Menjinakkan Metana: Peran Aditif dalam Peternakan Modern

Ketika kita membicarakan emisi gas rumah kaca, biasanya yang terlintas adalah asap kendaraan, cerobong pabrik, atau pembakaran hutan. Namun, ada satu sumber yang sering terlupakan: sapi dan hewan ruminansia lain. Saat mencerna rumput dan pakan berserat, hewan-hewan ini menghasilkan gas metana (CH₄) lewat proses fermentasi di dalam perutnya. Gas ini kemudian dilepaskan ke udara, sebagian besar lewat sendawa.

Masalahnya, metana jauh lebih berbahaya dibandingkan karbon dioksida. Dalam jangka 20 tahun, metana bisa 84 kali lebih kuat dalam memerangkap panas di atmosfer. Tidak heran, para ilmuwan dan pembuat kebijakan melihat peternakan ruminansia sebagai salah satu kunci penting dalam mengendalikan perubahan iklim.

Baca juga artikel tentang: Produktivitas Tinggi Ikan Red Devil: Ancaman atau Sumber Baru untuk Peternak?

Apa Itu Aditif Pakan?

Untuk menjawab tantangan ini, muncul solusi baru: feed additives atau aditif pakan. Singkatnya, aditif pakan adalah bahan tambahan yang dicampurkan ke dalam ransum hewan dengan tujuan tertentu, bisa untuk meningkatkan kesehatan, memperbaiki pencernaan, menambah efisiensi pertumbuhan, atau dalam hal ini, mengurangi emisi metana.

Contohnya, ada bahan alami seperti minyak esensial, ekstrak tanaman tertentu, hingga senyawa sintetis yang dirancang khusus untuk menekan produksi metana di dalam rumen. Prinsipnya mirip dengan menambahkan suplemen pada makanan manusia: meskipun jumlahnya kecil, dampaknya bisa signifikan.

Tantangan Regulasi: Kenapa Tidak Bisa Langsung Dipakai?

Meskipun terdengar menjanjikan, penggunaan aditif pakan bukanlah hal yang bisa diterapkan begitu saja. Ada aturan ketat yang harus dipenuhi agar suatu bahan diizinkan masuk ke sistem pakan ternak. Hal ini penting untuk memastikan keamanan bagi hewan, manusia (sebagai konsumen daging/susu), dan juga lingkungan.

Artikel ilmiah yang menjadi rujukan kali ini menyoroti bagaimana regulasi terkait aditif pakan berbeda-beda di berbagai negara, misalnya Uni Eropa, Amerika Serikat, Kanada, Australia, hingga Korea Selatan. Setiap wilayah punya aturan sendiri untuk mengklasifikasikan, menguji, dan mengesahkan bahan tambahan pakan.

Sebagai contoh:

  • Di Uni Eropa, prosedurnya sangat ketat dan menekankan aspek keamanan lingkungan serta kesehatan manusia.
  • Di Amerika Serikat, fokus utamanya adalah bukti keamanan dan efektivitas untuk hewan ternak.
  • Di beberapa negara lain, perbedaan terutama ada pada kriteria klasifikasi dan jenis bukti ilmiah yang diminta.

Hal ini membuat tantangan tersendiri bagi perusahaan atau peneliti yang ingin memperkenalkan aditif pakan baru secara global. Satu jenis bukti ilmiah bisa diterima di suatu negara, tapi belum tentu sah di negara lain.

Bukti Ilmiah yang Dibutuhkan

Untuk bisa lolos regulasi, para pengembang aditif pakan harus menyediakan data yang sangat lengkap. Bukti ini mencakup:

  • Efektivitas: Seberapa besar aditif benar-benar mampu menurunkan emisi metana.
  • Keamanan hewan: Apakah aditif aman bagi kesehatan ternak, tidak menimbulkan efek samping berbahaya.
  • Keamanan manusia: Apakah produk hewan (daging, susu) tetap aman dikonsumsi setelah hewan diberi aditif.
  • Keamanan lingkungan: Apakah ada risiko pencemaran atau efek samping lain terhadap ekosistem.

Selain itu, aspek teknis juga diperiksa, seperti kualitas produksi, konsistensi hasil uji coba, dan bahkan label produk di pasaran.

Ilmu dan Kebijakan Harus Jalan Bersama

Artikel ini menekankan bahwa untuk benar-benar berhasil, ilmu pengetahuan dan kebijakan harus berjalan beriringan. Para peneliti perlu merancang studi yang sesuai standar internasional, menggunakan metode yang transparan dan bisa diverifikasi. Di sisi lain, pemerintah perlu memberikan kerangka regulasi yang jelas, konsisten, dan tidak terlalu membingungkan.

Kolaborasi ini penting karena aditif pakan bisa menjadi salah satu cara paling efektif untuk menekan emisi metana tanpa harus mengurangi produksi ternak secara drastis. Dengan kata lain, kita bisa tetap memenuhi kebutuhan pangan global sambil menjaga bumi dari pemanasan berlebih.

Aturan , kewenangan, dan status regulasi spesifik yurisdiksi (kemungkinan klasifikasi) untuk tujuan penggunaan aditif pakan guna memitigasi emisi metana enterik (CH4 ) dari ruminansia.

Beberapa jenis aditif pakan yang sedang banyak diteliti antara lain:

  • 3-NOP (3-nitrooxypropanol): Senyawa sintetis yang terbukti bisa menekan produksi metana hingga 30% lebih.
  • Rumput laut merah (Asparagopsis taxiformis): Mengandung senyawa alami yang bisa mengurangi metana secara signifikan, meski tantangannya ada pada ketersediaan dan biaya produksi.
  • Minyak esensial dan tanin: Bahan alami dari tumbuhan yang bisa memengaruhi mikroba rumen agar menghasilkan lebih sedikit metana.

Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan, baik dari sisi efektivitas, biaya, maupun penerimaan konsumen.

Harapan untuk Masa Depan

Mengurangi emisi metana dari sapi bukan sekadar wacana ilmiah. Jika diimplementasikan dengan baik, aditif pakan bisa menjadi solusi nyata dalam:

  1. Menekan pemanasan global dengan mengurangi gas rumah kaca.
  2. Meningkatkan efisiensi peternakan, karena energi yang tadinya hilang sebagai metana bisa dialihkan untuk pertumbuhan atau produksi susu.
  3. Memberi nilai tambah ekonomi bagi peternak, terutama jika ada insentif atau pasar yang menghargai produk rendah emisi.

Namun, jalan menuju ke sana masih panjang. Diperlukan investasi riset, dukungan kebijakan, dan tentu saja edukasi bagi peternak serta konsumen.

Gas metana dari peternakan ruminansia adalah masalah besar, tetapi bukan tanpa solusi. Aditif pakan muncul sebagai inovasi penting untuk menekan emisi tanpa mengorbankan produksi pangan. Tantangan utama ada pada regulasi dan pembuktian ilmiah, yang membutuhkan kerja sama erat antara peneliti, industri, dan pemerintah di berbagai negara.

Jika tantangan ini bisa diatasi, kita bisa membayangkan masa depan di mana segelas susu atau sepotong daging tidak hanya menyehatkan tubuh, tapi juga lebih ramah bagi planet yang kita huni.

Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global

REFERENSI:

Tricarico, Juan M dkk. 2025. Feed additives for methane mitigation: Regulatory frameworks and scientific evidence requirements for the authorization of feed additives to mitigate ruminant methane emissions. Journal of Dairy Science 108 (1), 395-410.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top