Peternakan kambing perah semakin diminati di berbagai belahan dunia, termasuk di Australia. Produk susu kambing kini dipandang sebagai alternatif sehat yang kaya nutrisi, mudah dicerna, dan memiliki potensi pasar yang terus berkembang. Namun, di balik potensi tersebut, ada masalah klasik yang sering menghantui peternakan ruminansia kecil: parasit saluran pencernaan.
Parasit usus seperti nematoda (cacing gelang) dan coccidia merupakan penyebab kerugian ekonomi yang signifikan di industri kambing global. Hewan yang terinfeksi biasanya menunjukkan gejala seperti diare, penurunan berat badan, bulu kusam, hingga penurunan produksi susu. Jika tidak ditangani dengan baik, infeksi parasit bisa mengurangi daya tahan tubuh kambing, membuatnya lebih rentan terhadap penyakit lain.
Masalah Obat yang Mulai Tidak Manjur
Selama ini, cara paling umum untuk mengendalikan parasit pada kambing adalah dengan memberikan obat antiparasit (anthelmintik). Namun, penggunaan obat yang berlebihan atau tidak tepat dapat menimbulkan masalah baru: resistensi obat.
Fenomena ini mirip dengan resistensi antibiotik pada manusia. Jika parasit terus-menerus terpapar obat dengan dosis atau frekuensi yang tidak tepat, lama-kelamaan mereka akan “belajar bertahan hidup” dan menjadi kebal. Akibatnya, obat yang dulunya manjur menjadi tidak efektif lagi.
Masalah resistensi obat pada cacing usus sebenarnya sudah lama diketahui pada ternak sapi dan domba. Namun, pada kambing, risetnya masih relatif terbatas. Hal inilah yang membuat penelitian terbaru di Australia menjadi sangat penting.
Baca juga artikel tentang: Mengurangi Gas Rumah Kaca dari Sapi: Solusi Mengejutkan dari Ampas Kopi
Studi pada Peternak Kambing Perah Australia
Sebuah penelitian yang dipublikasikan di jurnal Parasites & Vectors tahun 2025 mencoba menggali lebih dalam tentang pengetahuan, sikap, dan praktik peternak kambing perah Australia terkait pengendalian parasit usus.
Penelitian ini dilakukan melalui survei daring kepada anggota Dairy Goat Society of Australia. Total ada 456 peternak yang berhak mengikuti survei, namun hanya 66 orang (sekitar 14%) yang benar-benar mengisi kuesioner. Meski jumlahnya tidak banyak, hasil survei tetap memberikan gambaran berharga mengenai cara peternak menangani masalah parasit.
Temuan Penting dari Penelitian
Dari hasil survei, ada beberapa poin menarik:
- Parasit Memang Jadi Masalah Nyata
Sebanyak 74% peternak melaporkan pernah menemukan kambing mereka sakit akibat parasit. Artinya, hampir tiga dari empat peternak menganggap parasit sebagai ancaman serius. - Tes Telur Parasit Mulai Digunakan
Sekitar 26% peternak sudah menggunakan metode fecal egg counts (FECs), yaitu menghitung jumlah telur cacing dalam kotoran kambing untuk menentukan tingkat infeksi. Langkah ini membantu agar obat hanya diberikan saat benar-benar diperlukan. - Resistensi Obat Masih Jarang Disadari
Meskipun obat antiparasit banyak digunakan, 77% peternak ternyata tidak sadar bahwa mungkin sudah ada resistensi di peternakan mereka. Ini menunjukkan masih kurangnya pemahaman tentang bahaya penggunaan obat secara berlebihan. - Obat yang Paling Banyak Dipakai
Hampir semua peternak (94%) menggunakan obat antiparasit, dengan kelompok obat macrocyclic lactones sebagai pilihan utama. Namun, penelitian lain menunjukkan bahwa kelompok obat ini justru berisiko tinggi menimbulkan resistensi jika dipakai terus-menerus.

Apa Artinya untuk Peternakan Kambing?
Hasil penelitian ini mengingatkan kita bahwa pengendalian parasit tidak bisa hanya bergantung pada obat-obatan. Dibutuhkan strategi yang lebih berkelanjutan, misalnya:
- Rotasi Padang Penggembalaan
Memindahkan kambing dari satu area ke area lain agar siklus hidup cacing terputus. Jika kambing terus menerus digembalakan di lahan yang sama, telur parasit akan menumpuk dan infeksi makin parah. - Manajemen Nutrisi
Kambing dengan gizi baik memiliki daya tahan tubuh lebih kuat untuk melawan infeksi. Penambahan protein atau mineral tertentu bisa membantu kambing lebih resisten terhadap serangan parasit. - Penggunaan Varietas Tahan Parasit
Beberapa ras kambing diketahui lebih tahan terhadap infeksi parasit. Seleksi genetik bisa menjadi solusi jangka panjang. - Monitoring Rutin
Pemeriksaan kotoran untuk menghitung telur parasit sebaiknya menjadi kebiasaan, bukan sekadar dilakukan saat kambing sudah sakit.
Dampak Ekonomi dan Kesejahteraan Hewan
Mengendalikan parasit bukan hanya soal menjaga kesehatan kambing, tetapi juga soal menjaga keberlanjutan usaha peternakan. Parasit yang tidak terkendali bisa menurunkan produksi susu, meningkatkan biaya pengobatan, bahkan menyebabkan kematian kambing.

Bagi peternak kecil, kerugian ekonomi semacam ini bisa sangat berat. Sebaliknya, jika pengendalian dilakukan dengan tepat, peternak bisa menghemat biaya obat, menjaga kualitas susu, dan meningkatkan produktivitas ternaknya.
Selain itu, ada aspek kesejahteraan hewan. Kambing yang terinfeksi parasit biasanya menderita nyeri perut, diare, dan lemah. Dengan pengendalian parasit yang efektif, kita bukan hanya menyelamatkan bisnis, tetapi juga mencegah penderitaan hewan.
Jalan ke Depan
Penelitian ini membuka mata bahwa pengetahuan dan praktik peternak masih beragam, dan perlu ditingkatkan melalui edukasi. Penyuluhan, pelatihan, dan panduan berbasis sains harus lebih mudah diakses oleh peternak.
Lebih jauh, pendekatan terpadu antara obat, manajemen kandang, gizi, dan monitoring harus menjadi standar dalam beternak kambing perah. Dengan begitu, resistensi obat bisa ditekan dan keberlanjutan usaha terjaga.
Masalah parasit usus pada kambing perah mungkin terdengar sederhana, tetapi dampaknya besar. Penelitian di Australia menunjukkan bahwa meski sebagian peternak sudah mulai menerapkan langkah cerdas seperti tes telur parasit, masih banyak yang belum sadar akan bahaya resistensi obat.
Masa depan peternakan kambing perah yang sehat dan berkelanjutan bergantung pada seberapa cepat kita bisa beralih dari ketergantungan obat ke manajemen yang lebih cerdas dan menyeluruh.
Baca juga artikel tentang: Silase: Solusi Pakan Ternak Masa Depan untuk Menyongsong Kemandirian Pangan
REFERENSI:
Ali, Endris A dkk. 2025. Knowledge, attitudes and practices of Australian dairy goat farmers towards the control of gastrointestinal parasites. Parasites & Vectors 18 (1), 25.


