Silase Honeysuckle: Inovasi Hijau untuk Pakan Ruminansia

Di banyak negara, tanaman honeysuckle (sejenis tanaman merambat berbunga wangi) sering ditanam untuk tujuan pengobatan tradisional maupun hiasan. Namun, setelah dipanen, bagian-bagian sisa seperti daun, batang, dan sulur sering kali hanya dianggap limbah. Sayangnya, limbah ini biasanya dibakar atau dibiarkan membusuk, yang justru menimbulkan polusi udara dan lingkungan. Padahal, penelitian menunjukkan bahwa sisa tanaman honeysuckle mengandung senyawa bioaktif penting, yaitu zat alami yang bisa menyehatkan tubuh, baik manusia maupun hewan.

Peternakan modern masih sangat bergantung pada pakan tradisional, terutama biji-bijian seperti jagung dan kedelai. Selain itu, untuk menjaga kesehatan hewan, antibiotik sering ditambahkan ke dalam pakan. Praktik ini memang membantu mencegah penyakit dan mempercepat pertumbuhan, tetapi ada efek samping serius: munculnya resistensi antibiotik. Jika bakteri menjadi kebal, maka bukan hanya hewan ternak yang terancam, melainkan juga manusia yang mengonsumsi produk ternak tersebut.

Di sinilah muncul kebutuhan besar untuk mencari bahan pakan alternatif yang:

  1. Sehat dan bergizi untuk hewan
  2. Tidak menambah beban lingkungan
  3. Bisa menggantikan peran antibiotik

Baca juga artikel tentang: Produktivitas Tinggi Ikan Red Devil: Ancaman atau Sumber Baru untuk Peternak?

Solusi: Fermentasi Jerami Honeysuckle

Sebuah penelitian terbaru menemukan cara menarik untuk memanfaatkan limbah honeysuckle, yakni dengan ensilase. Ensilase adalah proses pengawetan pakan hijauan melalui fermentasi dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen). Proses ini biasa digunakan untuk membuat silase dari jagung atau rumput gajah. Nah, kali ini para peneliti mencoba membuat silase dari limbah honeysuckle dengan bantuan bakteri asam laktat (Lactic Acid Bacteria atau LAB).

Jenis bakteri yang digunakan antara lain:

  • Pediococcus pentosaceus
  • Lentilactobacillus buchneri

Kedua bakteri ini terkenal mampu meningkatkan kualitas silase sekaligus menekan pertumbuhan bakteri jahat.

Apa yang Terjadi Selama Fermentasi?

Setelah difermentasi selama 14 hari, para peneliti menemukan beberapa hal menarik:

  1. Protein meningkat drastis
    Kandungan protein kasar naik hingga 28%, sehingga pakan menjadi lebih bergizi. Protein sangat penting untuk pertumbuhan otot, produksi susu, dan kesehatan umum hewan.
  2. Serat kasar menurun
    Kandungan serat sulit cerna turun sekitar 10%, membuat pakan lebih mudah dicerna oleh ternak ruminansia (seperti sapi, kambing, dan domba).
  3. Senyawa bioaktif tetap terjaga
    Fermentasi mampu mempertahankan hingga 45% senyawa klorogenat, 99% rutin, serta luteolin dan luteosida. Senyawa-senyawa ini memiliki sifat antioksidan dan antiinflamasi, yang membantu meningkatkan daya tahan tubuh hewan.
  4. Asam laktat meningkat
    Terbentuknya asam laktat menurunkan pH silase (dari 5,6 menjadi 3,4). Lingkungan yang lebih asam ini membuat bakteri jahat sulit berkembang, sehingga pakan lebih aman.
  5. Lignin berkurang
    Kadar lignin, yaitu zat keras penyusun dinding sel tanaman, berkurang signifikan. Ini berarti pakan lebih mudah diurai oleh mikroba di dalam rumen hewan.

Mengapa Penting Bagi Peternak?

Temuan ini punya arti besar bagi dunia peternakan:

  • Pakan lebih bergizi: protein tinggi, serat lebih mudah dicerna.
  • Kesehatan hewan meningkat: senyawa bioaktif bisa melawan stres oksidatif dan peradangan.
  • Lebih ramah lingkungan: mengurangi limbah honeysuckle yang biasanya terbuang sia-sia.
  • Kurangi ketergantungan antibiotik: sifat antibakteri alami dari senyawa bioaktif membantu melindungi hewan tanpa perlu obat kimia.

Dampak Ekonomi dan Lingkungan

Bayangkan, setiap tahun ribuan ton limbah honeysuckle hanya berakhir sebagai sampah. Jika bisa diolah menjadi silase, petani dan peternak mendapat keuntungan ganda:

  1. Petani tanaman obat bisa menjual limbah mereka, bukan hanya bunga atau bagian utama.
  2. Peternak mendapatkan pakan murah tapi bergizi tinggi.
  3. Lingkungan lebih bersih karena polusi berkurang dan limbah dimanfaatkan.

Selain itu, silase honeysuckle berpotensi menjadi komoditas baru dalam industri pakan. Ini membuka peluang usaha dan lapangan kerja baru di pedesaan.

Plot korelasi Spearman yang menghubungkan karakteristik fermentasi, komposisi kimia, dan senyawa bioaktif pada silase honeysuckle, dengan beberapa hubungan signifikan (P < 0,05) antara asam organik, nutrien, dan metabolit bioaktif.

Penelitian juga menunjukkan bahwa 14 hari adalah waktu optimal. Pada titik ini, kandungan protein dan senyawa bioaktif berada di level tertinggi, sementara serat dan lignin berkurang cukup banyak. Jika dibiarkan lebih lama (30–60 hari), kualitas silase justru menurun karena beberapa zat bioaktif terdegradasi.

Jalan ke Depan: Pakan Masa Depan yang Berkelanjutan

Hasil penelitian ini memberi harapan bahwa kita bisa beralih dari praktik lama yang boros dan berisiko ke arah peternakan berkelanjutan. Honeysuckle silase bisa jadi salah satu contoh bagaimana ilmu pengetahuan mampu mengubah limbah menjadi sumber daya.

Namun, masih ada tantangan. Perlu penelitian lebih lanjut untuk:

  • Menguji efek jangka panjang konsumsi silase honeysuckle pada produksi susu, daging, dan kesehatan hewan.
  • Menentukan dosis optimal dalam ransum pakan harian.
  • Mengembangkan teknologi skala industri agar bisa diaplikasikan luas di peternakan.

Jerami honeysuckle yang dulu dianggap limbah ternyata bisa berubah menjadi “superfood” untuk ternak lewat proses fermentasi dengan bakteri asam laktat. Selain meningkatkan kandungan protein dan menjaga senyawa bioaktif, silase ini juga bisa membantu mengurangi ketergantungan pada antibiotik, menekan biaya pakan, dan sekaligus menjaga lingkungan.

Dengan kata lain, peternakan masa depan bisa lebih sehat, hemat, dan hijau jika kita berani memanfaatkan inovasi seperti ini. Limbah yang selama ini terbuang percuma, ternyata bisa menjadi kunci menuju pertanian dan peternakan yang berkelanjutan.

Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global

REFERENSI:

Wu, Yanfang dkk. 2025. Fermentation profile and bioactive component retention in honeysuckle residue silages inoculated with lactic acid bacteria: A promising feed additive for sustainable agriculture. Industrial Crops and Products 224, 120315.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top