Mengurangi Gas Rumah Kaca dari Sapi: Solusi Mengejutkan dari Ampas Kopi

Siapa sangka bahwa sisa ampas kopi yang biasanya berakhir di tempat sampah, ternyata bisa membantu mengurangi emisi gas rumah kaca dari sapi? Itulah temuan menarik dari sebuah penelitian di Jepang yang baru-baru ini dipublikasikan di Polish Journal of Veterinary Sciences. Para peneliti menemukan bahwa pemberian ampas kopi kering kepada sapi bisa membantu menurunkan produksi metana di lambung sapi.

Masalah Serius: Metana dari Sapi

Kita semua tahu bahwa emisi gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO₂) menjadi penyebab utama perubahan iklim. Tapi tahukah Anda bahwa metana (CH₄) — gas yang dihasilkan oleh hewan ruminansia seperti sapi — memiliki efek pemanasan 25 kali lebih kuat daripada CO₂?

Menurut data PBB, sekitar 11% dari total emisi gas rumah kaca berasal dari metana, dan sebagian besar (lebih dari 78%) dihasilkan dari proses fermentasi dalam sistem pencernaan hewan ternak, terutama sapi. Oleh karena itu, para ilmuwan sedang berlomba mencari cara untuk mengurangi emisi metana ini, tanpa mengorbankan kesehatan atau produktivitas hewan.

Ampas Kopi: Dari Limbah Menjadi Solusi

Dengan konsumsi kopi yang terus meningkat di seluruh dunia, ampas kopi menjadi salah satu limbah makanan terbesar. Tapi ternyata, limbah ini mengandung senyawa yang sangat berguna — seperti asam klorogenat (antioksidan alami), dan asam lemak tak jenuh seperti oleat dan linoleat.

Kedua jenis senyawa ini diyakini mampu “mengikat” hidrogen dalam lambung sapi, yang merupakan bahan baku utama bagi mikroba penghasil metana. Dengan mengurangi jumlah hidrogen, maka produksi metana oleh mikroorganisme dalam rumen (lambung pertama sapi) bisa ditekan.

Bagaimana Peneliti Mengujinya?

Penelitian dilakukan oleh tim dari Azabu University dan Tokuyama Corporation, Jepang. Mereka menggunakan dua ekor sapi Holstein yang sudah dilengkapi dengan fistula rumen — semacam lubang kecil di perut sapi yang memungkinkan pengambilan sampel langsung dari isi lambung.

Diagram skematik pengujian metana pada lambung sapi

Selama dua hari berturut-turut, para sapi diberi makanan dasar yang sama (campuran rumput dan konsentrat). Pada hari-hari berikutnya, makanan itu ditambah dengan 500 gram ampas kopi kering yang dimasukkan langsung ke dalam rumen.

Para peneliti kemudian mengukur kandungan gas metana dan karbon dioksida dari lambung sapi, sebelum dan sesudah waktu makan pagi dan sore, menggunakan alat deteksi gas portabel yang terhubung langsung ke rumen.

Apa yang Ditemukan?

Hasil penelitian, SCG adalah spent coffee grounds atau ampas kopi

Hasilnya cukup menarik:

  • Sebelum waktu makan, kadar metana di dalam lambung sapi yang diberi ampas kopi turun secara signifikan dibandingkan sapi kontrol (tanpa ampas kopi).
    • Penurunan ini mencapai 13% pada pagi hari dan sekitar 12% pada sore hari.
  • Setelah makan, kadar metana masih lebih rendah di kelompok ampas kopi, tetapi perbedaan ini tidak signifikan secara statistik.

Artinya, efek dari ampas kopi paling terasa ketika aktivitas fermentasi di dalam rumen masih rendah — yaitu sebelum proses pencernaan makanan dimulai secara intensif.

Kenapa Bisa Begitu?

Penurunan metana ini diduga terjadi karena dua hal utama:

  1. Asam lemak tak jenuh dalam ampas kopi bereaksi dengan hidrogen dan menjadi asam lemak jenuh, sehingga mengurangi bahan baku untuk pembentukan metana.
  2. Asam klorogenat, yang berubah menjadi bentuk oksidan kuat saat proses pemanggangan kopi, juga bereaksi dengan hidrogen. Reaksi ini menurunkan tekanan parsial hidrogen dalam lambung, sehingga menghambat mikroorganisme penghasil metana (yang sangat bergantung pada hidrogen).

Kombinasi dua senyawa ini menciptakan efek yang bisa menekan produksi gas metana — setidaknya dalam kondisi tertentu.

Mengapa Ini Penting?

  • Solusi Berkelanjutan: Menggunakan ampas kopi yang sebelumnya hanya dianggap limbah, menjadi pendekatan ekonomi sirkular yang ramah lingkungan.
  • Tanpa Antibiotik: Di masa lalu, pengurangan metana dilakukan dengan antibiotik seperti monensin. Namun penggunaannya kini dilarang di Uni Eropa karena risiko resistensi antibiotik. Ampas kopi bisa menjadi alternatif yang aman.
  • Teknologi Sederhana: Alat pengukuran yang digunakan dalam studi ini cukup murah dan portabel, memungkinkan pengujian emisi metana tanpa harus menggunakan kamar respirasi besar dan mahal.

Apa Kelemahannya?

Penelitian ini dilakukan hanya pada dua ekor sapi, sehingga perlu studi lanjutan dengan jumlah hewan lebih besar untuk memastikan hasilnya berlaku secara umum.

Selain itu, penurunan metana hanya signifikan sebelum makan, bukan setelah. Artinya, efek jangka panjang atau pengaruh terhadap produksi susu/daging masih perlu dievaluasi lebih lanjut.

Masa Depan Ampas Kopi di Peternakan

Penelitian ini membuka peluang besar untuk penggunaan limbah makanan sebagai bagian dari solusi perubahan iklim. Ampas kopi, yang sebelumnya hanya dianggap sampah, bisa menjadi bahan pakan tambahan dengan manfaat lingkungan yang luar biasa.

Jika hasil ini dapat dikonfirmasi dalam skala lebih besar, bukan tidak mungkin peternakan sapi di masa depan akan rutin memberi pakan tambahan berupa sisa seduhan kopi pagi kita.

Bayangkan: sambil minum kopi di pagi hari, Anda mungkin juga sedang berkontribusi dalam mengurangi emisi metana — lewat sapi!


Referensi

Yamada, K., Kawai, K., Inui, Y., Oda, K., Kurumisawa, T., Shimizu, Y., & Shinozuka, Y. (2024). Effect of feeding spent coffee grounds on the methane production in bovine rumen. Polish Journal of Veterinary Sciences, 27(2), 271–278. https://doi.org/10.24425/pjvs.2024.149357

Leave a Comment

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Scroll to Top