Ketika kita berbicara tentang keamanan pangan, biasanya yang terlintas di benak adalah kebersihan, bakteri berbahaya, atau residu pestisida. Namun, ada satu zat kimia lain yang jarang disorot tapi mulai mendapat perhatian serius dari para ilmuwan: bromida. Senyawa ini bisa ditemukan dalam makanan maupun pakan ternak, dan ternyata menyimpan potensi risiko bagi kesehatan manusia serta hewan.
Artikel terbaru dari EFSA (European Food Safety Authority) membahas secara mendalam mengenai bahaya bromida, bagaimana zat ini masuk ke rantai makanan, serta apa yang perlu dilakukan untuk mengurangi risikonya. Mari kita uraikan dengan bahasa sederhana agar lebih mudah dipahami.
Baca juga artikel tentang: Ikan Budidaya Lebih Bersih: Peluang Besar untuk Peternak Ikan Masa Depan
Apa Itu Bromida dan Dari Mana Asalnya?
Bromida adalah bentuk garam dari unsur bromin, yang dapat muncul secara alami di tanah, air, dan tanaman. Namun, bromida juga bisa berasal dari aktivitas manusia, misalnya dari penggunaan pestisida tertentu atau dari proses industri.
Masalahnya, bromida dapat masuk ke dalam pakan ternak. Hewan yang memakan pakan ini bisa menyerap bromida, dan pada akhirnya, residu bromida dapat berpindah ke produk hewani seperti daging, susu, atau telur yang kemudian dikonsumsi manusia.
Dengan kata lain, jika tidak dikendalikan, bromida bisa menyebar ke seluruh rantai makanan.

Mengapa Bromida Berbahaya?
Efek utama bromida yang menjadi perhatian ilmuwan adalah pada kelenjar tiroid dan sistem saraf pusat. Tiroid adalah kelenjar penting yang mengatur metabolisme tubuh melalui hormon-hormon seperti tiroksin (T4).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa paparan bromida dapat menyebabkan:
- Penurunan kadar hormon tiroid dalam darah.
- Gangguan perkembangan otak (neurodevelopmental toxicity), terutama jika paparan terjadi pada janin atau anak muda.
- Gangguan fungsi saraf, yang dalam jangka panjang bisa memengaruhi kesehatan secara umum.
Pada hewan percobaan, misalnya tikus, ditemukan bahwa kadar bromida tertentu bisa menurunkan hormon tiroid secara signifikan. Dari penelitian inilah para ilmuwan membuat perkiraan batas aman konsumsi bromida bagi manusia.
Batas Aman Konsumsi Bromida
EFSA menetapkan Tolerable Daily Intake (TDI) dan Acute Reference Dose (ARfD) untuk bromida sebesar 0,4 mg per kilogram berat badan per hari.
Apa artinya?
- Jika berat badan seseorang 60 kg, maka batas aman konsumsi bromida harian adalah sekitar 24 mg.
- Melebihi angka ini dalam jangka panjang bisa meningkatkan risiko gangguan tiroid atau sistem saraf.
Namun, masalahnya adalah beberapa data pemantauan menunjukkan bahwa residu bromida di makanan tertentu di Eropa melebihi batas ini. Meski frekuensinya rendah, hal ini cukup untuk menimbulkan kekhawatiran.
Bagaimana dengan Hewan Ternak?
Sayangnya, data tentang dampak bromida pada hewan masih terbatas. EFSA menyebutkan bahwa bukti ilmiah mengenai toksisitas bromida pada hewan produksi, seperti sapi, ayam, atau ikan, masih belum memadai.
Yang diketahui saat ini:
- Bromida dapat berpindah dari pakan ke tubuh hewan.
- Dari tubuh hewan, bromida bisa sampai ke produk hewani (daging, susu, telur).
- Tetapi tingkat transfernya (berapa banyak yang benar-benar berpindah) belum bisa dipastikan.
Inilah alasan mengapa peneliti menekankan pentingnya penelitian lebih lanjut. Tanpa data lengkap, sulit untuk menentukan seberapa besar ancaman bromida terhadap kesehatan hewan dan produktivitas ternak.
Risiko Bagi Konsumen
Meskipun penelitian masih berlangsung, konsumen tetap harus waspada. Beberapa risiko potensial dari konsumsi bromida berlebih antara lain:
- Gangguan Hormon Tiroid – bisa memicu kelelahan, penambahan berat badan, atau gangguan metabolisme.
- Risiko Perkembangan Otak – khususnya pada anak-anak dan janin, karena hormon tiroid penting untuk perkembangan otak.
- Gangguan Saraf – seperti perubahan fungsi otak atau perilaku akibat paparan jangka panjang.
Hal ini tentu membuat pengawasan terhadap residu bromida dalam makanan menjadi sangat penting.
Tantangan dalam Pengawasan
Salah satu masalah besar adalah kurangnya data lengkap. Beberapa komoditas pangan menunjukkan residu bromida melebihi batas aman, tetapi data mengenai seberapa sering hal ini terjadi dan dari mana asalnya masih terbatas.
Selain itu, untuk hewan ternak, hampir tidak ada data memadai tentang dampak bromida terhadap produktivitas, kesehatan reproduksi, atau kualitas produk ternak.
Karena itu, EFSA merekomendasikan:
- Pemantauan yang lebih ketat terhadap residu bromida di makanan dan pakan.
- Penelitian lanjutan mengenai efek bromida pada hewan ternak.
- Evaluasi ulang batas aman jika diperlukan, dengan mempertimbangkan data terbaru.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Untuk sementara waktu, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk meminimalkan risiko:
- Bagi Peternak – Memastikan pakan berasal dari sumber yang terpercaya, serta memantau regulasi terkait penggunaan bahan tambahan atau pestisida yang berpotensi menghasilkan bromida.
- Bagi Konsumen – Mengonsumsi makanan secara beragam, sehingga risiko akumulasi zat berbahaya dari satu sumber bisa dikurangi.
- Bagi Pemerintah dan Peneliti – Meningkatkan sistem monitoring residu bromida, sekaligus mendanai penelitian mengenai dampaknya pada hewan ternak dan manusia.
Bromida mungkin bukan istilah yang sering kita dengar dalam percakapan sehari-hari, tetapi senyawa ini bisa memiliki dampak besar terhadap kesehatan manusia dan hewan jika tidak diawasi dengan baik.
Penelitian terbaru dari EFSA menegaskan pentingnya pengawasan residu bromida di makanan dan pakan, terutama karena zat ini dapat memengaruhi fungsi tiroid dan sistem saraf. Walaupun data tentang hewan masih terbatas, kewaspadaan sejak dini bisa membantu mencegah masalah yang lebih besar di masa depan.
Keamanan pangan bukan hanya soal menghindari bakteri atau virus, tetapi juga tentang memahami dan mengendalikan zat-zat kimia yang tersembunyi di balik makanan sehari-hari. Bromida adalah salah satu contohnya – kecil, tak terlihat, tapi berpotensi besar memengaruhi kesehatan kita dan hewan ternak yang kita pelihara.
Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global
REFERENSI:
Committee, EFSA Scientific dkk. 2025. Risks to human and animal health from the presence of bromide in food and feed. EFSA Journal 23 (1), e9121.


