Membongkar Kebiasaan Antibiotik di Peternakan: Saatnya Berubah Demi Masa Depan

Baik, saya akan menuliskan artikel sains populer sepanjang ±900 kata dengan bahasa yang mudah dipahami orang awam, berdasarkan penelitian tentang penggunaan antimikroba di peternakan Mesir.

Dalam beberapa dekade terakhir, antibiotik menjadi salah satu “senjata rahasia” bagi peternakan modern. Obat ini digunakan bukan hanya untuk mengobati hewan yang sakit, tetapi juga untuk mencegah penyakit dan bahkan mempercepat pertumbuhan ternak. Namun, penelitian terbaru dari Mesir mengingatkan kita bahwa kebiasaan ini bisa membawa konsekuensi besar bagi kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan.

Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global

Mengapa Antibiotik Banyak Dipakai di Peternakan?

Bayangkan sebuah peternakan ayam dengan ribuan ekor ayam dalam satu kandang. Dalam kondisi seperti itu, penyakit bisa menyebar sangat cepat. Antibiotik dianggap sebagai “payung pelindung” agar hewan tetap sehat dan produksi tidak terganggu. Selain itu, di banyak negara berkembang, antibiotik juga dipandang sebagai cara murah untuk meningkatkan pertumbuhan hewan dan efisiensi pakan.

Penelitian yang dilakukan di Mesir menemukan bahwa hampir semua peternakan yang disurvei menggunakan antibiotik. Dari 150 peternakan yang ikut serta, 74% responden mengaku rutin memberikan antibiotik pada hewan mereka. Bahkan, dua pertiga dari mereka tidak hanya memakainya untuk pengobatan, tetapi juga untuk tujuan non-medis seperti pencegahan penyakit dan promosi pertumbuhan.

Antibiotik yang Paling Sering Dipakai

Hasil survei menunjukkan antibiotik yang paling sering digunakan adalah:

  • Penisilin (81%) – obat klasik yang sudah lama dikenal.
  • Tetrasiklin (78%) – antibiotik serbaguna yang populer di dunia peternakan.
  • Kolistin (72%) – ini yang paling mengkhawatirkan, karena kolistin adalah “obat terakhir” dalam dunia medis manusia.

Kolistin biasanya hanya dipakai untuk mengatasi infeksi bakteri yang sangat kebal, ketika semua antibiotik lain sudah tidak mempan. Penggunaan kolistin secara rutin di peternakan bisa memicu munculnya bakteri super yang resisten, sehingga bila berpindah ke manusia, dokter akan kesulitan mencari obat yang masih bisa bekerja.

Tingkat penggunaan kolistin di peternakan unggas dan sapi di Mesir pada tahun 2018–2019.

Mengapa Ini Jadi Masalah Besar?

Fenomena ini disebut resistensi antimikroba (AMR), yaitu ketika bakteri menjadi kebal terhadap obat-obatan yang biasanya ampuh membunuhnya. Jika resistensi ini terus meningkat, maka penyakit yang dulu mudah disembuhkan bisa kembali mematikan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan menyebut AMR sebagai salah satu ancaman kesehatan global terbesar abad ini.

Dengan kata lain, penggunaan antibiotik sembarangan di peternakan tidak hanya memengaruhi hewan, tapi juga bisa “menyeberang” ke manusia melalui rantai makanan, lingkungan, maupun kontak langsung.

Mengapa Peternak Tetap Menggunakannya?

Penelitian ini juga menyoroti faktor psikologis di balik keputusan peternak. Banyak peternak percaya bahwa antibiotik:

  1. Mengurangi risiko kerugian akibat penyakit yang bisa membunuh hewan dalam jumlah besar.
  2. Meningkatkan pertumbuhan sehingga hewan lebih cepat mencapai bobot panen.
  3. Mengikuti kebiasaan umum – karena semua orang di sekitar mereka melakukan hal yang sama.

Inilah yang disebut subjective norm dalam teori perilaku: peternak cenderung mengikuti apa yang dianggap “normal” di komunitas mereka, meskipun praktik itu belum tentu benar atau aman.

Apa Kata Penelitian di Mesir?

Hasilnya cukup mengejutkan. Walau antibiotik digunakan untuk pencegahan penyakit atau promosi pertumbuhan, ternyata tidak ada peningkatan signifikan pada efisiensi pakan (Feed Conversion Ratio/FCR). Artinya, hewan yang diberi antibiotik tidak otomatis lebih hemat makan atau lebih cepat gemuk.

Dengan kata lain, manfaat yang selama ini diyakini peternak mungkin tidak sebesar yang mereka bayangkan.

Apa Solusi yang Ditawarkan?

Para peneliti menyarankan beberapa langkah penting:

  1. Penyusunan pedoman nasional penggunaan antibiotik di peternakan. Mesir, dan juga banyak negara lain, belum memiliki aturan ketat soal ini.
  2. Pelatihan bagi peternak. Edukasi sangat penting agar mereka memahami risiko penggunaan antibiotik sembarangan.
  3. Pelaporan dan pemantauan. Diperlukan sistem nasional untuk memonitor tren penggunaan antibiotik serta resistensi yang muncul.
  4. Larangan penggunaan obat “obat terakhir” seperti kolistin. Antibiotik ini seharusnya disimpan hanya untuk kasus darurat medis pada manusia.
  5. Mendorong alternatif lain. Misalnya probiotik, vaksin, manajemen kandang yang lebih baik, serta biosekuriti untuk mencegah penyakit tanpa harus bergantung pada antibiotik.

Apa Artinya Bagi Konsumen?

Sebagai konsumen, kita tentu ingin daging, susu, dan telur yang kita konsumsi aman. Bila antibiotik digunakan secara berlebihan di peternakan, sisa obat (residu) bisa masuk ke tubuh kita. Lebih berbahaya lagi, bakteri resisten bisa berpindah ke manusia.

Karena itu, kesadaran kita juga penting. Dengan memilih produk hewani dari peternakan yang mengedepankan prinsip “antibiotic-responsible” atau “antibiotic-free”, kita ikut mendorong industri ke arah yang lebih aman dan berkelanjutan.

Menatap Masa Depan

Masalah resistensi antibiotik memang rumit, karena menyangkut kesehatan hewan, manusia, dan lingkungan secara bersamaan. Inilah yang dikenal dengan konsep One Health – bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan saling terkait erat.

Jika tidak dikendalikan, laporan WHO memperkirakan resistensi antibiotik bisa menyebabkan 10 juta kematian per tahun pada 2050. Itu lebih besar daripada korban kanker saat ini. Karena itu, tindakan kecil di tingkat peternakan sangat berarti bagi masa depan kesehatan dunia.

Penelitian di Mesir memberi gambaran nyata bahwa penggunaan antibiotik di peternakan bukan hanya soal teknis, tetapi juga soal budaya, persepsi, dan kebiasaan. Perubahan tidak bisa terjadi hanya dengan aturan keras, tetapi juga perlu kesadaran, edukasi, dan dukungan dari seluruh pihak, mulai dari pemerintah, peternak, ilmuwan, hingga konsumen.

Antibiotik memang teman yang setia bagi peternakan, tetapi jika disalahgunakan, ia bisa berubah menjadi ancaman besar. Saatnya kita bijak menggunakannya, agar hewan tetap sehat, pangan aman, dan masa depan manusia terlindungi.

Baca juga artikel tentang: Ikan Budidaya Lebih Bersih: Peluang Besar untuk Peternak Ikan Masa Depan

REFERENSI:

ElSayed, Nada dkk. 2025. Antimicrobial use in animal farms in Egypt: rates, patterns, and determinants. Journal of the Egyptian Public Health Association 100 (1), 1.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top