Seiring bertambahnya jumlah penduduk dunia dan meningkatnya konsumsi produk hewani, kebutuhan akan protein hewani melonjak tajam. Daging ayam, sapi, dan ikan kini menjadi bagian penting dalam pola makan global. Untuk menghasilkan produk-produk tersebut, peternakan membutuhkan pakan ternak dalam jumlah besar.
Di Tiongkok, sebagai salah satu produsen pangan terbesar di dunia, industri pakan ternak tumbuh sangat pesat. Menurut laporan dari Fortune Business Insights, pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) permintaan protein hewani global diproyeksikan mencapai 4,49% antara tahun 2023 hingga 2030. Angka ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan pakan ternak akan terus meningkat seiring naiknya konsumsi daging dan produk hewani.
Namun, pertumbuhan industri ini bukan tanpa masalah. Proses produksi pakan, khususnya yang dilakukan secara besar-besaran, membawa dampak serius terhadap lingkungan, terutama dalam bentuk pencemaran udara dan air.
Baca juga artikel tentang: Produktivitas Tinggi Ikan Red Devil: Ancaman atau Sumber Baru untuk Peternak?
Hubungan Antara Pertanian, Peternakan, dan Industri Pakan
Untuk memahami masalah ini, penting melihat rantai pasok pakan ternak. Industri pakan tidak berdiri sendiri, melainkan terhubung dengan:
- Hulu – yaitu produksi bahan baku pakan, seperti jagung, kedelai, dan sorgum.
- Hilir – yaitu peternakan ayam, sapi, babi, dan ikan yang membutuhkan pakan.
Di Tiongkok, pemisahan spasial (wilayah) antara area penghasil bahan baku dan area peternakan menimbulkan tantangan tersendiri. Misalnya, jagung banyak diproduksi di wilayah utara, sedangkan peternakan unggas dan babi terkonsentrasi di bagian timur dan selatan. Akibatnya, terjadi pergerakan besar-besaran bahan baku maupun pakan jadi antarwilayah.
Pola ini dikenal dengan istilah industrial clustering atau pengelompokan industri. Tujuannya adalah meningkatkan efisiensi produksi, tetapi di sisi lain dapat memunculkan konsentrasi pencemaran di wilayah tertentu.
Dampak Lingkungan dari Industri Pakan
Industri pengolahan pakan di Tiongkok menimbulkan berbagai masalah lingkungan, terutama:
- Pencemaran udara: Proses pengolahan menghasilkan emisi gas, termasuk partikel debu dan gas rumah kaca.
- Pencemaran air: Limbah cair dari pabrik pakan bisa mencemari sungai dan danau jika tidak dikelola dengan baik.
- Degradasi tanah: Penggunaan pupuk kimia secara berlebihan di hulu (pertanian jagung/ kedelai) menurunkan kualitas tanah.
Masalah ini semakin kompleks karena produksi pakan melibatkan jutaan ton bahan baku setiap tahun. Jika tidak dikelola dengan strategi yang tepat, dampaknya bisa meluas hingga lintas wilayah.
Transportasi: Faktor Penting dalam Penyebaran Industri Pakan
Penelitian ini juga menyoroti pentingnya transportasi dalam penyebaran industri pakan.
- Transportasi jalan (truk) sangat mendukung karena mampu melayani pengiriman “door-to-door” (langsung ke lokasi peternakan). Hal ini terbukti meningkatkan aglomerasi (pengelompokan) industri di wilayah tertentu.
- Transportasi kereta api dan sungai cenderung kurang mendukung karena biaya tambahan dan keterbatasan akses. Akibatnya, wilayah yang jauh dari jalur darat utama sering kali tidak berkembang pesat dalam industri pakan.
Dengan kata lain, ketersediaan infrastruktur jalan raya berperan besar dalam menentukan di mana pabrik pakan akan beroperasi.

Dalam dua dekade terakhir, industri pakan di Tiongkok banyak terkonsentrasi di wilayah pesisir timur dan selatan. Hal ini disebabkan oleh tingginya permintaan dari peternakan unggas dan babi di wilayah tersebut.
Namun, konsentrasi industri di wilayah tertentu juga berarti konsentrasi pencemaran. Daerah pesisir menjadi rawan terhadap polusi udara, air, dan penurunan kualitas lingkungan akibat akumulasi aktivitas industri.
Untuk mengatasi masalah ini, para ahli mengusulkan beberapa solusi:
- Penerapan teknologi ramah lingkungan – seperti sistem pengolahan limbah pakan, penggunaan energi terbarukan di pabrik, dan efisiensi proses produksi.
- Penyebaran industri secara lebih merata – agar polusi tidak hanya terkonsentrasi di satu wilayah.
- Penguatan regulasi – pemerintah perlu membuat aturan ketat terkait standar emisi, pembuangan limbah, dan efisiensi energi.
- Inovasi pakan alternatif – penggunaan bahan pakan baru seperti serangga, mikroalga, atau limbah agroindustri bisa mengurangi ketergantungan pada jagung dan kedelai.
Dengan kombinasi strategi ini, industri pakan bisa tetap tumbuh untuk memenuhi kebutuhan global, tetapi dengan dampak lingkungan yang lebih terkendali.
Pentingnya Kolaborasi Lintas Sektor
Industri pakan ternak bukan hanya urusan peternak atau pabrik pakan saja. Ada banyak pihak yang terlibat:
- Petani sebagai pemasok jagung, kedelai, dan bahan baku lain.
- Peternak sebagai pengguna utama pakan.
- Industri transportasi yang menghubungkan hulu dan hilir.
- Pemerintah yang membuat regulasi dan kebijakan lingkungan.
- Masyarakat umum yang pada akhirnya mengonsumsi produk hewani.
Kolaborasi lintas sektor sangat penting agar solusi yang dibuat benar-benar bisa dijalankan. Tanpa dukungan bersama, masalah polusi hanya akan terus berulang.
Menuju Peternakan Berkelanjutan
Industri pakan ternak adalah fondasi penting bagi ketahanan pangan global. Tanpa pakan, tidak ada daging ayam, sapi, atau ikan yang bisa sampai ke meja makan kita. Namun, pertumbuhan industri ini juga membawa konsekuensi lingkungan yang tidak bisa diabaikan.
Dengan strategi yang tepat, mulai dari teknologi ramah lingkungan, diversifikasi bahan baku, regulasi ketat, hingga kolaborasi antar pihak. Industri pakan dapat berkembang lebih berkelanjutan.
Akhirnya, pertanyaan yang perlu kita renungkan adalah: apakah kita siap mendukung sistem pangan yang tidak hanya memenuhi perut, tetapi juga menjaga bumi tetap sehat untuk generasi mendatang?
Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global
REFERENSI:
Zhang, Zhengjia dkk. 2025. Industrial clustering and environmental pollution: Spatial-temporal dynamics and driving factors of China’s feed processing industry. Journal of Cleaner Production 498, 145173.


