapi juga kombinasi antara faktor genetik (keturunan) dan cara tubuh mengelola lemak.
Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global
Apa Itu Efisiensi Pakan?
Bayangkan ada dua ekor ayam yang diberi jumlah pakan sama. Setelah beberapa minggu, ayam pertama tumbuh lebih besar, sementara ayam kedua hanya bertambah sedikit bobotnya. Nah, ayam pertama disebut lebih efisien dalam memanfaatkan pakan.
Dalam ilmu peternakan, hal ini disebut dengan istilah Residual Feed Intake (RFI). RFI adalah ukuran seberapa baik seekor ayam menggunakan makanannya untuk tumbuh, bukan hanya seberapa banyak ia makan. Ayam dengan RFI rendah berarti bisa tumbuh lebih baik dengan jumlah pakan yang sama, sehingga lebih hemat biaya bagi peternak.
Peran Gen dalam Efisiensi Pakan
Penelitian ini melibatkan sekitar 60 ekor ayam broiler (ayam pedaging) yang dipilih dari garis keturunan dengan efisiensi pakan rendah dan tinggi. Dengan teknologi canggih, para ilmuwan mempelajari genom (informasi genetik), transkriptom hati (aktivitas gen di organ hati), hingga metabolom (kumpulan metabolit di tubuh ayam).
Hasilnya mengejutkan: ayam dengan efisiensi pakan rendah (low RFI) dan tinggi (high RFI) ternyata punya perbedaan signifikan di level genetik. Gen-gen yang mengatur pengolahan lemak dan energi bekerja dengan cara yang berbeda pada kedua kelompok ayam tersebut.
Dengan kata lain, bukan hanya pakan yang menentukan efisiensi, tetapi juga “resep bawaan tubuh” dari ayam itu sendiri.

Lalu apa hubungannya lemak dengan pakan?
Ayam yang memiliki efisiensi pakan rendah ternyata menyimpan lebih sedikit lemak di hati. Ini berhubungan dengan proses metabolisme asam lemak (fatty acid metabolism) yang lebih aktif. Selain itu, mereka juga cenderung menggunakan kolesterol lebih cepat untuk proses metabolisme tubuh.
Di sisi lain, analisis lipid (lemak tubuh) menunjukkan bahwa jenis molekul lemak tertentu, seperti glycerophospholipids dan sphingolipids lebih banyak ditemukan pada ayam dengan efisiensi rendah. Molekul ini punya peran penting dalam menjaga kesehatan sel dan fungsi metabolisme.
Efisiensi Tinggi vs. Kesehatan Tubuh
Namun ada catatan penting: ayam dengan efisiensi tinggi tidak selalu unggul dalam segala hal.
Ayam dengan RFI rendah memang lebih hemat pakan, tetapi mereka juga menunjukkan tanda-tanda peningkatan stres oksidatif. Artinya, tubuh mereka lebih rentan mengalami kerusakan sel akibat “radikal bebas” (zat sisa dari proses metabolisme).
Hal ini mengingatkan kita bahwa meningkatkan efisiensi pakan bukan sekadar soal membuat ayam lebih cepat besar, tetapi juga harus memastikan kesehatannya tetap baik.
Arah Baru dalam Pemuliaan Ayam
Temuan ini membuka peluang besar bagi dunia peternakan. Dengan mengetahui gen dan jalur metabolisme mana yang berhubungan dengan efisiensi pakan, para ahli bisa melakukan program pemuliaan (breeding) yang lebih terarah.
Misalnya, memilih induk ayam dengan gen tertentu yang sudah terbukti mampu mengelola lemak dengan lebih baik. Hasilnya? Ayam generasi berikutnya bisa tumbuh lebih cepat, makan lebih efisien, dan tentu saja biaya produksi lebih murah.
Selain itu, efisiensi pakan yang lebih baik berarti dampak lingkungan lebih kecil. Mengapa? Karena pakan adalah komponen terbesar dalam industri peternakan unggas. Jika ayam bisa tumbuh dengan pakan lebih sedikit, maka kebutuhan bahan baku seperti jagung dan kedelai juga berkurang. Ini bisa mengurangi deforestasi dan jejak karbon dari sektor peternakan.

Bagi peternak kecil maupun besar, efisiensi pakan adalah masalah sehari-hari. Biaya pakan bisa mencapai 70% dari total biaya produksi ayam. Jadi, jika ada cara untuk membuat ayam lebih efisien, otomatis margin keuntungan bisa meningkat.
Namun tentu saja, penerapan hasil riset ini tidak instan. Dibutuhkan kerja sama antara peneliti, perusahaan pembibit ayam, dan industri pakan untuk benar-benar menghadirkan ayam-ayam yang efisien sekaligus sehat.
Tantangan ke Depan
Walaupun hasilnya menjanjikan, penelitian ini juga menyoroti beberapa tantangan:
- Keseimbangan antara efisiensi dan kesehatan – Jangan sampai mengejar ayam yang efisien tetapi rentan sakit.
- Variasi genetik – Tidak semua ayam punya potensi sama, jadi perlu waktu untuk menyaring gen-gen terbaik.
- Lingkungan pemeliharaan – Gen bagus saja tidak cukup. Lingkungan kandang, kualitas pakan, dan manajemen pemeliharaan tetap berperan besar.
Penelitian tentang hubungan genetik dan metabolisme lemak ini memberi gambaran jelas bahwa efisiensi pakan bukan hanya urusan jumlah jagung yang ditabur ke tempat makan ayam. Di baliknya, ada kerja rumit gen, metabolisme, dan interaksi biologis yang saling terkait.
Dengan pemahaman yang semakin mendalam, kita bisa berharap hadirnya ayam-ayam “super hemat pakan” di masa depan. Ayam yang bukan hanya menguntungkan peternak, tetapi juga lebih ramah lingkungan dan tetap sehat.
Bagi kita sebagai konsumen, mungkin perubahan ini tidak langsung terasa. Tapi bayangkan: harga daging ayam yang lebih stabil, produksi yang lebih ramah lingkungan, dan industri peternakan yang lebih berkelanjutan. Semua itu bisa dimulai dari satu hal kecil, cara tubuh ayam mengolah lemaknya.
Baca juga artikel tentang: Ikan Budidaya Lebih Bersih: Peluang Besar untuk Peternak Ikan Masa Depan
REFERENSI:
Guo, Xiaoli dkk. 2025. Synergy of genetics and lipid metabolism driving feed utilization efficiency in chickens. Poultry Science 104 (3), 104885.


