Peternakan sapi perah dikenal sebagai salah satu penyumbang besar kebutuhan pangan dunia. Susu, keju, yoghurt, dan produk olahan lain hampir selalu ada di meja makan kita. Namun, di balik manfaatnya, industri sapi perah juga memiliki sisi gelap: emisi gas rumah kaca, khususnya metana (CH₄).
Metana adalah gas yang 80 kali lebih kuat dibandingkan karbon dioksida dalam menjebak panas di atmosfer selama 20 tahun pertama. Artinya, meskipun jumlah metana yang dilepas lebih sedikit dibandingkan CO₂, dampaknya jauh lebih besar bagi pemanasan global. Salah satu sumber utama metana di peternakan sapi adalah kolam kotoran sapi atau yang sering disebut poop lagoons.
Baca juga artikel tentang: Mengurangi Gas Rumah Kaca dari Sapi: Solusi Mengejutkan dari Ampas Kopi
Apa Itu Kolam Kotoran Sapi?
Di banyak peternakan besar, kotoran sapi tidak langsung dibuang, tetapi dikumpulkan dalam kolam besar. Kolam ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sekaligus penguraian alami. Sayangnya, saat kotoran tersebut membusuk tanpa penanganan khusus, bakteri akan menghasilkan metana yang langsung terlepas ke udara.
Bayangkan ribuan sapi di sebuah peternakan, masing-masing menghasilkan puluhan kilogram kotoran setiap harinya. Jika semua terkumpul dalam kolam besar, emisi metana yang dilepas bisa setara dengan ribuan mobil yang beroperasi.
Solusi Sederhana: Menutup Kolam dengan Terpal
Sebuah penelitian baru menemukan cara sederhana tapi efektif: menutup kolam kotoran dengan terpal besar. Dengan penutup ini, gas metana yang biasanya terlepas ke udara bisa ditangkap dan diarahkan ke sistem khusus yang disebut digester.

Digester adalah alat yang mengubah metana menjadi biogas. Biogas ini bisa digunakan sebagai sumber energi, misalnya untuk listrik atau bahan bakar. Jadi, bukan hanya mengurangi polusi, tetapi juga menghasilkan energi terbarukan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa metode ini bisa mengurangi emisi metana hingga 80%. Angka yang luar biasa, mengingat caranya tergolong murah dan sederhana.
Bagaimana Cara Kerjanya?
- Kolam kotoran ditutup rapat dengan terpal tahan lama.
Penutup ini berfungsi seperti atap raksasa yang mencegah gas terlepas ke udara. - Gas metana yang terbentuk terjebak di bawah terpal.
Alih-alih lepas ke atmosfer, gas terkumpul dan dialirkan ke pipa khusus. - Metana dialirkan ke digester.
Di sinilah gas metana diolah menjadi biogas yang bisa dipakai sebagai energi. - Hasil akhirnya: energi terbarukan.
Peternak bisa memanfaatkan biogas untuk kebutuhan sehari-hari di peternakan, atau bahkan menjualnya sebagai sumber energi alternatif.
Dampak Positif untuk Lingkungan
Mengurangi emisi metana dari peternakan sapi perah sangat penting untuk melawan perubahan iklim. Dengan metode sederhana ini, ada beberapa keuntungan yang bisa didapat:
- Mengurangi pemanasan global. Dengan emisi metana turun hingga 80%, kontribusi peternakan terhadap krisis iklim bisa ditekan.
- Energi terbarukan. Biogas yang dihasilkan bisa menggantikan bahan bakar fosil.
- Lingkungan lebih bersih. Kolam kotoran yang ditutup juga mengurangi bau menyengat dan risiko pencemaran air tanah.
Manfaat Ekonomi untuk Peternak
Selain manfaat lingkungan, solusi ini juga bisa memberi keuntungan finansial bagi peternak. Dengan mengubah gas metana menjadi biogas, peternakan tidak hanya mengurangi polusi tetapi juga menghemat biaya energi. Bahkan, jika dikelola dengan baik, biogas bisa dijual sehingga menambah pendapatan.
Banyak negara juga memberikan insentif hijau bagi peternak yang mengadopsi teknologi ramah lingkungan. Artinya, ada peluang tambahan bagi peternak untuk mendapat dukungan finansial dari pemerintah atau lembaga internasional.
Tantangan dalam Penerapan
Meski terdengar sederhana, tentu ada tantangan yang harus dihadapi:
- Biaya awal. Membuat sistem penutup dan digester butuh investasi awal yang tidak kecil.
- Perawatan. Terpal harus kuat, tahan lama, dan rutin diperiksa agar tidak bocor.
- Pengetahuan teknis. Peternak memerlukan pelatihan untuk mengoperasikan sistem digester dengan benar.
Namun, jika melihat manfaat jangka panjang, investasi ini justru bisa menghemat biaya operasional dan meningkatkan keuntungan.
Masa Depan Peternakan Ramah Lingkungan
Solusi ini hanyalah salah satu langkah menuju peternakan berkelanjutan. Bayangkan jika ribuan peternakan sapi di seluruh dunia menerapkan teknologi serupa. Emisi metana global bisa turun drastis, dan dunia akan lebih dekat pada target pengurangan gas rumah kaca.
Selain itu, konsumen kini semakin peduli dengan jejak karbon produk yang mereka konsumsi. Susu atau keju yang diproduksi dengan cara ramah lingkungan bisa memiliki nilai jual lebih tinggi di pasar.
Masalah emisi metana dari peternakan sapi perah memang besar, tetapi solusi sederhana seperti menutup kolam kotoran dengan terpal dapat memberikan dampak signifikan. Dengan pengurangan emisi hingga 80% serta tambahan manfaat berupa energi terbarukan, langkah ini adalah contoh nyata bagaimana inovasi sederhana bisa membawa perubahan besar.
Bagi peternak, ini bukan hanya tentang menjaga bumi tetap hijau, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru. Bagi kita sebagai konsumen, mendukung produk susu dari peternakan berkelanjutan berarti ikut serta dalam melawan perubahan iklim.
Baca juga artikel tentang: Mengukur Tingkat Keparahan Penyakit pada Kambing dengan Kecerdasan Buatan: Inovasi dari Penelitian Terkini
REFERENSI:
Ewen, Kelsey dkk. 2025. Manure storage practices in Canada: farm survey analysis with implications for GHG emissions. Canadian Journal of Animal Science.
Ijaz, Muhammad Umar dkk. 2025. Mitigating Nutrient Pollution from Livestock Manure: Strategies for Sustainable Management. Agricultural Nutrient Pollution and Climate Change: Challenges and Opportunities, 165-187.
Pare, Sascha. 2025. Covering poop lagoons with a tarp could cut 80% of methane emissions from dairy farms. Live Science: https://www.livescience.com/planet-earth/climate-change/covering-poop-lagoons-with-a-tarp-could-cut-80-percent-of-methane-emissions-from-dairy-farms diakses pada tanggal 7 September 2025.


