Peternakan Bersih, Bumi Sehat: Inovasi Mikroalga di Dunia Ternak

Setiap kali kita bicara tentang peternakan, biasanya yang terlintas di pikiran adalah susu, daging, atau telur. Jarang sekali kita memikirkan limbah yang dihasilkan hewan ternak. Faktanya, limbah cair dari peternakan yang dikenal dengan istilah anaerobic digestate animal effluent (ADAE) mengandung nutrien tinggi seperti nitrogen (N) dan fosfor (P).

Sekilas, kandungan nutrien ini tampak bermanfaat. Namun, jika dibuang sembarangan ke lingkungan, ADAE bisa mencemari air tanah, menimbulkan bau, dan memicu ledakan alga berbahaya di perairan. Selain itu, saat terurai, limbah ini melepaskan gas rumah kaca seperti metana (CH₄) dan dinitrogen oksida (N₂O) yang berkontribusi pada perubahan iklim.

Dengan kata lain, limbah ternak bukan hanya masalah kebersihan, tetapi juga ancaman bagi lingkungan global.

Baca juga artikel tentang: Produktivitas Tinggi Ikan Red Devil: Ancaman atau Sumber Baru untuk Peternak?

Mikroalga: Makhluk Kecil dengan Potensi Besar

Di sinilah mikroalga hadir sebagai solusi. Mikroalga adalah organisme renik mirip tumbuhan yang hidup di air. Meski ukurannya sangat kecil, mereka memiliki kemampuan luar biasa dalam menyerap nutrien berlebih dari limbah cair dan mengubahnya menjadi biomassa yang kaya manfaat.

Dalam studi terbaru, peneliti menggunakan konsorsium mikroalga, gabungan dari dua jenis populer, yakni Chlorella dan Scenedesmus. Keduanya dikenal tahan banting, cepat tumbuh, dan memiliki kandungan nutrisi tinggi, terutama protein, lipid (lemak), serta pigmen bioaktif.

Alur pengolahan limbah ternak melalui filtrasi dan digesti anaerob untuk menghasilkan listrik serta media bagi budidaya mikroalga yang kemudian dipanen menjadi pakan ternak dan bio-oil dengan sistem daur ulang air.

Bagaimana cara kerja sistem ini?

  1. Limbah ADAE dimasukkan ke dalam reaktor khusus.
    Di sana, mikroalga tumbuh subur dengan memanfaatkan nitrogen dan fosfor yang terkandung dalam limbah.
  2. Mikroalga berkembang biak dan menghasilkan biomassa.
    Setiap meter kubik limbah bisa menghasilkan 83–417 kilogram biomassa mikroalga. Biomassa ini kaya protein sehingga bisa diproses menjadi pakan ternak alternatif.
  3. Produk samping berupa bio-oil.
    Dari 1 m³ limbah, dapat dihasilkan 36–180 liter bio-oil, yaitu minyak yang bisa diolah lebih lanjut sebagai bahan bakar nabati atau bahan kimia industri.
  4. Biogas sebagai energi terbarukan.
    Proses pengolahan juga menghasilkan biogas yang dapat dipakai sebagai sumber listrik dengan kapasitas hingga 1.217 MWh per tahun, cukup untuk memberi energi ke ratusan rumah tangga.
Sistem integrasi limbah ternak melalui pemisahan effluent dan digesti anaerob untuk menghasilkan biogas, mikroalga, bio-oil, pakan ternak, serta pupuk, sekaligus memanfaatkan daur ulang air dan panas untuk efisiensi energi serta keberlanjutan pertanian.

Sistem ini membawa keuntungan besar, baik bagi peternak maupun lingkungan:

  • Mengurangi polusi. Mikroalga menyerap nitrogen dan fosfor berlebih, sehingga limbah yang keluar jadi lebih ramah lingkungan.
  • Menghasilkan pakan ternak murah. Dari 1 m³ limbah, bisa diperoleh sekitar 2 kg pakan hewan. Bayangkan jika diaplikasikan di peternakan besar, jumlahnya bisa menekan biaya pakan secara signifikan.
  • Energi hijau. Biogas dan bio-oil yang dihasilkan bisa dipakai untuk kebutuhan energi di peternakan, sehingga peternak tidak hanya memproduksi pangan, tetapi juga listrik dan bahan bakar.
  • Mengurangi emisi gas rumah kaca. Penelitian menunjukkan sistem ini bisa memangkas emisi hingga 2 kg CO₂eq per kilogram bobot karkas.

Dengan kata lain, yang tadinya masalah lingkungan berubah menjadi sumber daya baru.

Skala Penerapan

Peneliti mensimulasikan penerapan sistem ini pada dua skala:

  • 71 m³ per hari untuk peternakan menengah.
  • 355 m³ per hari untuk peternakan besar.

Keduanya menunjukkan hasil menjanjikan dalam hal produksi biomassa dan energi. Artinya, sistem ini fleksibel, bisa diterapkan di berbagai ukuran peternakan, tidak hanya skala industri besar, tetapi juga berpotensi dikembangkan untuk usaha menengah.

Tantangan yang Harus Diatasi

Meski terdengar ideal, ada beberapa tantangan dalam penerapan teknologi ini:

  • Biaya awal tinggi. Membangun reaktor mikroalga membutuhkan investasi signifikan.
  • Teknologi kompleks. Peternak perlu pendampingan agar bisa mengoperasikan sistem dengan benar.
  • Pasar bio-oil dan biomassa. Produk yang dihasilkan perlu dipastikan memiliki pasar yang stabil agar investasi layak secara ekonomi.

Namun, banyak pakar percaya bahwa dengan dukungan kebijakan, riset lanjutan, dan peningkatan kesadaran lingkungan, teknologi ini bisa menjadi arus utama dalam peternakan berkelanjutan.

Peternakan Masa Depan: Produksi Pangan dan Energi Sekaligus

Bayangkan sebuah peternakan sapi perah modern. Selain menghasilkan susu segar, peternakan ini juga memproduksi listrik dari biogas, menghasilkan pakan tambahan dari mikroalga, bahkan menjual bio-oil sebagai bahan bakar nabati.

Inilah gambaran peternakan sirkular masa depan, di mana limbah tidak lagi dianggap beban, tetapi diputar kembali menjadi sumber daya. Konsep ini sejalan dengan tujuan global mengurangi jejak karbon sekaligus meningkatkan ketahanan pangan dan energi.

Limbah ternak yang dulunya dianggap masalah ternyata bisa menjadi harta karun tersembunyi. Dengan bantuan mikroalga, cairan buangan kaya nutrisi bisa diubah menjadi pakan ternak, energi terbarukan, dan produk bernilai ekonomi lainnya.

Teknologi ini bukan sekadar solusi teknis, tetapi juga simbol dari cara berpikir baru: bahwa dalam peternakan modern, tidak ada yang benar-benar terbuang. Semua bisa dimanfaatkan kembali untuk menciptakan sistem yang lebih sehat bagi hewan, manusia, dan bumi kita.

Mungkin di masa depan, ketika kita bicara soal peternakan, kita tak hanya membicarakan susu atau daging, tetapi juga listrik, biofuel, dan lingkungan yang lebih bersih, semua berkat makhluk kecil bernama mikroalga.

Baca juga artikel tentang: Inovasi Marikultur: Membawa Lobster, Bawal, dan Abalon ke Puncak Pasar Global

REFERENSI:

Sasongko, Nugroho Adi dkk. 2025. Utilization and integration of microalgae consortium in treating undiluted anaerobic digestate animal effluent to produce animal feed, bio-oil, and biogas. Bioresource technology 416, 131788.

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top